Masih banyak perusahaan rintisan berbasis teknologi atau ”start up” membutuhkan akses pendanaan dan pendampingan dari modal ventura. Situasi ini berlangsung bersamaan di tengah semarak ”start up” ingin masuk bursa saham.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Maraknya fenomena usaha rintisan berbasis teknologi (start up) melantai di bursa saham memberi peluang bagi pemodal ventura untuk tetap berinvestasi ke start up nasional. Situasi ini dinilai menunjukkan ekosistem start up di Indonesia semakin matang.
CEO BRI Ventures Nicko Widjaja menyampaikan pandangan tersebut di sela-sela peluncuran Grab Ventures Velocity Batch 4 x Sembrani Wira dari BRI Ventures, Rabu (9/6/2021), di Jakarta. Bagi perusahaan modal ventura atau venture capital (VC), adanya fenomena sejumlah start up terjun ke bursa saham, justru memberi proyeksi yang lebih jelas terkait pengembalian investasi.
Nicko menuturkan, ekosistem start up di Indonesia baru berusia satu dekade. Sepuluh tahun lalu, yakni 2010-2011, muncul start up di bidang perdagangan secara elektronik atau e-dagang dan VC yang masuk datang dari China, India, dan Jepang. BRI Ventures pun baru berdiri 2019 atau sesudah Bank Mandiri dan Telkom lebih dulu memiliki VC. Pada periode itu, kalaupun ada start up yang melantai di bursa saham, dia berpendapat kinerja mereka belum bagus.
”Memasuki dekade kedua, start up yang melantai di bursa saham telah mempunyai kinerja dan punya segmen pasar yang kuat. Generasi mereka bahkan telah melahirkan start up baru, lebih berkualitas, dan bekerja sama dengan VC untuk pendanaannya,” ujar Nicko.
Memasuki dekade kedua, start up yang melantai di bursa saham telah mempunyai kinerja dan punya segmen pasar yang kuat. Generasi mereka bahkan telah melahirkan start up baru, lebih berkualitas, dan bekerja sama dengan VC untuk pendanaannya.
Nicko menambahkan, maraknya fenomena start up terjun di bursa saham, meski di tengah pandemi Covid-19, menunjukkan bahwa mereka adalah perusahaan yang tangguh. Cerita ini mirip dengan krisis global tahun 2008, tetapi Uber dan AirBnb malah lahir dan bertumbuh di masa itu.
”VC sekarang semakin jeli mau berinvestasi ke start up dengan bidang apa yang dibutuhkan konsumen. Mereka semakin piawai alias memperhitungkan apakah start up tersebut bisa tumbuh pesat atau tidak,” katanya.
Kredit usaha
Kerja sama BRI Ventures dengan Grab ada di program Grab Ventures Velocity Batch 4. Program ini merupakan akselerasi kapasitas dan kemampuan bisnis para start up dari Grab yang telah berjalan tiga angkatan. BRI Ventures akan terlibat di dalam program itu.
Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menyampaikan, BRI Ventures telah berinvestasi di Grab. BRI Ventures akan membuka jalan bagi start up binaan Grab Ventures Velocity untuk meningkatkan kapasitas bisnisnya.
”Kami dan BRI telah meluncurkan kredit usaha rakyat yang membantu para mitra UMKM. Kami berharap, para start up yang nantinya menjadi peserta Grab Ventures Velocity bisa mendapat binaan dari BRI Ventures,” kata Neneng.
Grab Ventures Velocity telah berjalan tiga angkatan dan berhasil membina 20 start up. Sebanyak 15 di antaranya berasal dari Indonesia. Delapan dari 15 perusahaan itu mendapat atau akan menerima suntikan pendanaan baru.
Salah satu keuntungan start up yang mengikuti program akselerasi ini akan mendapatkan akses pasar yang selama ini dimiliki oleh Grab. Misalnya, layanan Sejasa kini ada di fitur ”Clean and Fix” dan TaniHub ada di fitur GrabFood pada aplikasi Grab.
Salah satu keuntungan start up yang mengikuti program akselerasi ini akan mendapatkan akses pasar yang selama ini dimiliki oleh Grab. Misalnya, layanan Sejasa kini ada di fitur ”Clean and Fix” dan TaniHub ada di fitur GrabFood pada aplikasi Grab.
”Mereka bisa berusaha menciptakan inovasi di platform Grab selama delapan minggu di masa pendampingan,” ujar Neneng.
Co-Founder TaniHub Group William Setiawan mengatakan, pasca-mengikuti Grab Ventures Velocity, TaniHub Group dapat memperluas jangkauan konsumen. UMKM mitra GrabFood, misalnya, bisa memesan bahan memasak dari petani mitra TaniHub.
”Jangkauan konsumen kami bukan lagi sebatas restoran,” katanya.
TaniHub Group juga mempunyai bisnis pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi dengan nama TaniFund. Bisnis ini dapat dimanfaatkan oleh petani mitra untuk mengakses pinjaman. Selama pandemi Covid-19, petani mitra membutuhkan kepastian akses pembelian dan pendanaan. William mengklaim, layanan yang dimiliki oleh TaniHub Group bisa menjamin kepastian itu.
”Kami mendapat pendampingan dari Grab yang lebih dulu melejit. Jadi, kami belajar bagaimana melewati setiap dinamika pasar agar bisa punya bisnis yang berkelanjutan,” imbuh William.