Kuncitara Singapura, Indonesia Perlu Matangkan Pengawasan Protokol Kesehatan
Kuncintara di Singapura berlangsung sampai pertengahan Juni 2021. Hal ini membuat Pemerintah Indonesia terus mematangkan pembahasan ”Travel Corridor Arrangement” untuk pembukaan kembali turis mancanegara pada Juli 2021.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kuncitara di Singapura akan berlangsung sampai pertengahan Juni 2021. Singapura juga menjadi negara mitra Indonesia untuk pelaksanaan Travel Corridor Arrangement yang merupakan bagian dari pembukaan kembali kunjungan turis mancanegara. Kabar kebijakan kuncitara itu membuat Indonesia terus meningkatkan pengawasan pelaksanaan protokol kesehatan di lokasi destinasi pariwisata.
Mengutip Reuters, Singapura mengumumkan pembatasan paling ketat efektif mulai Minggu (16/5/2021) dan berlaku sampai pertengahan Juni 2021. Pertemuan dibatasi amat dibatasi, seperti makan di restoran dilarang.
Pada hari Minggu, Singapura mengonfirmasi 38 kasus Covid-19 yang ditularkan secara lokal, jumlah harian tertinggi sejak pertengahan September 2020.
Singapura telah melaporkan lebih dari 61.000 kasus Covid-19 yang sebagian besar terkait dengan wabah tahun lalu di asrama pekerja asing dan 31 kematian. Kasus baru pada hari Minggu lalu adalah jumlah infeksi lokal tertinggi di luar asrama dalam setahun.
Singapura juga akan menutup sebagian besar sekolah mulai Rabu (18/5/2021) setelah negara itu melaporkan jumlah tertinggi infeksi Covid-19 lokal dalam beberapa bulan. Semua sekolah dasar, menengah, dan menengah pertama akan beralih ke pembelajaran berbasis rumah penuh mulai Rabu hingga akhir semester sekolah pada 28 Mei.
Menteri Pendidikan Singapura Chan Chun Sing mengatakan, beberapa mutasi SARS-CoV-2 lebih ganas dan berbahaya untuk anak-anak kecil. Peningkatan tajam jumlah kasus lokal mengharuskan Pemerintah Singapura untuk secara signifikan mengurangi pergerakan dan interaksi warga dalam beberapa hari mendatang.
Menanggapi kabar tersebut, Kepala Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) Vinsensius Jemadu, Senin (17/5/2021), di Jakarta, mengatakan, rencana Pemerintah Indonesia membuka batas untuk wisatawan mancanegara (wisman) melalui skema Travel Corridor Arrangement akan dilakukan Juli 2021, khusus untuk Singapura. Sementara kuncitara Singapura berlangsung sampai pertengahan Juni 2021. Dengan kata lain, Pemerintah Indonesia masih mempunyai waktu untuk pemantauan dan evaluasi lokasi destinasi pariwisata yang dipersiapkan untuk terlebih dulu menerima wisman.
Pemerintah Indonesia masih mempunyai waktu untuk pemantauan dan evaluasi lokasi destinasi pariwisata yang dipersiapkan untuk terlebih dulu menerima wisman. (Vinsensius Jemadu)
Ketiga destinasi pariwisata yang dimaksud adalah Batam, Bintan, dan Bali. Untuk Bali, terdapat tiga lokasi yang sudah ditetapkan sebagai zona hijau, yaitu Sanur, Ubud, dan Nusa Dua.
”Destinasi pariwisata yang sudah dipilih harus benar-benar aman dan bersih. Kami bersama pemerintah daerah setempat mengevaluasi setiap hari. Tujuannya adalah mengantisipasi dampak Covid-19,” kata Vinsensius.
Dia menjelaskan, sebagai mitra kerja sama pembukaan batas kunjungan wisman, Singapura memiliki jumlah penerbangan langsung dan kapal lebih banyak. Sementara negara tetangga Indonesia lainnya, yaitu Malaysia, kata Vinsensius, masih enggan membuka batas kunjungan wisman.
Aspek psikologis
Kepala Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada (UGM) Janianton Damanik, secara terpisah, berpendapat, pariwisata Indonesia sebenarnya bergantung pada Singapura, terutama dari aspek penerbangan yang mengangkut wisman. Jika Pemerintah Indonesia tetap ingin rencana pembukaan batas berjalan sekitar Juli 2021, pemerintah semestinya sudah menerapkan protokol kesehatan ketat dengan optimal.
Sebagai tuan rumah, Indonesia dengan destinasi pariwisata yang dipilih mesti mempunyai standar keamanan dan penanganan Covid-19. Pemerintah Indonesia bukan sebatas menerima wisman dari pengangkutan udara ataupun laut dari Singapura.
”Selain itu, pengemasan atraksi di Batam, Bintan, dan tiga zona hijau Bali harus pas. Kawasan Nusa Dua, misalnya, sejak dulu cocok untuk pariwisata berbasis pertemuan, insentif, dan pameran (MICE) sehingga menawarkan ke turis juga berkaitan dengan MICE,” tuturnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa pandemi Covid-19 tahun 2021 lebih menyeramkan. Sebagian besar pola pikir warga dunia juga khawatir dengan mutasi SARS-CoV-2. Dengan kondisi psikologis warga seperti itu, menurut Janianton, membuka kembali pariwisata untuk wisman tidak akan mudah.
”Apabila kebijakan membuka batas disamakan dengan sebatas penerbangan, saya kira hal itu terlalu prematur,” kata Janianton.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisatawan mancanegara selama Januari-Maret 2021 sebanyak 385.590 kunjungan, turun 85,45 persen jika dibandingkan dengan Januari-Maret 2020 yang sebanyak 2,65 juta kunjungan.
Secara spesifik, data Maret 2021 relatif lebih baik dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, misalnya, sebanyak 132.600 kunjungan atau naik dibandingkan dengan Februari 2021 yang 115.800 kunjungan (Kompas, 4/5/2021).
Dari sisi kebangsaan, 132.600 kunjungan wisman per Maret 2021 berasal dari Timor Leste (49,2 persen), Malaysia (31 persen), China (6,4 persen), dan lainnya (13,4 persen).