Terdampak Pandemi Covid-19, Realisasi Investasi di Kalbar Melambat
Pandemi Covid-19 masih berdampak pada kinerja investasi di Kalimantan Barat. Realisasi investasi di Kalbar triwulan I-2021 melambat jika dibandingkan dengan realisasi pada periode waktu yang sama tahun 2020.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Realisasi investasi Kalimantan Barat pada triwulan I-2021 melambat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020. Kondisi itu karena masih terdampak pandemi Covid-19 yang belum berakhir.
Berdasarkan data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kalbar, realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) triwulan I-2021 sebesar Rp 2,76 triliun. Angka tersebut 13,72 persen dari target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2021 sebesar Rp 20,09 triliun.
Nilai investasi triwulan I-2021 untuk PMDN sebesar Rp 1,27 triliun, menurun 61,16 persen dari periode yang sama tahun 2020 yang mencapai Rp 3,28 triliun. Nilai PMA pada triwulan I-2021 sebesar Rp 1,48 triliun. Nilai PMA tersebut juga menurun 51,67 persen dari periode yang sama tahun 2020 yang mencapai Rp 3,07 triliun.
”Pandemi Covid-19 yang belum mereda masih menjadi tantangan dan faktor yang berpengaruh terhadap perlambatan kinerja investasi pada triwulan I-2021,” ujar Kepala DPMPTSP Provinsi Kalbar Hendra, Kamis (3/6/2021).
Hendra berharap tren negatif ini tidak berlanjut. Oleh karena itu, DPMPTSP Kalbar bersama Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal serta DPMPTSP kabupaten/kota terus bekerja sama mengawal investasi. Hal itu diperlukan untuk mencapai target realisasi investasi tahun 2021 yang telah ditetapkan.
”Di samping itu, kondisi beberapa proyek strategis nasional yang menjadi penyokong kinerja investasi pada tahun 2020 di Kalbar dalam perkembangannya pada tahun 2021 hampir penyelesaian rencana investasi,” ujarnya.
Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Tanjungpura, Pontianak, Eddy Suratman menilai, dari sisi pengeluaran, pertumbuhan investasi Kalbar sekitar minus 2,5 persen adalah yang terbesar kontraksinya dibandingkan dengan komponen pengeluaran rumah tangga dan konsumsi pemerintah. ”Konsumsi rumah tangga dan pemerintah juga negatif, tetapi yang terbesar investasi,” ujarnya.
Faktor penyebabnya, pandemi membuat investor masih menunggu dan melihat perkembangan pandemi. Kemudian, pada triwulan I biasanya belanja modal pemerintah masih dalam proses administrasi sehingga kemungkinan masih menunda realisasi investasi pada triwulan I.
Pandemi Covid-19 yang belum mereda masih menjadi tantangan dan faktor berpengaruh terhadap perlambatan kinerja investasi pada triwulan I-2021. (Hendra)
Terkait lambannya investasi di Kalbar, menurut dia, memang ada pengaruh faktor pandemi Covid-19 bagi belanja-belanja terkait pembangunan jalan yang merupakan investasi pemerintah. Namun, kemungkinan besar pada triwulan II-2021 belanja modal pemerintah akan mulai meningkat. Untuk yang swasta seperti perkebunan dan sebagainya terus berjalan.
”Investasi swasta di Kalbar saat ini seharusnya tidak terlalu terpengaruh pandemi. Misalnya, mereka yang berinvestasi di sekitar Pelabuhan Internasional Kijing, Kabupaten Mempawah. Ketika menunda, yang sudah diinvestasikan akan rugi,” papar Eddy.
Situasi ini diperkirakan membaik pada triwulan II, III, dan IV. Pada triwulan II pertumbuhan ekonomi akan positif di atas 5 persen karena perlahan konsumsi rumah tangga akan positif karena meningkatnya konsumsi saat Lebaran lalu meskipun ada pembatasan. Konsumsi pemerintah juga akan positif karena eksekusi belanja dimulai pada triwulan II sehingga realisasi investasi juga akan meningkat.
Ia menambahkan, swasta biasanya akan melihat investasi pemerintah. Jika investasi pemerintah meningkat, menjadi sinyal bagi sektor swasta untuk berinvestasi juga. ”Kalaupun pada triwulan II investasi masih negatif, kontraksinya tidak terlalu dalam,” kata Eddy.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Pontianak Andreas Acui Simanjaya menuturkan, pandemi ini sudah masuk pada seleksi alam dalam dunia usaha. Ada sebagian perusahaan tutup, ada sebagian menyesuaikan dengan pola usaha baru, dan ada yang mengurangi karyawan serta melakukan bisnis baru.
Terkait investasi, menurut dia, bagi pengusaha yang ingin berinvestasi, masih ada sedikit persoalan terkait daya beli pasar terhadap produk yang dihasilkan. Pengusaha masih sulit menjual produk di tengah situasi pasar saat ini.
Ia menambahkan, jika berinvestasi besar-besaran, pengusaha masih perlu melihat perkembangan situasi, termasuk daya beli di tengah pandemi yang belum berakhir. Cara penanganan Covid-19 dan kebijakan juga menentukan pandangan dunia usaha dalam berinvestasi di Kalbar.