UMKM Berpengalaman Menjadi Penggerak Ekonomi Kala Krisis
Pemerintah mendukung UMKM dan koperasi yang sangat tangguh di setiap krisis, termasuk saat pendemi Covid-19, karena itu kelompok ini perlu diberikan peningkatan kapasitas, terutama teknologi digital.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·4 menit baca
KLUNGKUNG, KOMPAS — Usaha mikro, kecil, dan menengah serta koperasi berpengalaman menjadi penggerak dan katalisator ekonomi ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi 1998. Dalam masa pandemi Covid-19, pemerintah mendukung dan membantu UMKM dan koperasi, antara lain mempermudah perizinan, menyiapkan standardisasi, dan membuka akses kredit serta meningkatkan kapasitas UMKM melalui teknologi digital.
Dengan pemanfaatan teknologi digital, menurut Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, pelaku UMKM dan koperasi memiliki akses untuk terhubung ke pasar global. ”Ekonomi sangat terbuka. Dunia terhubung dengan digital,” kata Teten dalam kunjungan kerjanya di Kabupaten Klungkung, Bali, Selasa (8/6/2021).
Di hadapan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, Ketua Dekranasda Kabupaten Klungkung Ni Nengah Rayu Astini Suwirta, pimpinan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Klungkung, serta pengusaha UMKM dan koperasi di Klungkung, Selasa, Teten menyatakan, produk UMKM dan koperasi Indonesia terus didorong agar mampu menembus ekspor dan masuk dalam pasar global.
Pemerintah sedang membangun koperasi menjadi agen konsolidasi dan pengagregat UMKM. Teten mengatakan, struktur ekonomi Indonesia didominasi usaha mikro, sementara usaha level menengah ataupun usaha besar masih sedikit.
Pemerintah terus mengupayakan UMKM agar akrab dengan ekosistem digital dan memanfaatkan teknologi digital sehingga UMKM ”naik kelas” dan dapat memperluas pemasaran produk. Hingga saat ini baru sekitar 12 juta UMKM di Indonesia yang sudah terhubung dengan platform digital.
Adapun ketika menghadiri acara silaturahmi dan diskusi dengan kalangan pengusaha pariwisata Bali di Gedung Bali Tourism Board (BTB)/Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali di Kota Denpasar, Selasa, Teten mengatakan Bali sudah menjadi merek dagang yang dikenal dunia.
Banyak pihak yang merindukan Bali. Maka, kirimlah produk-produk dari Pulau Dewata ini.
Produk dari Bali yang berkualitas dipastikan mudah terjual. Teten menyebutkan, kalangan di Bali perlu mengubah cara pandang dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19, yakni dari semula berpikiran Bali dikunjungi dunia menjadi Bali mengunjungi dunia.
”Banyak pihak yang merindukan Bali. Maka, kirimlah produk-produk Bali,” ujarnya, dalam diskusi bersama Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho, Ketua Ikatan Alumni ITB Gembong Primadjaja, Jejaring Kota/Kabupaten Kreatif Indonesia (ICCN), dan kalangan asosiasi pariwisata serta pengusaha muda di Bali.
Teten menambahkan, sejumlah komoditas pertanian dan perikanan Bali, misalnya, beraneka buah tropis, kakao, dan ikan tuna, berpotensi diolah sehingga memiliki nilai tambah sebelum dipasarkan selain dapat langsung diekspor.
Trisno Nugroho menyebutkan, UMKM mendominasi sektor usaha di Bali dan juga penyerapan tenaga kerja di Bali. Gambaran dari hasil Sensus Ekonomi Badan Pusat Statistik 2016, kontribusi UMKM terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Bali diperkirakan hingga 83 persen.
Kebijakan spasial
Dalam diskusi di Kantor BTB/GIPI Bali, Selasa, diungkapkan bahwa kondisi perekonomian Bali masih tertekan sejak awal pandemi Covid-19. Kontraksi ekonomi Bali pada triwulan I 2021 tercatat -9,85 persen. Kondisi itu dipengaruhi menyepinya pariwisata Bali akibat pandemi Covid-19.
”Pandemi Covid-19 ini menjadi momentum kesadaran akan ketergantungan Bali terhadap pariwisata,” kata Wakil Gubernur Bali dalam diskusi itu. Pariwisata berkontribusi hingga 53 persen terhadap PDRB Bali.
Ketua BTB/GIPI Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana menyatakan, kondisi pandemi Covid-19 hingga saat ini memengaruhi perekonomian Bali yang masih terkontraksi. Disebutkan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi Bali itu berdampak terhadap kondisi kemiskinan dan pengangguran di Bali. ”(Ekonomi) daerah lain sudah mulai tumbuh positif, kami di Bali masih tahan napas,” ujarnya.
Partha mengatakan, pemerintah harus memperhatikan kondisi Bali dan mempertimbangkan kebijakan khusus terhadap Bali, baik kebijakan fiskal maupun kebijakan lain, untuk membantu pemulihan Bali. Pada saat yang sama, menurut dia, Bali juga harus menguatkan sektor-sektor di luar pariwisata, antara lain pertanian dan industri, sebagai penopang struktur perekonomian Bali.
”Yang dapat dilakukan saat ini adalah memperbaiki daya tahan masyarakat di Bali sambil menunggu pembukaan (pariwisata) Bali,” kata Partha ketika ditemui seusai acara silaturahmi dan diskusi di Kantor BTB/GIPI Bali.
Adapun Teten menyatakan setuju apabila Bali mendapat kebijakan spasial, baik kebijakan fiskal maupun kebijakan lain, dalam upaya mempercepat pemulihan Bali. Ia mengungkapkan, Bali berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional melalui devisa sektor pariwisata.
”Bali menjadi lokomotif pariwisata nasional. Pemerintah sudah menetapkan industri pariwisata sebagai keunggulan domestik,” katanya. Untuk itu, perlu secara bersama-sama membangkitkan kembali Bali karena dalam fase survival pandemi, pariwisata tetap menjadi penting.