Kita nantikan langkah apa lagi yang akan diambil Gojek dalam ekspansi bisnisnya ke depan.
Oleh
Joice Tauris Santi
·4 menit baca
PT Aplikasi Karya Anak Bangsa yang dikenal dengan produk ojek daring Gojek, semakin rajin berinvestasi di pasar modal. Berbagai saham emiten dibeli Gojek dari berbagai sektor industri. Pekan ini, Gojek diketahui membeli saham peritel Grup Lippo PT Matahari Putra Prima Tbk dari induknya, PT Multipolar Tbk.
Gojek mengambil saham Matahari melalui anak usahanya, PT Pradipa Darpa Bangsa sebanyak 4,76 persen. Bersamaan dengan Pradipa, ada dua pemegang saham lain yang juga membeli saham Matahari dari Multipolar.
Belum dapat diketahui jelas, apa yang akan dilakukan Gojek atas Matahari yang antara lain memiliki jaringan hipermarket Hypermart dan Foodmart Fresh ini.
“Terlihat Gojek, yang kita kenal menyediakan transportasi daring, lalu juga pembayaran, sekarang sedang memperluas dan melakukan diversifikasi terhadap portofolionya. Bisa jadi akan membentuk peritel digital,” ujar analis senior CSA Institute Reza Priambada akhir pekan ini.
Dia melanjutkan, pembelian saham-saham emiten yang dilakukan Gojek akan berpengaruh positif bagi pengembangan bisnis Gojek, juga emiten yang dibelinya. “Hanya saja, masih perlu dicermati, ketika kinerja emiten yang dibeli sahamnya oleh Gojek memburuk, tentu akan berpengaruh juga pada kinerja Gojek, tergantung dari seberapa besar kepemilikan Gojek di situ,” lanjut Reza.
Direktur Multipolar Agus Arismunandar menjelaskan, latar belakang dan pertimbangan masuknya ketiga pemegang saham baru tersebut, karena mereka melihat Matahari sebagai investasi yang strategis dan memiliki pengembalian yang baik di masa depan.
Saham bank
Gojek tidak hanya berinvestasi pada peritel tersebut. Salah satu kepemilikan Gojek yang cukup besar adalah pada PT Bank Jago Tbk. Bank Jago merupakan transformasi dari Bank Artos yang didirikan di Bandung pada akhir 1992. Bank Artos dibeli oleh Jerry Ng melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) sebesar 37,65 persen dan Patrick Walujo melalui Wealth Track Tecnology Limited sebanyak 13,35 persen.
Jerry Ng merupakan bankir senior yang meluncurkan aplikasi digital Jenius ketika menjadi Direktur Utama di BTPN. Sementara Patrick Walujo adalah co founder dan managing partner Northstar yang merupakan investor awal Gojek. Di tangan Jerry Ng, Bank Artos disulap menjadi Bank Jago yang digadang-gadang menjadi neo bank atau bank digital murni.
Pertengahan 2020, Gojek melalui PT Dompet Karya Anak Bangsa yang dikenal dengan produknya Gopay membeli saham Bank Jago senilai Rp 2,25 triliun. Direktur Utama PT Dompet Karya Anak Bangsa Andre Soelistyo menyatakan, membeli 1,956 miliar saham Bank Jago senilai Rp 1.150 per saham. Dengan demikian, kepemilikan Gojek di Bank Jago setara dengan 22,16 persen dari 4,14 persen sebelumnya. Pada penutupan perdagangan Selasa (11/5) saham Bank Jago ditutup pada harga Rp 10.500.
Co-CEO Gojek mengatakan, investasi pada Bank Jago merupakan bagian dari bisnis jangka panjang Gojek. Investasi ini diharapkan akan memperkuat pertumbuhan dan kelanjutan bisnis Gojek ke depan.
Saham operator taksi
Sebelumnya, Gojek juga membeli saham perusahaan operator taksi PT Blue Bird Tbk. Sebelum membeli saham burung biru ini, Gojek sudah bermitra terlebih dahulu. Gempuran bisnis gaya baru, yaitu layanan taksi daring yang juga merupakan salah satu jasa dari Gojek, tidak luput dirasakan oleh Blue Bird. Kolaborasi dengan pendatang baru, merupakan salah satu strategi yang dilakukan Blue Bird agar tidak tergerus zaman. Sejak 2017, Blue Bird sudah berkolaborasi dengan Gojek dalam hal integrasi sistem pemesanan dan pembayaran.
“Kami melihat bahwa Blue Bird dan GO-JEK memiliki misi yang sama yaitu terus meningkatkan kemudahan dan kenyamanan pelanggan. Dengan GO-BLUE BIRD, kami harap ini dapat menjadi salah satu tambahan channel order yang semakin memudahkan masyarakat dalam mendapatkan layanan Blue Bird,” ujar Adrianto Djokosoetono, Direktur PT Blue Bird Tbk ketika itu. Februari 2020, Gojek membeli saham Blue Bird dari pemegang saham pengendali yaitu PT Pusaka Citra Djokosoetono sebesar 4,39 persen.
Gojek juga disebut-sebut akan merger dengan Tokopedia, salah satu lokapasar (marketplace)lalu akan melepaskan sahamnya kepada publik di bursa saham. Terbuka kemungkinan tidak hanya di bursa saham Indonesia tetapi juga di bursa saham negara lain.
Langkah apa lagi yang akan dilakukan Gojek dalam ekspansi bisnisnya, kita nantikan.