Generasi X dan Baby Boomers Berbelanja Daring Lebih Banyak dari Milenial
Pandemi mengubah demografi warganet yang berbelanja daring. Jumlah transaksi dan jumlah produk yang dibeli generasi X dan Baby Boomers di situs daring malah lebih banyak dari generasi yang lebih muda.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selama pandemi Covid-19 ini, konsumen berusia 46 tahun ke atas atau generasi X dan konsumen berusia 55 tahun ke atas atau generasi Baby Boomers ternyata berbelanja lebih banyak di situs e-dagang dibandingkan konsumen yang berusia lebih muda. Hal ini mematahkan mitos bahwa situs e-dagang hanya diisi anak-anak muda generasi milenial.
Temuan ini disampaikan dalam paparan riset Katadata Insight Center bersama Kredivo bertajuk ”Perilaku Konsumen E-Commerce Indonesia”, secara virtual Rabu (9/6/2021). Hadir sebagai pembicara dalam paparan itu Expert Panel Katadata Insight Center Mulya Amri, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia Bima Laga, Ekonom dan Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, Vice President Marketing & Communications Kredivo Indina Andamari, dan General Manager Kredivo Lily Suriani.
Sampel riset berasal lebih dari 10 juta transaksi e-dagang pada periode Januari-Desember 2020 di enam lokapasar, yaitu Blibli.com, Bukalapak, JD.id, Lazada, Shopee, dan Tokopedia. Selain itu riset juga mengambil sampel hampir satu juta pengguna Kredivo yang tersebar di 34 provinsi.
Mulya Amri menjelaskan, hasil riset ini mengindikasikan terjadinya perubahan pola konsumsi masyarakat selama pandemi. Perdagangan daring melonjak, berdampak pada perubahan demografi dan produk-produk yang diperjualbelikan dalam situs e-dagang. Perubahan pola konsumsi barang-barang ini sejalan dengan berubahnya kegiatan konsumen yang menjadi harus lebih banyak di rumah.
”Pandemi ini mendorong perubahan yang sangat cepat. Siapa saja konsumen e-dagang? Apa saja yang mereka beli? Kapan waktu tersibuk untuk berbelanja? Ini mengalami perubahan semuanya,” ujar Mulya.
Hasil riset itu menyatakan kelompok usia 55 tahun ke atas atau generasi Baby Boomers menjadi kelompok dengan jumlah transaksi dan jumlah belanja produk secara daring terbanyak, yakni rata-rata 19 produk dengan 13 jumlah transaksi dalam setahun. Adapun kelompok usia 46-55 atau generasi X dan kelompok usia 36-45 menjadi kelompok kedua terbanyak dengan sama-sama memiliki rerata belanja 18 produk dalam 12 kali transaksi.
Sementara itu konsumen yang lebih muda, yakni generasi milenial dan generasi Z malah tercatat lebih sedikit dalam bertransaksi secara daring. Kelompok usia 26-35 rata-rata membeli 16 produk dengan 10 transaksi. Adapun kelompok usia 18-25 rata-rata membeli 13 produk dengan 9 jumlah transaksi.
Bhima Yudhistira menjelaskan, riset ini membuktikan, pandemi secara tidak langsung mendorong integrasi antar generasi dalam berbelanja daring. Bila sebelumnya, ada kesan berbelanja daring hanya dilakukan anak muda, kini konsumen yang berusia lebih tua, yakni dari generasi X dan Baby Boomers pun kini banyak berbelanja secara daring.
”Setelah pandemi ini kan semuanya jadi serba digital. Kita lihat konsumen usia 40 tahun ke atas mulai belajar belanja daring. Ini ada integrasi antar generasi bersama dalam ekosistem e-dagang,” ujar Bhima.
Ia juga menambahkan, tingkat kepercayaan konsumen kelompok 40 tahun ke atas dalam belanja daring pun meningkat. Tak mudah mengubah pola belanja luring yang bertahun-tahun mereka lakukan, untuk kini beralih ke belanja daring.
”Faktor percaya ini perlahan sudah berhasil dibangun di konsumen kelompok 40 tahun ke atas ini,” ujar Bhima.
Bima Laga menambahkan, pandemi ini mengubah pola konsumsi di masyarakat. Kelompok umur 40 tahun ke atas kini bertumbuh menjadi segmen pasar yang menjanjikan.
”Ini adalah peluang yang harus dibaca pelaku usaha untuk menjaring pasar ini. Mereka juga perlu kebutuhannya terpenuhi melalui belanja daring,” ujar Bima.
Indina menjelaskan, generasi X dan baby boomer punya tingkat kesejahteraan dan daya beli yang lebih besar dari generasi di bawahnya. ”Wajar ketika mereka masuk ke belanja daring, mereka berada di posisi tertinggi dalam belanja produk dan jumlah transaksinya,” ujar Indina.
Dalam riset ini juga terungkap, perubahan produk barang yang dibeli konsumen selama pandemi. Peningkatan pembelian pulsa voucher bertumbuh lebih banyak selama pandemi. Sebanyak 14 persen dari total belanja e-daring selama pandemi atau 2020 dihabiskan untuk belanja pulsa dan voucher, meningkat dibandingkan 2019 yang sebesar 10 persen.
Belanja peralatan rumah tangga juga meningkat selama 2020 yakni sebesar 11 persen dari total seluruh belanja e-daring, meningkat dari 2019 yang sebesar 9 persen.
Kenaikan belanja selama pandemi juga terjadi pada produk olahraga, mainan, dan hobi selama 2020 yakni sebesar 7 persen dari total seluruh belanja e-daring, meningkat dari 2019 yang sebesar 5 persen.
Penurunan signifikan terjadi pada belanja barang mode dan aksesori. Meski masih menjadi kategori barang dengan belanja tertinggi pada 2020, yakni sebesar 22 persen dari total belanja e-daring, jumlah ini merosot dibandingkan 2019 yang sebesar 30 persen dari total belanja e-daring.
Bhima menjelaskan, perubahan pola konsumsi barang-barang ini sejalan dengan berubahnya kegiatan konsumen. Perubahan ini yang harus ditangkap pelaku usaha dalam menjajakan barangnya secara daring. “Karena lebih banyak di rumah, maka kebutuhan akan voucher pulsa, perlengkapan rumah tangga, dan barang-barang hobi meningkat,” ujar Bhima.