Peredaran Uang Meningkat Pertanda Aktivitas Ekonomi Bergeliat
Penarikan uang tunai pada periode hari raya Idul Fitri, hingga 11 Mei 2021, mencapai Rp 154,5 triliun atau meningkat 41,5 persen dari periode tahun sebelumnya yang sebesar Rp 109,2 triliun.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meningkatnya peredaran uang tunai pada periode hari raya Idul Fitri 2021 bila dibandingkan dengan periode tahun lalu menunjukkan adanya pergerakan aktivitas ekonomi yang mulai bergairah. Peningkatan ini juga terdorong dengan adanya bantuan sosial yang disalurkan berdekatan dengan periode hari raya.
Berdasarkan data Bank Indonesia, penarikan uang kartal atau uang tunai oleh perbankan secara nasional hingga 11 Mei 2021 mencapai Rp 154,5 triliun. Nilai ini meningkat 41,5 persen dari periode tahun sebelumnya yang sebesar Rp 109,2 triliun.
Realisasi penarikan uang tunai pada periode Lebaran tahun ini juga telah melampaui proyeksi bank sentral sebelumnya yang memperkirakan penarikan uang kartal hanya mencapai Rp 152,14 triliun atau meningkat 39,33 persen dari 2020 lalu.
Berdasarkan data Bank Indonesia, penarikan uang kartal atau uang tunai oleh perbankan secara nasional hingga 11 Mei 2021 mencapai Rp 154,5 triliun.
Saat dihubungi, Minggu (16/5/2021), pengamat ekonomi dan perbankan Ryan Kiryanto mengatakan, data peningkatan peredaran uang tunai selama periode Lebaran 2021 yang meningkat secara tahunan menunjukkan ekonomi Indonesia sudah mulai bergairah.
”Adanya peningkatan ini juga dampak dari kondisi Lebaran tahun lalu yang berlaku pembatasan sosial berskala besar. Sementara mobilitas secara fisik tahun ini lebih tinggi di bandingkan dengan tahun lalu, ditandai juga dengan beroperasinya penerbangan domestik di periode 6-17 Mei 2021,” kata Ryan.
Di samping itu, bertambahnya permintaan uang kartal pada periode Lebaran tahun ini juga disebabkan adanya program bantuan sosial dari pemerintah, serta pencairan tunjangan hari raya (THR) yang dibayarkan berdekatan dengan periode Lebaran.
Peningkatan peredaran uang kartal, lanjut Ryan, juga mencerminkan asumsi perputaran uang, pertumbuhan ekonomi, serta mobilitas masyarakat selama pemberlakuan aturan pembatasan kegiatan masyarkat hingga triwulan II-2021 nanti.
Ryan menambahkan, pola kebijakan ekonomi ”gas dan rem” yang dijalankan pemerintah sejak tahun lalu menyebabkan kontraksi pada pertumbuhan ekonomi triwulan I-2021 menjadi semakin menipis ke posisi negatif 0,74 persen. Hal ini menunjukkan kebijakan fiskal dan moneter telah berada di jalur yang tepat, serta perlu dipertahankan ke depannya.
”Dugaan saya, inflasi di bulan Mei 2021 akan lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Lebaran di tahun lalu dikarenakan pada April 2021 inflasi sudah sebesar 0,13 persen. Padahal saat itu kegiatan ekonomi belum seramai sekarang,” ucap Ryan.
Petugas menunjukkan uang pecahan Rp 75.000 di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tegal, Jawa Tengah, Kamis (22/4/2021). Jelang Lebaran 2021, Bank Indonesia menyiapkan uang tunai sebesar Rp 2,95 triliun dalam berbagai pecahan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah pesisir pantura bagian barat Jateng. Jumlah persediaan uang tunai pada Lebaran tahun ini meningkat 13,59 persen dari tahun sebelumnya karena pemulihan ekonomi masyarakat mulai menggeliat.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani mengatakan, pelaku usaha menyebutkan kenaikan kinerja sektor riil pada Idul Fitri tahun ini tetap terbatas meski situasi sekarang lebih baik dibandingkan pada tahun lalu.
Menurut Hariyadi, pergerakan positif setidaknya telah terjadi pada sektor otomotif dan properti seiring dengan disalurkannya stimulus berupa insentif pajak. Kinerja yang membaik juga terlihat pada sektor makanan dan minuman akibat meningkatnya konsumsi sepanjang triwulan II-2021.
”Sektor pariwisata memang masih sulit. Pada musim Lebaran, okupansi hotel sebagian besar hanya satu digit,” ujar Hariyadi.
Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan okupansi kamar dan hotel berbintang berada di level 12,57 persen dan 14,45 persen pada April dan Mei tahun lalu. Momen tersebut bersamaan dengan Ramadhan dan Idul Fitri ketika pemerintah melarang aktivitas mudik.
Hariyadi mengalkulasi, tekanan yang dihadapi sektor pariwisata akibat pandemi Covid-19 tidak akan serta-merta berimbas pada sektor transportasi. Sektor ini diyakini masih bisa mengandalkan aktivitas perdagangan, terutama untuk ekspor melalui jalur udara.
”Meski penumpang terbatas, maskapai bisa mengandalkan layanan kargo,” kata Hariyadi.
Melihat beragamnya situasi sektor usaha pada momen Ramadhan dan Lebaran, Hariyadi juga mengatakan bahwa omzet yang didulang pengusaha akan bervariasi. Meski tidak bisa menjelaskan seberapa besar kenaikan yang dicapai, ia berharap kinerja sektor riil setelah Lebaran bisa melanjutkan tren perbaikan kinerja.