Tantangan Dagang RI, Gelombang Covid-19 dan Pemulihan di Negara Tujuan
Pemulihan ekonomi yang belum merata dan gelombang kedua Covid-19 di negara tujuan ekspor utama tetap perlu diwaspadai Indonesia. Sementara itu, efisiensi dan hub logistik terus ditingkatkan guna menopang perdagangan.
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Surplus neraca perdagangan Indonesia berturut-turut terjadi sepanjang 12 bulan terakhir atau sejak Mei 2020. Kinerja sektor perdagangan ini bagus guna menopang pemulihan ekonomi nasional. Namun, pemulihan ekonomi yang belum merata dan gelombang kedua Covid-19 di sejumlah negara tujuan ekspor utama tetap perlu diwaspadai.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan pada April 2021 mencapai 2,19 miliar dollar Amerika Serikat (AS) dengan ekspor senilai 18,48 miliar dollar AS dan impor 16,29 miliar dollar AS. Hal itu semakin memperkuat kinerja neraca perdagangan pada Januari-April 2021 yang surplus 7,72 miliar dollar AS dengan akumulasi ekspor senilai 67,38 miliar dollar AS dan impor 59,67 miliar dollar AS.
Kepala BPS Suhariyanto, Kamis (20/5/2021), mengatakan, nilai surplus neraca perdagangan April 2021 tertinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya tahun ini. Di sisi lain, di tengah pandemi Covid-19, neraca perdagangan Indonesia surplus selama 12 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Tren positif ini tidak lepas dari naiknya harga sejumlah komoditas ekspor, seperti minyak kelapa sawit mentah, tembaga, dan logam mulia. ”Mulai pulihnya perekonomian sejumlah negara tujuan ekspor, terutama AS dan China, juga menjadi penopang kinerja positif tersebut,” ujarnya dalam telekonferensi pers di Jakarta.
BPS juga menunjukkan, pada April 2021, neraca perdagangan Indonesia terhadap AS masih surplus sebesar 1,22 miliar dollar AS. Adapun dengan China, neraca perdagangan Indonesia defisit sebesar 652,1 juta dollar AS.
Suhariyanto berharap agar tren positif ini berlanjut sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi nasional yang tengah terimbas pandemi. Ia juga mengingatkan, pemulihan ekonomi di setiap negara, regional, dan sektoral tidak merata. Pemerintah dan pemangku kepentingan terkait diharapkan memerhatikan sektor-sektor ekonomi yang masih belum pulih.
Pemulihan ekonomi di setiap negara, regional, dan sektoral tidak merata. Pemerintah dan pemangku kepentingan terkait diharapkan memperhatikan sektor-sektor ekonomi yang masih belum pulih.
Di sisi lain, gelombang kedua Covid-19 yang melanda sejumlah negara juga berpotensi menekan kinerja ekspor Indonesia. Berdasarkan data BPS, ekspor Indonesia ke India pada April 2021 turun sebesar 128,8 juta dollar AS. ”Hal ini terjadi karena permintaan minyak lemak atau nabati yang biasa dikirim ke India terganggu akibat lonjakan kasus Covid-19 di negara tersebut,” kata Suhariyanto.
India menempati urutan kelima sebagai negara yang berkontribusi besar terhadap ekspor Indonesia. Pangsa pasarnya sebesar 6,39 persen dari total nilai ekspor April 2021.
Sementara dalam laporan Perkembangan Terbaru Perdagangan Global pada 19 Mei 2021, Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) menyebutkan, pemulihan perdagangan global dari krisis Covid-19 mencapai rekor tertinggi pada triwulan I-2021. Perdagangan global pada periode tersebut tumbuh 10 persen secara tahunan dan 4 persen secara triwulanan.
Pemulihan yang mengesankan ini terus didorong oleh kinerja ekspor yang kuat dari negara-negara di Asia Timur. Perdagangan global diperkirakan akan tumbuh sepanjang tahun ini. Perdagangan barang global diperkirakan tumbuh 19 persen dan jasa 8 persen.
”Pertumbuhan perdagangan di Asia Timur dan negara-negara maju diperkirakan akan tetap lebih kuat. Di sisi lain, masih banyak negara yang pertumbuhan ekonominya akan tertinggal,” kata ekonom UNCTAD Alessandro Nicita dalam siaran pers.
Untuk menopang perdagangan, pemerintah dan operator pelabuhan terus membenahi efisiensi logistik dengan menerapkan Ekosistem Logistik Nasional (National Logistic Ecosystem/NLE). Penerapan NLE ini bertujuan untuk menyelaraskan arus lalu lintas barang dan dokumen international sejak kedatangan sarana pengangkut hingga barang tiba di gudang.
Sistem ini berorientasi pada pada kerja sama antarinstansi pemerintah dan swasta, melalui pertukaran data, simplifikasi proses, penghapusan repetisi, dan duplikasi. Kolaborasi digital ini mengintegrasikan sistem perizinan ekspor-impor yang dikelola 15 kementerian dan lembaga sekaligus mengintegrasikan layanan logistik dari hulu ke hilir.
Pelabuhan Batu Ampar, Batam, Kepulauan Riau, sudah ditunjuk sebagai pelabuhan percontohan penerapan NLE. Selain di Pelabuhan Batam, NLE juga akan diterapkan di Pelabuhan Belawan, Medan; Tanjung Priok, Jakarta; Patimban, Subang; Tanjung Emas, Semarang; Tanjung Perak, Surabaya; dan Makassar.
Pemerintah menerapkan NLE guna mengurangi biaya logistik Indonesia yang termasuk tertinggi di ASEAN, yakni 23,5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2017. Dengan implementasi NLE, biaya logistik akan turun menjadi 17 persen terhadap PDB.
Tak hanya itu, setelah Bagan Pemisah Alur Laut (Traffic Separation Scheme/TSS) diberlakukan di Selat Sunda dan Lombok pada 1 Juli 2020, PT Krakatau Bandar Samudera (KBS) terus membenahi dan mengembangkan Krakatau International Port (KIP). Dengan pemberlakuan TSS tersebut, trafik di Selat Sunda akan meningkat dan bisa menjadi jalur alternatif perdagangan ke Asia Barat dan Eropa yang selama ini bertumpu pada Selat Malaka.
Direktur Utama PT KBS Akbar Djohan menguturkan, KBS terus mengembangkan infrastruktur dan sumber daya manusia untuk mewujudkan KIP sebagai hub pelabuhan internasional di Asia Pasifik dan pelabuhan curah kering di Indonesia. KIP berada di jalur sutera maritim China, garis komunikasi laut (Sea Lane of Communication/SloC), dan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I.
”Kami juga mendukung program NLE yang dicanangkan pemerintah untuk meningkatan layanan logistik yang lebih efektif dan efisien,” ujarnya.
KBS terus mengembangkan infrastruktur dan sumber daya manusia untuk mewujudkan KIP sebagai hub pelabuhan internasional di Asia Pasifik dan pelabuhan curah kering di Indonesia.
Tahun lalu, selain melayani ekspor besi dan baja, KIP juga melayani ekspor kargo mineral komoditas batubara, kokas, bijih besi, dan GGBFS (ground granulated blast furnace slag) ke China, India, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Vietnam. KIP telah memiliki 20 jalur domestik untuk pengiriman kargo mineral di seluruh wilayah Indonesia.