Timpangnya pertumbuhan permintaan dan produksi membuat defisit susu sapi makin lebar. Impor susu dan produk susu terus naik, sementara porsi susu nasional kian susut. Pemerintah dinilai perlu memberdayakan koperasi susu.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah dinilai perlu memperkuat koperasi peternak sapi perah guna menggenjot populasi sapi dan produksi susu segar dalam negeri. Pertumbuhan produksi dan permintaan susu yang makin timpang selama ini berpotensi membuat Indonesia semakin bergantung pada susu dan produk susu impor.
Selama kurun 2015-2018, konsumsi atau permintaan susu tumbuh 11,73 persen, sementara produksi susu segar dalam negeri rata-rata hanya tumbuh 6,13 persen per tahun (Kompas, 16/9/2020). Dampaknya, impor susu dan produk susu terus naik. Data Kementerian Perdagangan, nilai impor susu dan produk susu cenderung naik, yakni dari 326,7 juta dollar AS tahun 2016 menjadi 541,6 juta dollar AS tahun 2020.
Lesunya gairah peternak sapi perah tergambar dari susutnya jumlah koperasi susu. Menurut Ketua Dewan Persusuan Nasional Teguh Boediyana, saat ini terdapat 52 koperasi primer di sektor peternakan sapi perah, jauh lebih rendah dibandingkan lima tahun lalu yang mencapai 95 koperasi. ”Penurunan itu (jumlah koperasi) mengindikasikan merosotnya jumlah peternak sapi perah,” katanya saat dihubungi, Selasa (1/6/2021).
Teguh menambahkan, koperasi peternak sapi perah mesti diberdayakan, antara lain melalui pemberian fasilitas impor sapi dara dengan subsidi untuk dikembangbiakkan di dalam negeri. Langkah ini krusial untuk meningkatkan populasi sapi perah di Indonesia secara signifikan.
Nilai impor sapi dara dari Australia untuk peternakan sapi perah diperkirakan Rp 40 juta per ekor. Menurut Teguh, supaya koperasi dapat mengembangbiakkan sapi dan memperoleh keuntungan, pemerintah perlu memberikan subsidi sehingga harga sapi daya impor mencapai Rp 20 juta per ekor di tingkat peternak.
Skema lain yang dinilai dapat meningkatkan kesejahteraan peternak sekaligus meningkatkan populasi sapi dan produksi susu ialah melalui keterlibatan badan usaha milik negara (BUMN) sektor pangan. Keberadaannya diharapkan menyokong permodalan yang diperlukan untuk menambah populasi sapi dan produksi susu. BUMN pangan juga dapat bekerja sama dengan koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan peternak anggota.
Mayoritas impor
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Abdul Rochim menyebutkan, susu segar dalam negeri yang diserap untuk bahan baku industri sepanjang tahun 2020 mencapai 0,85 juta ton. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 0,75 juta ton. Namun, porsi susu segar dalam negeri dalam bahan baku industri hanya berkisar 20-23 persen, sedangkan sisanya masih impor.
”Setiap tahun, impor bahan baku susu oleh industri masih tinggi. Hal ini disebabkan oleh akselerasi pertumbuhan industri pengolahan susu yang lebih cepat dibandingkan kenaikan produksi susu segar dalam negeri,” ujar Abdul Rochim.
Pemerintah mendorong industri pengolahan susu meningkatkan kualitas dan kuantitas susu segar dalam negeri melalui kemitraan dengan koperasi peternak sapi perah.
Oleh karena itu, katanya, pemerintah mendorong industri pengolahan susu untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas susu segar dalam negeri melalui kemitraan dengan koperasi peternak sapi perah. Saat ini ada 14 industri pengolahan susu di Indonesia dan tiga perusahaan di antaranya memiliki peternakan sapi perah modern. Delapan industri di antaranya bermitra dengan koperasi peternak ataupun peternak sapi perah.
Data volume impor komoditas pangan tertentu yang diolah Badan Pusat Statistik menunjukkan, impor susu sepanjang Januari-Maret 2021 mencapai 66.182 ton. Volume ini meningkat 5,76 persen dibandingkan periode sama tahun 2020.
Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nasrullah menyebutkan, skala kepemilikan sapi perah berkisar 2-3 ekor per peternak. Idealnya setiap peternak memilik 7-10 sapi. ”Peternak (sapi perah) umumnya masih berorientasi (peternakannya sebagai) usaha sampingan, bukan bisnis. Hari Susu Nusantara tahun ini menjadi momentum meningkatkan industri susu,” katanya melalui siaran pers.
Menurut Kementerian Pertanian, produksi susu segar dalam negeri tahun 2020 meningkat 4,19 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 997.000 ton. Sementara populasi sapi perah naik 4,12 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 584.582 ekor.
Pada Hari Susu Sedunia tahun ini, yang juga diperingati setiap 1 Juni, sebagaimana Hari Susu Nusantara, Global Dairy Platform menggarisbawahi prinsip-prinsip keberlanjutan pada industri susu. Salah satu aspek keberlanjutan berkaitan dengan komunitas peternak. Sebanyak 600 juta orang tinggal di 133 juta wilayah peternakan sapi perah di seluruh dunia.