Jaga Konsumsi Masyarakat, Anggaran Bansos Perlu Ditingkatkan
Dengan risiko Covid-19 yang tak terbendung, pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh di bawah 4 persen pada triwulan III-2021.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Prospek pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2021 bergantung pada terjaganya konsumsi dan daya beli masyarakat. Anggaran belanja pemerintah juga perlu dioptimalkan agar upaya penanganan Covid-19 tidak mengganggu ekspektasi masyarakat dalam melakukan konsumsi.
Ekonom makroekonomi dan pasar keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis (LPEM-FEB) Universitas Indonesia, Teuku Riefky, mengatakan, kunci pertumbuhan ekonomi triwulan III-2021 adalah keberhasilan dalam menjaga ekspektasi konsumsi masyarakat.
”Kunci pertumbuhan ekonomi adalah ekspektasi masyarakat tetap harus dijaga. Kalau perlu, ditingkatkan lagi. Sebab, perumusan kebijakan saat ini sudah tepat. Masalahnya, proses implementasi jangan sampai tidak optimal,” kata Riefky saat dihubungi, Minggu (27/6/2021).
Kunci pertumbuhan ekonomi adalah ekspektasi masyarakat tetap harus dijaga. Kalau perlu, ditingkatkan lagi. Sebab, perumusan kebijakan saat ini sudah tepat. Masalahnya, proses implementasi jangan sampai tidak optimal (Teuku Riefky)
Ia memproyeksi, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2021 akan berada di kisaran 4-5 persen. Hal ini dengan asumsi, pemerintah bisa menjaga kondisi dari risiko Covid-19. Namun, jika kasus Covid-19 kembali melonjak, pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh di bawah 4 persen pada triwulan III-2021.
”Tantangan terbesar yang masih akan dihadapi pemerintah adalah terkait kasus harian Covid-19. Apalagi, setelah momen Lebaran tahun ini, kasus harian Covid-19 tiba-tiba melonjak dan ini tidak boleh dianggap remeh,” katanya.
Riefky berharap pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro, 22 Juni-5 Juli 2021, tidak kendur dan pemerintah tetap ketat dalam melakukan pengawasan. Ia mengingatkan kemunculan varian baru Covid-19 sangat berpotensi menjegal proses pemulihan ekonomi nasional.
Selain itu, lanjut Riefky, pemerintah juga masih perlu mengoptimalkan belanja negara. Salah satunya bisa dilakukan dengan melakukan realokasi anggaran dari program yang penyerapannya rendah ataupun tak efektif ke program yang penting.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp 148,27 triliun untuk perlindungan sosial. Namun, realisasi penyerapan hingga 18 Juni 2021 baru Rp 64,91 triliun atau 43,8 persen dari pagu.
Menurut Riefky, masih ada ruang untuk menaikkan pagu perlindungan sosial hingga 30-35 persen untuk mengantisipasi skenario pembatasan sosial yang lebih ketat.
Meledaknya kasus Covid-19 setelah periode libur Idul Fitri 2021 juga membuat PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi triwulan III-2021 dari sebelumnya 5,5-6,1 persen menjadi 5-6 persen.
Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman, menjelaskan, karena basisnya rendah, besar kemungkinan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2021 tetap positif.
Namun, pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun ini tetap tergantung dari keberhasilan pemerintah mengendalikan kasus harian Covid-19 di tengah upaya percepatan vaksinasi. Selain itu, ekonomi juga akan bergantung pada seberapa cepat akselerasi belanja pemerintah.
”Jika lonjakan kasus Covid-19 tidak cepat diatasi, permintaan domestik kembali tertekan. Padahal, permintaan dari eksternal cukup terjaga di tengah pemulihan ekonomi global yang terakselerasi,” ujarnya.
Faisal berharap, belanja pemerintah dan ekspor bisa mengompensasi potensi pelemahan konsumsi dan investasi masyarakat pada kuartal III-2021 jika pemerintah tidak cepat dalam mengatasi kenaikan jumlah kasus harian.