Kolaborasi Antardaerah Dibutuhkan untuk Gaet Wisatawan Nusantara
Pemda yang mengembangkan dan mengandalkan sektor pariwisata diharapkan bekerja sama dan berkolaborasi untuk menggerakkan perjalanan wisatawan Nusantara. Destinasi pun didorong menyiapkan program yang menarik wisatawan.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Di tengah minimnya kunjungan wisatawan mancanegara akibat dampak pandemi Covid-19, daerah-daerah yang mengembangkan dan mengandalkan sektor pariwisata diharapkan saling bekerja sama dan berkolaborasi untuk menggerakkan perjalanan wisatawan Nusantara. Destinasi di Tanah Air juga didorong menyiapkan program yang mendukung akses dan kelengkapan bagi wisata nomadik.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Rizki Handayani menyatakan, menggerakkan perjalanan wisatawan dalam negeri menjadi upaya membangkitkan sektor pariwisata di tengah situasi menghadapi pandemi Covid-19.
Penerapan protokol kesehatan dan penyiapan fasilitas yang mendukung protokol kesehatan di destinasi wisata menjadi standar wajib. Ini demi memulihkan kepercayaan dan keyakinan calon wisatawan untuk bepergian ke destinasi di masa pandemi.
”Situasi pandemi juga menahan orang Indonesia bepergian ke luar negeri,” kata Rizki, dalam sesi gelar wicara (talk show) serangkaian pembukaan Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) ke-7 di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Kabupaten Badung, Kamis (10/6/2021).
Seremoni pembukaan BBTF ke-7 pada Kamis sore juga dihadiri Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Ketua Bali Tourism Board/Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho, serta Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores Shana Fatina.
Dalam acara yang sama, Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan, pandemi Covid-19 sangat berdampak terhadap perekonomian Bali. Sejak pandemi Covid-19 melanda, pertumbuhan ekonomi Bali terkontraksi hingga -9,31 persen secara kumulatif selama 2020. Pada kuartal I-2021, menurut Trisno, perekonomian Bali masih terkontraksi dengan pertumbuhan -9,85 persen.
”Pasar wisatawan domestik sangat potensial. Butuh kerja sama dan harus bersama-sama berjuang untuk menarik perjalanan wisatawan domestik di dalam negeri,” ujar Trisno.
Lebih lanjut, Rizki mengatakan, jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta orang merupakan pasar yang besar. Berwisata atau berlibur juga menjadi kebutuhan alami manusia. ”Jikalau 30 persen dari penduduk Indonesia ini mau berwisata, itu jumlah yang besar,” katanya.
Rizki menambahkan, BBTF sebagai ajang temu bisnis rutin setiap tahun menjadi wahana untuk menunjukkan kepada khalayak di Tanah Air dan internasional bahwa pariwisata Indonesia, khususnya Bali, masih bergerak. Hal itu dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara benar.
”Optimisme yang ditunjukkan bahwa Bali bergerak ini akan menggerakkan semangat orang untuk datang ke Bali. Pemerintah daerah di Bali harus bekerja sama dengan pemerintah daerah lain untuk bersama-sama menggerakkan pariwisatanya,” ujar Rizki.
Nomadik
BBTF ke-7 dijadwalkan berlangsung dua hari, Kamis-Jumat (11/6/2021). Menurut Ketua Komite BBTF 2021 I Ketut Ardana, acara diikuti 145 peserta pameran yang memasarkan produk dan program wisata (seller) dari 14 provinsi di Indonesia, termasuk Jakarta, Jawa Barat, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur, dan Bali. Tema yang diangkat kali ini adalah ”Exploring Sustainable and Wellness Tourism” atau ”Menjelajahi Pariwisata Berkelanjutan dan Kebugaran”.
Tempat-tempat wisata di kawasan Labuan Bajo memungkinkan para wisatawan untuk saling menjaga jarak.
Sementara itu, terdaftar 192 peserta sebagai pembeli (buyer), yang terdiri dari 135 pembeli dalam negeri dan 57 pembeli kalangan internasional. Kalangan pembeli internasional umumnya mengikuti ajang temu bisnis dalam BBTF ke-7 secara daring. ”Ini pertama kali event BBTF dilaksanakan secara hibrida, yakni secara offline dan juga melalui online,” kata Ardana.
Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores Shana Fatina mengungkapkan, wisata kebugaran (wellness tourism) menjadi tren wisata yang diperhatikan dan dikembangkan di Labuan Bajo dan sekitarnya. Shana menyatakan, calon wisatawan juga mempertimbangkan penerapan protokol kesehatan di destinasi yang akan mereka datangi selain pesona alam dan juga fasilitas wisata yang tersedia.
Hal itu termasuk sertifikasi protokol kesehatan berbasis kebersihan, kesehatan, keamanan, dan keberlanjutan lingkungan (CHSE). ”Tempat-tempat wisata di kawasan Labuan Bajo memungkinkan wisatawan untuk saling menjaga jarak,” kata Shana.
Adapun Rizki mengatakan, program work from Bali (WfB) yang ditawarkan dalam upaya menggerakkan kembali pariwisata sejatinya sudah berjalan sebelum pandemi Covid-19. Rizki mengatakan, wisatawan nomadik sudah lama mengenal dan mendatangi Bali sebagai tempat mereka liburan sambil tetap bekerja. ”Nomadic tourism sudah berjalan di Canggu (Badung) dan Ubud (Gianyar),” katanya.
Dalam situasi pandemi Covid-19, menurut Rizki, program wisata nomadik dan WfB perlu ditambah dan dilengkapi dengan program baru yang menawarkan pengalaman menarik. Hal itu pun perlu dipromosikan.
Ketua BTB/GIPI Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan, program WfB menyasar pasar wisatawan domestik, terutama dari pihak kementerian, lembaga, badan usaha, dan perusahaan swasta. Partha mengakui, industri pariwisata di Bali harus beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang disebabkan pandemi Covid-19.
Terkait rencana pembukaan kembali kunjungan wisatawan dari luar negeri ke Bali, menurut Partha, pemerintah dan kalangan industri pariwisata juga sudah menyiapkan prosedur, fasilitas, dan sumber daya manusia. Ini untuk mendukung langkah pemulihan pariwisata Bali menghadapi masa pandemi Covid-19.
Dalam sambutannya sebelum membuka ajang BBTF ke-7, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengatakan, penyiapan pembukaan kembali Bali terus berjalan. Bali termasuk daerah di Indonesia yang cakupan vaksinasi Covid-19 sudah tinggi.
Masyarakat Bali juga termasuk paling taat dan patuh menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. ”Kami dari pemerintah, industri, dan masyarakat Bali selalu berupaya agar dapat segera keluar dari lingkaran pandemi Covid-19,” kata Tjokorda.