Era teknologi mendorong munculnya pengusaha-pengusaha muda berbasis digital. Kementerian Komunikasi dan Informatika memulai lagi program 1.000 ”start up” Juni 2021 ini.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Komunikasi dan Informatika memulai lagi program 1.000 usaha rintisan (start up)pada Juni 2021. Program digelar untuk mewadahi usaha-usaha rintisan berbasis digital yang dibangun pengusaha muda.
Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Bonifasius Wahyu dalam diskusiShopeePay bertema ”Muda-mudi Bangsa, Bangkit Bangun Bisnis” di Jakarta, Jumat (21/5/2021), mengatakan, program ini merupakan wadah, khususnya bagi anak-anak muda, yang kini semakin gemar membangun usaha rintisansebagai pilihan pengembangan hidup.
”Idealnya, setiap start up terdiri dari beberapa anggota yang memiliki tiga karakter penting atau yang biasa dikenal sebagai The Start Up Triangle Team, yaitu hustler (orang yang ahli menjual ide dan memperkenalkan perusahaan), hipster (orang yang mahir membuat tampilan aplikasi maupun website yang menarik dan user friendly), dan hacker (orang yang memiliki keahlian untuk memaksimalkan penggunaan teknologi bagi perkembangan bisnis),” ujarnya.
Kombinasi tim yang tepat akan menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para investor. Sebagai salah satu regulator di Indonesia yang fokus mengembangkan industri usaha ritisanTanah Air, Kementerian Komunikasi dan Informatika menginisiasi program yang berupaya mencetak talenta digital yang berkualitas dan bisa mengemban peran hipster, hustler, dan hacker dengan baik untuk bersaing di industri.
”Yang dibutuhkan adalah gagasan inovatif, unik, dan bisa diterima pasar. Karena itu, perlu strategi pemasaran yang tidak bisa sekadar otodidak,” kata Bonifasius.
Syarif Rousyan Fikri, Co-Founder/CEO Pahamify, pun mengakui, usaha rintisantidak perlu merasa gagal. Justru dari kegagalan itu, hal terpenting yang perlu disadari adalah berani beradaptasi. Cepat beradaptasi pada kegagalan, tetapi cepat pula belajar kembali dan segera melakukan perbaikan (improvement).
Menurut Syarif yang merintis bisnis edukasi digital, tips yang tidak boleh diabaikan pertama-tama adalah memiliki mentor atau pendamping. Pendamping ini merupakan guru yang bisa mengajarkan berbisnis, termasuk melakukan koreksi atas keputusan bisnis. Selain itu, usaha rintisanharus memiliki keberanian memulai dan menyingkirkan rasa tidak percaya.
Abraham Viktor, CEO Hangry, pun mengatakan, tidak ada usaha rintisanyang memulai bisnis langsung merasa sukses. Jarang ada usaha rintisanmemulai bisnis sendirian. Biasanya, ada co-founder yang berperan, entah sebagai penggagas ide kreatif, entah pula sebagai eksekutornya.
Untuk memulai bisnis rintisan berbasis digital pun, dirinya menciptakan beberapa merek sekaligus karena tetap memiliki kekhawatiran gagal di dalam perjalanannya. Dari bisnis makanan dan minuman ini saja, Abraham akhirnya tahu, setiap pelanggannya memiliki nilai cita rasa yang berbeda, termasuk segmennya, walaupun basis menu makanan yang disajikan sama-sama ayam.
Syarif mengatakan, ”Di tengah industri digital yang dinamis, pelaku bisnis dan start up harus bisa peka terhadap keadaan, adaptif pada perubahan, dan lihai melihat peluang dengan mindsetproblem solving yang kreatif. Salah satu cara untuk membuka peluang baru adalah melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak.”
Selain mendorong inovasi, kolaborasi juga mampu memberi nilai tambah dan memperkaya layanan serta produk. Pahamify berkomitmen untuk meningkatkan pengalaman pengguna melalui kolaborasi dengan berbagai mitra, salah satunya Shopee yang menyediakan solusi kemudahan pembayaran. Dengan begitu, Pahamify dapat senantiasa mendampingi pelajar melalui layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan menjawab masalah yang ada.
Abraham menambahkan, ”Memperluas relasi atau networking termasuk kunci utama agar bisnis dapat terus berkembang. Tidak hanya memperluas jangkauan bisnis, networking juga dapat menambah wawasan baru, membuka kesempatan kerja sama dan peluang bisnis baru, atau bahkan menciptakan inovasi yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.”
Di Hangry sendiri, kata Abraham, keberhasilan mendapatkan pendanaan berkat terjalinnya hubungan yang baik dengan berbagai pihak. Sebagai milenial yang tumbuh di era digital, literasi teknologi merupakan salah satu keuntungan yang harus dimaksimalkan untuk memperluas relasi, seperti aktif berkenalan melalui jejaring sosial bisnis dan bergabung di grup pebisnis.
Saat ini, Hangry memiliki 41 gerai yang tersebar di seluruh Tanah Air. Hingga akhir tahun 2021, ditargetkan akan mencapai 120 gerai.
Eka Nilam Dari, Head of Strategic Merchant Acquisition ShopeePay, mengatakan, ”ShopeePay selalu memiliki semangat yang sama dalam mendorong para pelaku bisnis, termasuk anak muda untuk memaksimalkan penggunaan teknologi digital bagi perkembangan bisnis. Kemudahan akses internet dan kemajuan infrastruktur telekomunikasi memungkinkan anak muda untuk terus menghasilkan inovasi produk dan jasa yang dapat menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan kehidupan masyarakat.”