Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang ekonomi keuangan syariah terus didorong untuk mengembangkan potensi ekonomi syariah Indonesia.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia yang bergerak di bidang ekonomi dan keuangan syariah perlu terus didorong. Ini untuk terus mengembangkan ekonomi syariah yang telah menjadi motor pendorong ekonomi baru di kala pandemi dan menyejahterakan masyarakat.
Ini untuk mencapai tujuan Indonesia menjadi pemain utama di bidang ekonomi syariah dunia.
Hal tersebut mengemuka dalam acara ”Peluncuran Buku Teks Ekonomi Syariah serta Buku Panduan Magang/Praktik Kerja di Sektor Ekonomi dan Keuangan Syariah” yang diselenggarakan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) dan Bank Indonesia (BI), Selasa (29/6/2021).
Hadir memberikan sambutan Wakil Presiden yang juga Ketua Harian KNEKS Ma’ruf Amin, Menteri Keuangan yang juga Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (DPP IAEI) Sri Mulyani, Gubernur BI yang juga Ketua Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Perry Warjiyo. Selain itu, juga hadir Direktur Eksekutif Manajemen Eksekutif KNEKS Ventje Rahardjo dan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemedikbudristek) Nizam.
Dalam Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 disebutkan bahwa hanya 9,1 persen sumber daya manusia (SDM) yang berlatar belakang pendidikan ekonomi syariah. Ma’ruf Amin mengatakan, untuk mendorong peran ekonomi syariah di Indonesia agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar, diperlukan integrasi dari berbagai unsur ekonomi keuangan syariah dalam satu kesatuan ekosistem yang kuat.
”Termasuk di dalamnya mendorong kuantitas dan kualitas SDM berbasis ekonomi dan keuangan syariah,” ujar Ma’ruf Amin.
Nizam menjelaskan, kehadiran buku teks itu bisa melengkapi dan meningkatkan kualitas ajar mahasiswa yang mendalami ekonomi syariah. Pada saat yang sama, kuantitas SDM yang diperlukan untuk pengembangan ekonomi syariah terus didorong.
Mengutip data Kemendikbud dan Ristek, saat ini total terdapat 927 jumlah program studi ekonomi dan keuangan syariah. Adapun rinciannya, program sarjana sebanyak 858 program studi, program magister sebanyak 64 program studi, dan program doktoral sebanyak 5 program studi.
Secara global, berdasarkan laporan Islamic Finance Development Indicator (IFDI) 2020, Indonesia menempati peringkat pertama dalam kategori pendidikan di antara negara-negara lainnya. Adapun di bidang penelitian dan penyelenggaraan seminar dalam indikator pengetahuan dan literasi terhadap ekonomi keuangan syariah, Indonesia menduduki peringkat kedua.
Potensi baru
Sri Mulyani mengatakan, pengembangan kuantitas dan kualitas SDM ekonomi dan keuangan syariah menjadi hal mendasar. Sebab, ekonomi syariah punya potensi besar dan telah menjadi motor penggerak ekonomi baru di kala pandemi.
”Ekonomi syariah telah menjadi salah satu pilar penopang ekonomi. Tak hanya mempercepat proses pemulihan ekonomi saat pandemi, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan dengan prinsip keberlanjutan,” ujar Sri Mulyani.
Dalam Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah 2020 yang dirilis BI, kontribusi rantai nilai halal atau halal value chainn (HVC) terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) terus bertumbuh. Pada 2016 sebesar 24,30 persen, 2017 sebesar 24,49 persen, 2018 sebesar 24,61 persen, 2019 sebesar 24,77 persen, dan 2020 sebesar 24,86 persen.
Peringkat Indonesia di kancah ekonomi syariah dunia juga terus meningkat. Berdasarkan The State of Global Islamic Economy (SGIE) Report 2020/2021, Indonesia berhasil naik ke peringkat ke-4 dari peringkat ke-5 tahun 2019.
”Indikator ini menunjukkan Indonesia adalah salah kekuatan ekonomi syariah dunia. Ini potensi besar yang harus terus dikembangkan,” ujar Perry.