Produksi minyak dan gas akan dikejar dengan penambahan program kerja pengeboran maupun optimalisasi penyerapan atau komersialisasi gas.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Realisasi produksi minyak dan gas bumi atau migas sepanjang triwulan-I 2021 masih berada di bawah target. Produksi ini akan dikejar pada triwulan-triwulan berikutnya dengan penambahan program kerja pengeboran maupun optimalisasi penyerapan atau komersialisasi gas.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK) Dwi Soetjipto memaparkan, ada sejumlah kendala dalam mencapai target produksi sepanjang 2021. Hal ini menyebabkan berkurangnya produksi sebanyak 25.000 barel minyak per hari (BOPD) dan 99 MMSCFD secara total dari target yang dicanangkan pada tahun sebelumnya.
“Namun, kami sudah menyiapkan strategi fill the gap yang mengisi kesenjangan dengan total produksi 6.700 BOPD dan 55 MMSCFD,” katanya saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI yang ditayangkan secara langsung, Kamis (27/5/2021).
Salah satu kendala itu muncul akibat laju penurunan produksi yang lebih cepat dan lebih tinggi dari perkiraan serta adanya penghentian aktivitas secara tidak terencana (unplanned shut down). Untuk mengisi kesenjangan, SKK Migas menyiapkan sejumlah langkah seperti, penambahan program kerja pengeboran, optimalisasi produksi dengan memanfaatkan teknologi, pengurasan stok, optimalisasi penyerapan atau komersialisasi gas, serta optimalisasi operasional gas bumi.
Di sisi lain, realisasi pengangkatan minyak bumi sepanjang triwulan-I 2021 mencapai 676,2 juta BOPD atau 95,9 persen dari yang ditetapkan pada target anggaran, pendapatan, dan belanja negara (APBN). Realisasi penyaluran gas sebesar 5.539 MMSCFD atau 98,3 persen dari APBN.
Adapun realisasi aktivitas pengembangan sumur bor sepanjang triwulan-I 2021 mencapai 13 persen dari total 616 sumur yang direncanakan. Aktivitas kerja ulang mencapai 23 persen atau setara dengan 143 sumur dan perawatan mencapai 21 persen atau sekitar 5.531 sumur.
Dalam kesempatan yang sama, Dwi menyebutkan, terdapat 31 wilayah kerja yang kontraknya berakhir dalam periode 2017-2023. Pemerintah telah memutuskan status 29 wilayah kerja di antaranya terkait proses perpanjangan atau kelanjutan pengelolaan.
Sementara itu, Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto optimistis, industri migas akan pulih sepanjang 2021, lantaran tren kenaikan harga minyak mentah dunia. Harga WTI mencapai 65 dollar AS per barrel dan brent 68,71 dollar AS per barrel. Namun, situasi geopolitik Timur Tengah perlu diwaspadai, khususnya pencabutan ekonomi embargo Iran yang berdampak pada melimpahnya suplai minyak mentah di dunia dan mengganggu stabilitas harga.
Sepanjang Januari-Maret 2021, realisasi investasi untuk hulu migas mencapai 12,38 miliar dollar AS. Nilai ini setara dengan 19,4 persen dari target yang dicanangkan.
Penerimaan negara yang diperoleh dari aktivitas hulu migas sepanjang triwulan-I mencapai 3,29 miliar dollar AS. SKK Migas memperkirakan, realisasi penerimaan negara sepanjang 2021 dapat menyentuh 9,84 miliar dollar AS atau lebih tinggi dibandingkan dengan target APBN yang sebesar 7,28 miliar dollar AS.
Target 2022
Berdasarkan tren saat ini, Dwi memperkirakan, harga brent pada 2022 bergerak di rentang 55-60 dollar AS per barrel. Harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan berada di kisaran 50-60 dollar AS per barrel.
Asumsi pengangkatan minyak pada 2022 berdasarkan pada pengeboran 700 sumur atau naik dari perencanaan sepanjang 2021. Program kerja ulang mencapai 725 sumur atau meningkat 18 persen. Salah satu pendukungnya ialah kelancaran transisi wilayah kerja Rokan. Pengangkatan migas ditargetkan dapat menyentuh 1,73 juta BOEPD.
Meskipun demikian, penerimaan negara dari aktivitas hulu migas pada 2020 diproyeksikan lebih rendah dibandingkan perkiraan tahun ini. Nilainya diproyeksikan sebesar 9,76 miliar dollar AS. (JUD)