Gas Jambaran Tiung Biru Pacu Simpul Ekonomi Baru Jateng
JTB merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) dari sektor migas yang ditetapkan Presiden Joko Widodo. Aktifnya proyek JTB akan dapat memberi kontribusi bagi peningkatan produksi migas nasional.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — PT Perusahaan Gas Negara Tbk menandatangani Dokumen Penyaluran Gas dengan PT Rekayasa Industri terkait kegiatan praproduksi sumur Jambaran Tiung Biru atau JTB di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Pasokan dari JTB diharapkan memacu simpul ekonomi baru karena nantinya direncanakan terpasok ke sejumlah kawasan industri di Jawa Tengah.
Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Achmad Muchtasyar, di Onshore Receiving Facilities (ORF) Tambak Lorok, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (9/6/2021), mengatakan, JTB rencananya beroperasi pada November 2021. Dari lapangan gas JTB, nantinya gas akan dialiri ke Tambak Lorok, dengan memanfaatkan pipa transmisi Gresik-Semarang (Gresem).
”Mudah-mudahan nantinya juga disambung ke Cirebon-Semarang (masih berupa proyek) sehingga akan mengembangkan perekonomian baru, terutama di Jateng. Nantinya akan memenuhi kebutuhan gas di sejumlah kawasan industri baru,” ujar Achmad.
Achmad menambahkan, berdasarkan informasi dari Pertamina, commissioning atau bagian dari rangkaian uji coba keandalan serta kapasitas produksi gas dari JTB akan dilaksanakan mulai Juli 2021. Adapun kontraktor utama pembangunan JTB ialah PT Rekayasa Industri (Rekind).
Uji coba keandalan tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor sehingga dilakukan kerja sama antara Rekind dan PGN. Adapun gas bumi yang diperlukan untuk commissioning 4-8 miliar british thermal unit (BBTUD) selama 6-8 bulan.
Direktur Utama PGN, M Haryo Yunianto, mengemukakan, commissioning dan sinergi dengan Rekind menjadi komitmen untuk menjaga agar produksi migas nasional dapat memenuhi target. PGN nantinya juga akan mengelola gas dari JTB sebanyak 192 BBTUD.
JTB merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) dari sektor Migas yang ditetapkan Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 2018, kemudian diperbarui pada Peraturan Presiden Nomor 109 tahun 2020. Aktifnya proyek JTB dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan produksi migas nasional.
”Jambaran-Tiung Biru bernilai penting bagi perekonomian wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan perekonomian nasional. Aktifnya produksi di lapangan tersebut dapat membantu pemenuhan gas di sektor kelistrikan. Kemudian bisa dioptimalkan untuk industri komersial, transportasi, UMKM, ataupun rumah tangga,” jelas Haryo.
Pada Rabu (9/6/2021), di Tambak Lorok, juga diresmikan jumperline atau pipa jumper sepanjang 50 meter, yang akan mengalirkan gas dari Lapangan Kepodang dengan estimasi gas berkisar 10-20 BBTUD. Menurut Haryo, jumperline dapat meningkatkan keandalan dan memperluas jangkauan pemanfaatan gas bumi ke seluruh sektor lain selain kelistrikan.
Jaringan rumah tangga
Di Jateng, jaringan gas rumah tangga telah mengaliri beberapa titik di Kota Semarang dan Kabupaten Blora, dengan total sekitar 13.700 pelanggan. Sementara saluran untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM) ada enam. Itu melengkapi penyaluran gas pada 14 industri komersial serta satu pembangkit listrik di provinsi itu.
Group Head Sales and Operation Region 3 Jawa Bagian Tengah Timur PGN Iwan Yuli Widyastanto mengatakan, pihaknya berencana menambah jumlah pelanggan aliran gas tersebut. ”Hari ini ada di Semarang Barat dan Timur, selanjutnya akan kami tambah hingga 2024. Ini merupakan program PGN dengan Kementerian ESDM,” ujarnya.
Ia menambahkan, dengan adanya jumperline, ada fleksibilitas dan keandalan dalam mengalirkan gas, termasuk untuk jaringan gas rumah tangga. Dengan begitu, jika ada satu suplai bermasalah, bisa dialihkan dari sumber yang lain. Hal tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan pelayanan serta memenuhi kebutuhan pelanggan baru.