Jawa Timur Matangkan Proyek Trem Otonom Surabaya Raya
Layanan trem otonom akan hadir di Surabaya, Sidoarjo, Gresik, dan Bangkalan di Jawa Timur yang diharapkan memperkuat transportasi umum yang sudah ada untuk peningkatan ekonomi.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo atau Surabaya Raya serta Bangkalan di Jawa Timur akan dilayani dengan trem otonom atau autonomous rail rapid transit. Proyek tersebut butuh penelitian mendalam agar memperkuat jaringan transportasi umum yang ada.
Rencana proyek akan dimatangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Pemerintah daerah, yakni Jatim, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Bangkalan, akan dilibatkan.
”Rencana penyediaan moda autonomous rail rapid ini salah satu amanat Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2019 tentang Percepatan Ekonomi di Kawasan Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan (Gerbangkertasusila),” kata Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak di Surabaya, Jumat (28/5/2021).
Menurut Emil, Surabaya Raya seharusnya sudah dilayani jaringan transportasi umum yang lebih modern. Prasarana dan sarana di Surabaya Raya dianggap telah siap jika akan ada pembangunan trem otonom. Dengan jaringan transportasi umum yang lebih modern, pergerakan barang dan jasa untuk pertumbuhan ekonomi kawasan diyakini bisa lebih cepat.
”Jatim merupakan kekuatan bagi Indonesia bagian tengah dan timur, sementara kekuatan itu yang utama ditopang oleh Surabaya Raya sehingga penting untuk penyediaan layanan transportasi yang lebih mantap di Surabaya Raya,” katanya.
Kepala Balitbang Umar Aris mengatakan, layanan trem otonom juga dapat didorong lebih luas ke Bangkalan di Pulau Madura. Ke ”Nusa Garam”, julukan Madura, layanan itu tentu memanfaatkan potensi Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura). Layanan ke Bangkalan diharapkan dapat mendorong perekonomian ke arah timur, yakni Sampang, Pamekasan, dan Sumenep, untuk kemajuan Madura.
Jatim merupakan kekuatan bagi Indonesia bagian tengah dan timur, sementara kekuatan itu yang utama ditopang oleh Surabaya Raya. (Emil Elestianto Dardak)
Menurut Umar, telah ditempuh studi komprehensif untuk kerangka regulasi perencanaan trem otonom. Kerangka itu mencakup aspek teknis, keterjangkauan, ekonomi, dan implementasi. Rute layanan tren otonom perlu dibahas bersama dengan pemerintah daerah. ”Layanan trem otonom ini diharapkan memperkuat jaringan transportasi umum yang sudah ada,” katanya.
Ketua Tim Penelitian Trem Otonom Surabaya Hera Widyastuti memaparkan, moda ini adalah angkutan kereta perkotaan baru. Kereta memakai ban karet dan berjalan pada markah di jalan sehingga berbeda dengan trem atau kereta umum yang memakai rel. Trem otonom berjalan pada lintasan yang dilengkapi dengan sensor dan global positioning system (GPS).
Tiga alternatif
Hera, dosen Departemen Teknik Sipil ITS, melanjutkan, Balitbang merencanakan tiga alternatif trase atau rute layanan trem otonom. Trayek yang direncanakan melalui Stasiun Surabaya Pasar Turi, Jembatan Suramadu, Stasiun Bangkalan, dan Pelabuhan Kamal. Rute ini sangat berpeluang dikembangkan ke Gresik melalui Menganti atau Sidoarjo. ”Dengan mempertimbangkan kondisi geometrik dan permintaan masyarakat atau pasar,” ujarnya.
Rektor ITS Muhammad Ashari menyatakan, pengkajian dan penelitian lebih detail dan mendalam terutama terkait teknis perlu ditempuh dengan proporsional dan lengkap. Harus dilihat kondisi nyata jaringan transportasi yang sudah ada yakni kereta api, bus, dan mobil penumpang umum.
Trem otonom berwujud kereta yang beroperasi di jalan sehingga keberadaannya tentu berdampak terhadap lalu lintas, termasuk layanan transportasi umum yang sudah ada.
Secara terpisah, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, sedang menunggu kedatangan bus-bus bantuan untuk program buy the service. Bus-bus itu nantinya melengkapi layanan angkutan bus yang sudah ada, yakni bus kota dan Suroboyo Bus. Surabaya telah memiliki lingkar tengah timur dan barat serta sedang membuat lingkar luar. Bus-bus akan melayani timur-barat dan selatan-utara.
”Kami sangat mendukung adanya penyediaan layanan transportasi yang lebih modern sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Surabaya,” ujar Eri.
Pemprov Jatim juga berencana meningkatkan layanan kereta api Sidoarjo-Surabaya yang saat ini masih satu jalur rel. Peningkatan dengan penambahan menjadi dua jalur sehingga mobilitas kereta penumpang dan barang bisa lebih intens. Namun, hal ini juga berkonsekuensi terhadap penonaktifan pelintasan untuk menekan potensi kecelakaan.
Dalam konteks itulah, trem otonom nantinya jangan sampai bertabrakan dengan rencana-rencana yang sedang dikembangkan oleh pemerintah daerah. Di sisi lain, trem otonom merupakan angkutan yang kompleks dan terkomputerisasi, tetapi ramah lingkungan. Situasi ini akan menuntut keberadaan tenaga atau operator yang andal dan kompeten dalam teknologi transportasi.