Laju Pandemi Covid-19 Hambat Pemulihan Ekonomi Tanah Air
Mayoritas negara-negara di wilayah Asia Tenggara masih berkutat dalam menghadapi pandemi Covid-19 di saat negara-negara maju tengah bersiap memasuki tahap inflasi dan pembukaan lapangan kerja.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
ISTIMEWA/HUMAS PEMPROV BALI
Pemerintah mengakselerasi program vaksinasi Covid-19 di Provinsi Bali. Pada Jumat (25/6/2021), vaksinasi Covid-19 secara massal digelar di Kota Denpasar.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Indonesia saat ini masih berkutat untuk menurunkan angka penularan kasus Covid-19 saat sejumlah negara lain sudah fokus dalam mengejar pemulihan ekonomi. Percepatan vaksinasi menjadi faktor penting dalam upaya pemulihan ekonomi dan pemetaan investasi Indonesia di masa mendatang.
Chief Economist Bank DBS Taimur Baig mengatakan, secara umum siklus ekonomi sejak adanya pandemi Covid-19 global tahun 2020 terbagi ke dalam lima fase, yakni kedatangan pandemi, periode vaksinasi, tren inflasi, pembukaan lapangan kerja, kemudian yang terakhir adalah penyusunan arah kebijakan baru pemerintah.
Baig menilai, saat ini mayoritas negara-negara di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, masih berada dalam periode menghadapi pandemi dan vaksinasi. Sementara negara-negara dengan ekonomi maju, seperti AS, Jerman, Inggris, China, bahkan Korea Selatan, tengah bersiap memasuki tahap inflasi dan pembukaan lapangan kerja.
”Meski sejak awal tahun Indonesia sudah memulai vaksinasi dan angka kasus positif Covid-19 di Indonesia sempat menurun, memasuki pertengahan tahun ini kasus Covid-19 kembali melonjak menjadi 15.308 kasus per tanggal 23 Juni 2021,” ujarnya, Jumat (25/6/2021).
Artinya, lanjut Baig, upaya vaksinasi di Indonesia belum dibarengi dengan kebijakan pembatasan mobilisasi manusia yang dapat menghentikan laju pandemi. Angka kenaikan kasus Covid-19 masih menjadi momok percepatan pemulihan ekonomi serta pertumbuhan investasi di Indonesia.
Sebagai gambaran, ia mencontohkan, sebanyak 53 persen populasi di AS sudah divaksinasi. Rata-rata angka kematian Covid-19 per hari di negara ini pada pertengahan Juni 2021 sudah turun hingga 293 kasus dari 3.400 kasus pada pertengahan Januari lalu.
DBS
Dampak Covid-19 terhadap rata-rata pertumbuhan ekonomi negara di Asia
”Hal tersebut membuat otoritas fiskal dan moneter di AS saat ini sudah melihat adanya arah pemulihan tingkat konsumsi yang akan berpengaruh pada kenaikan tingkat inflasi pada masa mendatang yang tentunya akan berpengaruh terhadap pembukaan lapangan pekerjaan,” ujarnya.
Sementara itu, ekonom senior DBS Group Research, Radhika Rao, menjelaskan, di tengah upaya Pemerintah Indonesia bertarung menurunkan angka kasus penularan Covid-19, pembatasan defisit negara untuk sementara dilonggarkan selama 2020-2022 guna memberikan fleksibilitas yang lebih leluasa dalam menanggapi krisis kesehatan.
”Dengan demikian, target defisit 2021 dipatok pada 5,7 persen dari PDB dan kemungkinan akan membaik ke tingkat positif 4,5 hingga 4,8 persen di tahun 2022,” ujar Radhika.
Menurut dia, vaksinasi memegang peran penting dalam upaya pemulihan ekonomi dan pemetaan investasi Indonesia di masa mendatang. Jika Indonesia berhasil mengatasi krisis kesehatan, Indonesia dapat melanjutkan peningkatan ekonomi yang cukup signifikan selama dua dekade terakhir.
Terkait investasi, lanjutnya, ukuran pasar obligasi di mata uang domestik mencapai Rp 4,799 triliun, naik 36 persen pada tahun tersebut. Dari angka tersebut, obligasi pemerintah merupakan yang terbesar, yaitu 89 persen dari total, lalu diikuti oleh penerbitan obligasi korporasi sebesar sembilan persen, dan sisanya adalah bank sentral.
Adapun dari sisi kebijakan moneter, Radhika mengatakan, Bank Indonesia (BI) berusaha akomodatif, tetapi tetap menjaga stabilitas pasar keuangan. Hal ini terefleksi dari terjaganya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar AS, serta fundamental ekonomi Indonesia yang lebih baik.
”Oleh karena itu, fokus utama saat ini adalah mempercepat penyebaran vaksinasi dan membantu Indonesia keluar dari krisis pandemi,” tutup Radhika.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Vaksinator menunjukkan botol vaksin AstraZeneca yang digunakan dalam vaksinasi Covid-19 di Mal Cilandak Town Square, Jakarta, Rabu (23/6/2021).
Sementara itu, lewat keterangan resminya, Head of Sovereign Ratings Fitch untuk kawasan Asia-Pacifik, Stephen Schwartz, mengatakan, respons penanggulangan pandemi Covid-19 di negara kawasan Asia-Pasifik beragam. Banyak yuridiksi di kawasan ini kesulitan dalam pengadaan pasokan vaksin sehingga berdampak pada lambatnya banyak populasi mencapai kekebalan kelompok.
”Rendahnya tingkat vaksinasi dan varian virus baru menimbulkan risiko penurunan jangka pendek terhadap perkiraan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Asia-Pasifik,” ujarnya.
Pemerintah di sejumlah negara, termasuk Thailand, Malaysia, dan Indonesia, telah berusaha untuk mengimbangi dampak buruk dari pembatasan pada ekonomi dan rumah tangga melalui paket stimulus fiskal. Namun, efektif atau tidaknya stimulus ini tetap bergantung pada angka penurunan kasus Covid-19.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, vaksinasi menjadi faktor penting tetap terjaganya stabilitas sektor jasa keuangan dalam upaya mendorong pemulihan ekonomi. ”Percepatan vaksinasi diharapkan menciptakan kekebalan komunal yang mendukung mobilitas masyarakat dengan protokol kesehatan yang ketat sehingga perekonomian bisa kembali bergerak,” ujarnya.