Desa Wisata Dikembangkan untuk Topang Pariwisata Nasional
Desa Wisata Denai Lama di Kabupaten Deli Serdang kini menjadi penggerak ekonomi baru bagi masyarakatnya. Dengan memadukan agrowisata dan edukasi, desa itu dapat omzet hingga Rp 560 juta per bulan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
LUBUK PAKAM, KOMPAS — Sebanyak 500 desa wisata di Indonesia akan dikembangkan untuk menopang pariwisata nasional di tengah pandemi. Desa wisata terbukti mampu memberikan masukan tambahan bagi warganya dengan memadukan agrowisata dan edukasi berbasis kebudayaan.
Konsep pariwisata yang ditawarkan juga berkeadilan, yakni menghidupkan ekonomi masyarakat desa yang seluas-luasnya. Salah satunya adalah Desa Denai Lama di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
”Desa wisata ini mempunyai konsep wisata yang sangat bagus, yakni memadukan agrowisata dengan edukasi berbasis kebudayaan dan membaca,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, saat berkunjung ke desa itu, Rabu (9/6/2021).
Sandiaga mengunjungi sejumlah destinasi di desa itu seperti tempat perajin piring lidi, batik pewarna alami, kain ecoprint, kafe baca, sanggar seni, dan agrowisata di tengah sawah. Sandiaga didampingi Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan Bupati Deli Serdang Ashari Tambunan.
Desa Denai Lama merupakan salah satu kandidat Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021. Pariwisata di desa itu kini menghidupi warganya. Warga yang sebagian besar merupakan petani padi kini punya pemasukan baru dari pariwisata.
”Omzet pariwisata di desa ini sekitar Rp 140 juta per minggu. Ini masih meningkat terus, tetapi akan dibatasi selama pandemi,” kata Sandiaga. Jika dihitung, dalam satu bulan omzetnya bisa mencapai Rp 560 juta.
Ini konsep pariwisata yang berkeadilan. Menghidupkan ekonomi masyarakat desa yang seluas-luasnya. (Sandiaga Uno)
Destinasi unggulan di Denai Lama antara lain Kafe Baca. Di akhir pekan, di kafe itu ditampilkan grup musik tradisional Melayu yang menggunakan rebana, akordeon, dan biola. Di kafe itu juga ada Sanggar Lingkaran tempat anak-anak desa latihan menari atau bermain musik tradisional.
Kafe itu menggunakan meja dan kursi bambu dan kayu di bawah pepohonan rindang.
Tempat favorit lainnya yang dikunjungi Sandiaga adalah Agrowisata Paloh Naga. Destinasi itu menyediakan tempat makan dan pertunjukan tari dan musik tradisional di tengah hamparan sawah. Ada puluhan pedagang usaha mikro kecil menengah yang menjual makanan dan jajanan di sana.
”Ini konsep pariwisata yang berkeadilan. Menghidupkan ekonomi masyarakat desa yang seluas-luasnya,” kata Sandiaga.
Tukini (47), pedagang nasi bakar di agrowisata, mengatakan, ia bisa menjual 400 porsi nasi bakar per pekan dengan harga Rp 8.000 per porsi. ”Itu sangat membantu ekonomi keluarga kami yang sebelumnya hanya dari bertani,” katanya.
Para perajin suvenir pun meningkat pesat di desa itu. Sri Wahyuni (35) bersama kelompoknya bisa menjual piring anyaman dari lidi sawit sebanyak tiga lusin per pekan dengan harga Rp 120.000 per lusin. Ia pun mengajak beberapa warga lain untuk bisa memenuhi permintaan.
Perajin lainnya adalah Juliana (47) yang membuat batik pewarna alami dan ecoprint. Ia juga bisa menjual lebih dari 40 lembar kain dengan harga Rp 750.000 hingga Rp 1,5 juta per lembar. ”Pelanggan saya kini tidak hanya dari wisatawan yang berkunjung, tetapi juga mereka yang memesan lewat media sosial,” katanya.
Kepala Desa Denai Lama Parnu mengatakan, desa wisata mereka terus berkembang dalam dua tahun belakangan. Sebelumnya, desa mereka sama sekali bukan merupakan tempat wisata. Hampir semua warganya merupakan petani padi.
”Kami membangun desa ini menjadi desa wisata karena melihat potensinya yang sangat besar,” katanya.
Ashari mengatakan, desa wisata itu sangat berpotensi berkembang karena sangat dekat dengan Bandara Kualanamu. Ke depan, mereka pun menargetkan wisatawan yang berkunjung ke Sumut singgah di desa wisata itu.
Saat ini, kunjungan masih dibatasi agar jangan terlalu ramai agar tidak menimbulkan kerumunan di tengah pandemi. Selama ini, pengunjung desa itu sebagian besar dari Medan atau dari warga dari luar daerah yang sedang berkunjung ke rumah keluarganya di Sumut.