Lewat Tabungan Hijau, Nasabah Jaga Kelestarian Lingkungan
Tabungan hijau menjadi produk keuangan yang menjamin kesejahteraan petani dan tiap pelaku dalam rantai pasoknya sesuai dengan prinsip-prinsip berkelanjutan.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dalam merealisasikan komitmen terhadap kelestarian atau sustainability, perbankan membentuk produk keuangan yang sarat dengan nilai-nilai ekonomi hijau. Produk keuangan ini menjembatani nasabah penabung untuk berpartisipasi dalam ekonomi lestari, salah satunya membantu kesejahteraan petani dengan menjalankan praktik pertanian yang berkelanjutan.
Bank DBS Indonesia menggandeng Krakakoa, wirausaha sosial yang bergerak dalam memberdayakan petani kakao. Kolaborasi ini terwujud lewat produk bernama ”Green Savings”, yakni rekening tabungan multifungsi yang membuat nasabah dapat langsung berdonasi untuk petani kakao binaan Krakakoa.
Head of Segmentation, Liabilities, Mortgage Bank DBS Indonesia Festia Pisa Valensia menyatakan, melalui tabungan Green Savings, nasabah akan mendapatkan bunga sebesar 1 persen per tahun. ”Sebanyak 50 persen dari bunga tersebut akan langsung didonasikan ke Krakakoa setiap bulannya secara otomatis, sedangkan 50 persen lainnya dikembalikan kepada nasabah sebagai bunga tabungan. Green Savings berbeda dengan tabungan lainnya karena dapat mewadahi nasabah yang ingin berkontribusi langsung pada lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG),” tuturnya pada diskusi yang diadakan secara dalam jaringan, Jumat (4/6/2021).
Dengan demikian, nasabah dapat menabung sekaligus berdonasi secara rutin. Rekening tersebut juga memiliki fitur kartu debit serta dapat terintegrasi untuk investasi dan deposito. Nasabah dapat memantau arus keuangan dalam rekening lewat laporan bulanan.
Sebelumnya, Bank DBS Indonesia sudah bekerja sama dengan Krakakoa dengan menyediakan pelantar bagi nasabah yang ingin membeli produk kakao dari wirausaha sosial tersebut. Dengan berbelanja minimal Rp 200.000, nasabah sudah menyumbang satu bibit kakao dalam ekosistem Krakakoa.
Pisa menyatakan, upaya menghadirkan Green Savings dan kolaborasi dengan Krakakoa merupakan inovasi dalam menyikapi tren keuangan saat ini. ”Survey dan studi yang kami himpun dari Deloitte menunjukkan, sebanyak 43 persen nasabah di segmen affluent ingin berbisnis dengan perusahaan yang berkontribusi pada ESG,” katanya.
Menurut CEO sekaligus Founder Krakakoa Sabrina Mustopo, kolaborasi dengan Bank DBS Indonesia dapat menyokong kesejahteraan petani kakao binaan melalui peningkatan produktivitas. Selain itu, Bank DBS Indonesia pernah mengajak Krakakoa dalam sejumlah pameran agribisnis, salah satunya di Singapura.
Dalam rantai bisnisnya, Krakakoa mempertemukan petani kakao langsung dengan konsumen. Ekosistem bisnis Krakakoa meliputi pengolahan kakao menjadi bubuk, pasta, dan mentega hingga pemrosesan menjadi produk akhir yang dinikmati konsumen. Dampaknya, Krakakoa dapat membayar hasil panen petani kakao hingga tiga kali lipat lebih tinggi.
Menyadari dampak penggunaan lahan Indonesia pada emisi gas rumah kaca, Krakakoa mengajak petani kakao di ekosistemnya untuk bertani secara organik. Krakakoa juga menopang ketertelusuran (traceability) produk yang dihasilkan. Sejak didirikan pada 2013 hingga saat ini, terdapat 1.000 petani yang sudah dilatih.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Sektretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari Gita Syahrani menyatakan, institusi keuangan dapat menyediakan beragam investasi, pendanaan, dan produk finansial yang fokus pada pembangunan rendah karbon. Perbankan dan pelaku jasa keuangan dapat berupaya dalam memperluas portofolionya pada sektor bisnis yang mendukung ESG, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah serta wirausaha sosial.
Dari sisi permintaan, dia menilai, nasabah dan investor tengah mencari produk finansial atau investasi yang membuat mereka dapat menaruh dana yang berdampak pada kelestarian. Kehadiran Green Savings, menurut dia, menjadi produk keuangan yang menjamin kesejahteraan petani dan tiap pelaku dalam rantai pasoknya sesuai dengan prinsip-prinsip berkelanjutan.
Secara umum, dia berpendapat, konsumen kini berniat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan pada lingkungan. Konsumen cenderung memilih produk-produk yang berdampak positif pada kelestarian. ”Artinya, dengan menjalankan praktik sustainability, pelaku usaha dapat menjemput pasar,” ujarnya.