Perpanjangan Masa Diskon Pajak Mobil Dinilai Tidak Berdampak Signifikan
Perpanjangan insentif diskon pajak pembelian mobil baru disambut baik perusahaan pembiayaan. Meski demikian, mereka menilai daya beli masyarakat perlu terus didorong hingga level sebelum pandemi terjadi.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku industri pembiayaan menyambut baik perpanjangan insentif pajak untuk kendaraan bermotor sampai dengan Agustus, karena akan ikut membantu kinerja pembiayaan. Namun, mendorong daya beli masyarakat juga penting, sebab pasar penjualan mobil belum juga kembali normal seperti sebelum pandemi.
Sebagaimana diketahui, pemerintah berencana memperpanjang kebijakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) sebesar 100 persen untuk penjualan mobil 4x2 di bawah 1.500 cc sampai Agustus 2021. Sementara PPnBM DTP 50 persen diperpanjang menjadi hingga Desember 2021.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Suwandi Wiratno menyambut baik rencana pemerintah memperpanjang insentif PPnBM DTP itu sampai Agustus. Sebab, ini sedikit banyak akan membantu meningkatkan pembiayaan pembelian mobil. ”Ini angin segar dan positif,” ujar Suwandi yang dihubungi Rabu (16/6/2021).
Meski demikian, perpanjangan kebijakan ini dinilai tidak akan berdampak signifikan. Sebab, animo diskon itu hanya besar pada saat awal pemberlakuannya saja.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan, pada Februari 2021 atau sebelum diskon berlaku, penjualan dari pabrik ke dealer sempat rendah di angka 49.202 unit. Pada Maret, setelah diskon PPnBM berlaku, penjualan melonjak menjadi 84.915 unit, lalu berkurang menjadi 78.908 unit pada April dan turun lagi menjadi 54.815 unit pada Mei.
Suwandi menjelaskan, kinerja penjualan mobil yang disampaikan Gaikindo bisa menjadi cermin efektivitas kebijakan itu.
”Pasar belum pulih seperti sebelum pandemi. Daya beli masyarakat ini yang perlu terus dipulihkan dan didorong,” ujar Suwandi.
Senada dengan Suwandi, Direktur Keuangan PT Adira Dinamika Multifinance Tbk I Dewa Made Susila pun menyambut baik kebijakan itu. Akan tetapi, ia mengatakan, peningkatan daya beli konsumen juga harus terus didorong. Sebab, dalam kondisi pandemi ini tidak semua orang memilih untuk langsung membeli mobil meski sudah diberikan insentif diskon.
”Selain itu, mengangsur mobil ini kan butuh komitmen bertahun-tahun. Ini menyangkut kemampuan membayar cicilan. Daya beli konsumen belum pulih sepenuhnya. Ini yang perlu didorong,” ujar Made.
Dari sisi perusahaan pembiayaan, menurut Made saat ini terdapat tantangan tersendiri. Pihaknya harus lebih cermat dalam memilih dan menyeleksi konsumen yang memiliki daya beli yang kuat. Bila tidak, ini bisa menimbulkan kenaikan kredit macet atau non-performing finance (NPF).
”Kami teliti betul profil calon konsumen. Kami cek bagaimana kondisi sektor usaha tempatnya bekerja. Bagaimana pertumbuhannya ke depan? Ini menyangkut kemampuannya mengangsur kelak,” ujar Made.
Kendati demikian, baik Made maupun Suwandi optimistis triwulan kedua tahun ini pembiayaan bisa lebih baik ketimbang periode yang sama tahun lalu ataupun triwulan pertama. Selain karena ekonomi yang perlahan membaik, juga adanya bulan puasa yang secara historis membantu kinerja pembiayaan.
Tahun lalu, Adira Finance menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 18,6 triliun. Tahun ini pihaknya menargetkan pertumbuhan pembiayaan 20-25 persen pada kisaran Rp 22 triliun–Rp 23 triliun. Adapun portofolio pembiayaan terdiri dari 50 persen pembiayaan kendaraan roda dua dan 50 persen roda empat.
”Target pertumbuhan ini didasarkan atas kinerja tahun lalu yang sangat rendah dan ditopang pemulihan ekonomi yang kian membaik,” ujar Made.
Perangkat rumah tangga
Pada saat penjualan dan pembiayaan mobil belum pulih, peningkatan terjadi pada sektor pembiayaan perangkat rumah tangga. Jumlah pembiayaan barang elektronik yang berhasil disalurkan Home Credit pada periode bulan Ramadan yaitu selama periode 13 April 2021–13 Mei 2021 sebesar Rp 542 miliar. Angka ini meningkat sekitar 3,5 kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, pada kisaran Rp 150 miliar.
Direktur Utama Home Credit Indonesia Animesh Narang menjelaskan, kenaikan itu sejalan dengan meningkatnya daya beli masyarakat. Ini sesuai dengan kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen yang dirilis Bank Indonesia pada April 2021 lalu pada level 101,5 yang artinya pada level optimistis bahwa kondisi ekonomi membaik.
”Dukungan dari pemerintah disertai optimisme masyarakat yang kembali tinggi sehingga kegiatan ekonomi dapat aktif lagi selama bulan Ramadhan tentu turut memberikan dampak yang positif terhadap kinerja kami,” ujar Aminesh.