Silaturahmi virtual tidak terhindarkan di tengah masih tingginya risiko penularan Covid-19. Hal ini berdampak pada penggunaan daya listrik. Sejumlah tips dapat dilakukan guna menghemat konsumsi listrik saat Lebaran.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
Tak bisa berjabat tangan, saling bertatapan lewat layar gawai pun jadi. Pertemuan virtual dari hunian masing-masing masih mewarnai perayaan Lebaran tahun ini. Karena bertumpu pada alat elektronik, alangkah baiknya penggunaan energi di skala rumah tangga sejalan dengan nilai-nilai keberlanjutan (sustainability).
Telekonferensi dapat menghabiskan energi rata-rata 23,9 kilowatt per jam dengan asumsi peralatan yang digunakan meliputi tiga layar plasma ukuran 65 inci, tiga kamera, tiga kamera, hingga sistem suara. Apabila peralatan yang digunakan hanya laptop yang sudah memiliki kamera, mikrofon, dan sistem suara tersendiri, energi yang dipakai berkisar 341 watt per jam. Perhitungan ini mengemuka dalam publikasi riset berjudul ”Complete life-cycle assessment of the energy/CO2 costs of videoconferencing vs face-to-face meetings” yang ditulis Dennis Ong, Tim Moors, dan Vijay Sivaraman dari University of New South Wales, Australia.
Public Campaign Specialist WWF-Indonesia Margareth Meutia berpendapat, merayakan Lebaran secara virtual sembari menghemat listrik menjadi salah satu cara untuk menjaga kelestarian lingkungan. ”Menjaga Bumi sebagai tempat tinggal bersama juga merupakan bagian dari ibadah,” katanya saat dihubungi, Rabu (12/5/2021).
Agar dapat menghemat listrik selama merayakan Lebaran secara virtual di tempat tinggal, dia menyarankan masyarakat untuk mengoptimalkan penerangan dari cahaya matahari saat pagi sampai siang sehingga tidak perlu menyalakan lampu. Apabila terasa gerah, pemanfaatan jendela dan ventilasi rumah mesti diprioritaskan sebelum menyalakan kipas angin. Dibandingkan pendingin ruangan, kipas angin lebih hemat energi.
Ketika mengadakan pertemuan virtual, baterai pada perangkat, seperti ponsel, laptop, atau tablet, yang digunakan harus menjadi perhatian. Dia mengimbau mencabut kabel pengisi daya jika baterai sudah penuh. Jangan sampai kabel terus-menerus terhubung dengan perangkat.
CEO sekaligus Founder Cleanomic Denia Isetianti menambahkan, masyarakat dapat menggunakan peralatan elektronik rumah tangga yang sudah bersertifikasi hemat energi, seperti lampu LED. Apabila memungkinkan, manfaatkan sumber listrik yang bersifat energi baru terbarukan, seperti panel surya yang dipasang di atap hunian.
Menurut dia, menghemat energi di tingkat rumah tangga penting lantaran mayoritas listrik yang dihasilkan di Indonesia berbahan bakar fosil yang menghasilkan gas rumah kaca dalam besaran tinggi. Artinya, dengan menggunakan listrik, ada sumbangan gas rumah kaca ke atmosfer yang berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim.
”Penghematan listrik perlu dilakukan kapan pun, tidak hanya saat Idul Fitri. Menjadi pribadi yang lebih baik merupakan salah satu tujuan umat Islam beribadah puasa selama Ramadhan. Perilaku yang lebih ramah lingkungan dapat menjadi salah satu aspeknya,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Bisnis Regional Jawa, Madura, dan Bali PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Haryanto WS menyatakan, perusahaan siaga menjaga pasokan listrik untuk mendukung perayaan Idul Fitri masyarakat di rumah masing-masing. Kesiagaan itu salah satunya tampak dari sistem kelistrikan Jawa, Madura, dan Bali yang saat ini memiliki daya mampu pasok mencapai 29.000 megawatt.
Selain itu, PLN juga menyiagakan kendaraan sebanyak 4.591 unit serta menyiapkan 2.660 unit genset, unit gardu bergerak (UGB), dan uninterruptible power supply (UPS) sebagai cadangan pasokan listrik saat terjadi gangguan. Perseroan memprioritaskan UGB dan UPS untuk fasilitas umum, khususnya rumah ibadah.
Ada tanggung jawab terhadap lingkungan hidup yang menyertai setiap aliran listrik yang digunakan. Idul Fitri tahun ini pun dapat menjadi momentum bagi setiap pribadi untuk menjalin silaturahmi dengan Bumi yang dipijak lewat perilaku hemat energi.