Jatim Gandeng Milenial Dampingi UMKM untuk Dongkrak Literasi Digital
Kaum milenial terus digandeng untuk mendampingi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Jawa Timur agar kelompok ini semakin melek digital dan mendapat asupan ilmu dari anak-anak muda, dari produksi hingga pemasaran.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus menggandeng kaum milenial agar mendampingi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah dalam meningkatkan literasi digital. Kelompok anak muda ini juga bisa diarahkan untuk mengubah prilaku pelaku usaha agar lebih kreatif dan inovatif.
Demikian diungkap Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak pada Media Gathering Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina yang digelar secara webinar, Kamis (24/6/2021). Perhatian khusus bagi pelaku UMKM di provinsi ini terus berlangsung terutama terkait pendampingan hingga pendistribusian produk di era digitalisasi.
Salah satu langkah Pemprov Jatim lebih memberi penguatan kepada pelaku UMKM melalui program Millenial Job Center (MJC). Kehadiran program MJC, menurut mantan Bupati Trenggalek ini, pemilik usaha, meski mikro, tidak perlu kewalahan membuat kemasan atau packaging produknya hingga cara memasarkan produk secara digital.
”Semua sudah bisa diselesaikan oleh MJC sehingga pelaku usaha hanya perlu terus menjaga kualitas produknya,” ujarnya.
Disebutkan, Pemprov Jatim saat ini mencatat ada 9,78 juta pelaku UMKM di daerah dengan penduduk sekitar 43 juta jiwa ini. Jadi keberadaan UMKM bisa menjadi peluang sebagai kotribusi PDRB Jatim sebesar 56,94 persen.
Wagub Emil memberikan pemahaman bagaimana MJC bekerja. Dirinya telah melakukan berbagai koordinasi dengan berbagai startup atau pelaku usaha rintisan dan pihak terkait untuk mendukung berjalannya program MJC. Tidak hanya itu, melalui program MJC, anak-anak muda yang memiliki bakat dalam bidang marketing, design, ataupun programmer juga bisa terfasilitasi. Apalagi, MJC sesuai dengan format bekerja yang biasa disebut Gigs Economy.
Program JMC, wadah anak-anak muda yang kreatif dan inovatif serat melek digital, bergabung tanpa perlu gedung atau ruang kantor karena pekerjaannya sesuai dengan kegemarannya. ”Jadi, mereka hanya dipekerjakan saat acara, tapi kerjanya tetap professional, semisal menjadi digital creative,” kata Emil.
Program tersebut juga salah satu cara untuk membentuk ekosistem yang baik antara pemilik UMKM dan sesama ahli digital kreatif. Pemprov Jatim memberikan ruang untuk sebagai tempat pertemuan JMC, yakni East Java Super Corridor (EJSC), yang ada di lima bakorwil di provinsi ini.
Semua sudah bisa diselesaikan oleh MJC sehingga pelaku usaha hanya perlu terus menjaga kualitas produknya. (Emil Dardak)
”Di EJSC, pelaku industri kreatif berkumpul dan bekerja bersama dalam satu tempat meski dengan kesibukan masing-masing. EJSC juga bisa jadi tempat mereka menyelenggarakan kegiatan atau pergelaran dan tinggal berkoordinasi dengan bakorwil setempat,” imbuhnya.
Apalagi, saat ini Pemprov Jatim tengah mengembangkan proyek percontohan terkait Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari di Kabupaten Malang. KEK ini fokus pada ekonomi kreatif, antara lain, berbasis animation production. Konsep yang diterapkan di KEK Singhasari hampir sama dengan EJSC, yakni menjadi ekosistem bagi pelaku industri kreatif.
Konsepnya sama, yakni kreator konten dikumpulkan di KEK Singhasari. Ekosistem akan terbentuk dan tentunya akan disediakan pula gedung untuk sebagai co-working space atau tempat bekerja bersama di areal itu.
Emil berharap, konsep kerja Gigs Economy yang kini diminati kalangan milenial bisa menjadi panutan di Jatim. Utamanya dengan tersedianya wadah melalui KEK Singhasari maupun EJSC yang di bakorwil. ”Ekosistem kelak tumbuh dengan baik melalui pertemuan antarkomunitas atau antarperorangan,” katanya.
Pada kesempatan tersebut, Manager Relations Regional Indonesia Timur Iwan Ridwan Faizal mengatakan, program tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) juga dilaksanakan oleh Regional Indonesia Timur.
Kegiatan CSR itu, antara lain, dikerjakan oleh Pertamina Hulu Energi WMO (PHE WMO) berupa pengembangan Taman Wisata Laut Desa Labuan, Bangkalan. Program itu berkembang dengan keberhasilan dari beberapa aspek, seperti peningkatan nilai ekonomi masyarakat sekitar.
Program lain ialah pengembangan Wisata Pasir Putih Tlangoh dan Edu Farming Bandangdaja dengan inovasi Demplot Pertanian menggunakan sistem irigasi tetes sehingga hemat air. Sementara Pertamina EP Asset-4 Poleng Field menjalankan Program Edu Green Village di Desa Doudo, Gresik.
Area Sulawesi melalui Pertamina EP Asset-4, Donggi Matindok Field, menjalankan program peningkatan teknologi pertanian tepat guna melalui program demplot (sawah uji coba) dan Salibu (Tanam Sekali Panen Berkali-kali).