Industri Kecil Berharap Pekerjanya Divaksin Gratis
Pelaku industri kecil masih kesulitan keuangan dan berharap agar para pekerjanya mendapatkan vaksin gratis. Sementara Bio Farma telah mendistribusikan 500.000 dosis vaksin Sinopharm untuk vaksinasi gotong royong.
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kemampuan keuangan pelaku industri menggelar vaksinasi gotong royong berbeda-beda. Pelaku industri kecil menengah tidak mampu membeli vaksin tersebut lantaran pemasukan masih minim sehingga tetap berharap agar para pekerjanya mendapatkan vaksin gratis.
Ketua Umum Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif (Pikko) Rosalina Faried mengatakan, hingga saat ini masih belum ada kejelasan dari pemerintah mengenai vaksinasi pekerja di sektor industri-industri kecil yang tidak mampu membeli vaksin. Para pelaku industri anggota Pikko tetap berharap mendapatkan vaksin gratis dari pemerintah.
”Kami masih kesulitan keuangan. Apalagi barusan mengeluarkan dana untuk memberikan tunjangan hari raya (THR) kepada para pekerja,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Senin (17/5/2021).
Pikko mencatat, jumlah IKM komponen otomotif mencapai 122 IKM dengan tenaga kerja sekitar 8.000 orang. Namun, sejak pandemi pada Maret 2020, jumlah yang aktif hanya 30-35 perusahaan.
Pemerintah telah menetapkan besaran harga vaksin produksi Sinopharm yang akan digunakan dalam pelaksanaan vaksinasi gotong royong. Adapun besaran harga vaksin yang diatur, yakni Rp 321.660 per dosis dan tarif maksimal pelayanan vaksinasi sebesar Rp 117.910. Harga tersebut belum termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
Vaksinasi gotong royong ini akan diprioritaskan bagi perusahaan padat karya yang berada di wilayah dengan zona risiko penularan yang tinggi. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mencatat, sejak Februari-Maret 2021, sudah terdapat 17.832 perusahaan yang mendaftar untuk mendapat vaksin. Jumlah pekerja yang didaftarkan mencapai 8,7 juta orang.
Juru bicara vaksinasi dari PT Bio Farma (Persero) Bambang Heriyanto menuturkan, vaksinasi gotong royong akan dimulai pada Selasa (18/5/2021). Bio Farma akan menggunakan stok vaksin yang sudah ada, yaitu Sinopharm, sebanyak 500.000 dosis.
Adapun vaksin CanSino masih dalam proses penjajakan sebagai alternatif vaksin yang digunakan untuk vaksinasi gotong royong. Nanti penyediannya tergantung pada data jumlah kebutuhan riil vaksinasi gotong royong.
”Vaksin tersebut sudah didistribusikan langsung oleh Kimia Farma ke fasilitas pelayanan kesehatan yang ditunjuk oleh perusahaan yang sudah mendaftar ke Kamar Dagang dan Industri Indonesia,” katanya.
Fasilitas pelayanan kesehatan itu harus memenuhi persyaratan, yaitu tidak sedang menjalankan vaksinasi Covid-19 dari pemerintah dan sesuai dengan kriteria yang telah diberikan Bio Farma. Kriteria tersebut, antara lain, harus memiliki tempat penyimpanan vaksin yang sesuai persyaratan, seperti chiller (tempat penyimpanan vaksin yang sesuai untuk vaksin).
Vaksinasi gotong royong akan dimulai pada Selasa (18/5/2021). Bio Farma akan menggunakan stok vaksin yang sudah ada, yaitu Sinopharm, sebanyak 500.000 dosis.
Sementara untuk menopang vaksinasi gratis dan gotong royong, PT Mitra Rajawali Banjaran (MRB), anak usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI terus menggenjot produksi alat suntik sekali pakai (ASSP). Hingga kini, perusahaan milik negara ini sudah memproduksi ASSP sebanyak 37 juta buah dan menargetkan produksi 80-100 juta buah hingga akhir tahun ini.
Direktur Utama PT RNI Arief Prasetyo Adi menuturkan, anak usaha PT RNI tersebut sudah memproduksi jarum suntik sejak tahun lalu. PT MRB telah memiliki standar kualifikasi PQS (perfomance, quality, and safety) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan kualitas produknya telah diuji oleh laboratorium independen.
”Produksi ASSP itu dalam rangka memenuhi permintaan dan mengantisipasi kelangkaan ASSP dalam rangka vaksinasi nasional. Pada 2020, permintaan produksi jarum suntik meningkat hingga 55 persen dari realisasi 2019, yaitu dari 23.647 buah menjadi 36.775 buah,” katanya.
Berdasarkan laman Satgas Covid-19 per 15 Mei 2021, vaksinasi tahap pertama telah menjangkau 13.721.627 orang, sedangkan pada tahap kedua 8.954.300 orang. Kementerian Kesehatan menargetkan sasaran jumlah vaksinasi tahap pertama dan kedua bisa mencapai 40.349.049 orang meliputi tenaga kesehatan, lanjut usia, dan petugas publik.