Harga daging sapi bergerak dalam rentang yang relatif tinggi selama Ramadhan dan Lebaran 2021. Realisasi impor yang baru sekitar 20 persen dari kuota dinilai turut menjadi pemicunya.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Meskipun pemerintah telah menugaskan sejumlah perusahaan pelat merah untuk mengimpor daging sapi dan kerbau, harga daging sapi pada Ramadhan-Lebaran 2021 cenderung tetap tinggi. Keterbatasan pemesanan dari Brasil dan lonjakan kasus Covid-19 di India menjadi pemicunya.
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis mencatat, rata-rata nasional harga daging sapi di pasar tradisional pada awal April 2021 berada di posisi Rp 119.650 per kilogram (kg). Per Selasa (18/5/2021), harganya mencapai Rp 126.900 per kg. Harga sempat menyentuh titik tertinggi, yakni mencapai Rp 133.250 per kg, yakni menjelang hari raya Idul Fitri 2021.
Pergerakan harga daging sapi itu berada di atas acuan. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen menyatakan, harga acuan daging sapi di tingkat pembeli berkisar Rp 80.000 per kg hingga Rp 105.000 per kg.
Sebelumnya, dalam rangka mengendalikan harga daging sapi di tingkat konsumen selama Ramadhan-Lebaran 2021, pemerintah telah menugaskan PT Berdikari (Persero) untuk mengimpor daging sapi beku dari Brasil sebanyak 20.000 ton. Perum Bulog juga mendapatkan penugasan mengimpor daging kerbau beku dari India sebanyak 80.000 ton.
Dari kuota 20.000 ton tersebut, Direktur Utama PT Berdikari (Persero) Harry Warganegara menyebutkan, perusahaan baru dapat memesan 4.564 ton daging sapi dalam periode April-Agustus 2021. “Daging sapi Brasil yang bisa masuk (ke Indonesia) sebelum Lebaran hanya 415 ton,” katanya saat rapat bersama komisi IV DPR RI yang disiarkan langsung, Rabu (19/5/2021).
Dia memaparkan, daging sapi tersebut dipasok oleh dua perusahaan yang kapasitas produksinya terbatas sehingga butuh selang waktu sebulan antara pemesanan hingga stok tersedia. Korporasi baru mengantongi surat perizinan impor pada Maret 2021. Saat ini, pihaknya telah menerima rekomendasi dari Kedutaan Brasil sebanyak 15 pemasok sehingga diharapkan terdapat opsi pengadaan yang lebih luas.
Dalam rapat terpisah, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menilai, operasi pasar daging sapi dan daging kerbau beku yang dilakukan tidak berdampak signifikan dalam mengendalikan harga di tingkat pembeli. Dari kuota impor daging kerbau beku yang ditugaskan, Bulog baru merealisasikan sekitar 13.000 ton lantaran lonjakan kasus Covid-19 di India. Dampaknya, kegiatan impor dihentikan sementara.
Per Senin pekan ini, stok daging kerbau beku yang ada di gudang Bulog mencapai 1.030 ton. Adapun stok daging sapi sebanyak 25 ton.
Menurut Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (Ikappi) Abdullah Mansuri, operasi pasar badan usaha milik negara di bidang pangan belum efektif dalam mengendalikan harga daging sapi di tingkat konsumen. “Biasanya, harga daging sapi bergerak di rentang Rp 114.000 per kg - Rp 125.000 per kg. Jelang Lebaran lalu, harga pernah menyentuh Rp 150.000 per kg. Saat ini harga masih di kisaran Rp 130.000 - Rp 140.000 per kg," katanya saat dihubungi, Rabu.
Operasi pasar oleh BUMN pangan digelar di luar pasar. Dia berpendapat, semestinya operasi tersebut diadakan di dalam pasar tradisional yang menjadi lokasi dengan permintaan daging sapi tertinggi. Operasi pasar dapat dilakukan dengan mekanisme jual murah ke pedagang pasar.
Selain itu, daging kerbau beku belum berdampak signifikan sebagai alternatif daging sapi. Dia memperkirakan, sebanyak 30 persen pembeli daging di pasar memilih daging kerbau. Adapun harga yang lebih murah menjadi alasannya.
Berdasarkan laporan yang diterima, Ketua Komisi IV DPR RI Sudin menyebutkan, harga daging sapi pada Ramadhan-Lebaran 2021 sempat menyentuh Rp 150.000 per kg. Dia juga menilai, intervensi dengan impor daging kerbau tidak mampu menurunkan harga daging sapi yang cenderung stabil tinggi.