Tren Teknologi Digital Pengaruhi Kawasan Pergudangan
Tren industri berbasis teknologi digital memengaruhi permintaan tanah di kawasan industri dan properti pergudangan.
JAKARTA, KOMPAS — Tren industri berbasis teknologi digital berpengaruh signifikan terhadap permintaan lahan di kawasan industri dan properti pergudangan. Industri tersebut juga menjadi sektor yang diyakini tetap tumbuh selama masa pandemi Covid-19.
Konsultan properti Colliers International Indonesia melalui Property Market Report: Q1-2021 Jakarta All Sector menyebutkan, beberapa tuan tanah di kawasan industri tidak melakukan transaksi pada triwulan I-2021. Ini adalah dampak pandemi Covid-19.
Terlepas dari masa-masa sulit karena pandemi Covid-19, laporan Colliers International Indonesia menyebut masih ada keyakinan terhadap pemulihan. Sebab, beberapa kawasan industri yang sudah lama ada ataupun yang baru tetap fokus menggarap lahan meski ketersediaan lahan baru untuk perluasan kian terbatas.
Dalam laporan itu, Colliers Internasional Indonesia menyarankan agar para tuan tanah di kawasan industri mengantisipasi peningkatan minat dari pelaku industri berbasis teknologi digital dan logistik. Tahun lalu, misalnya, pasar e-dagang Indonesia memiliki keseluruhan total penjualan serta volume transaksi melalui platform yang dimiliki perusahaan atau gross merchandise value (GMV) sekitar 32 miliar dollar AS.
Sejak awal 2021 tidak ada pembukaan lahan baru atau perluasan pembangunan industri di wilayah Jabodetabek. Sementara ketersediaan lahan industri di lokasi yang menguntungkan di wilayah Bekasi, Jawa Barat, semakin terbatas.
Baca juga: Saat Properti Lesu, Pergudangan Tetap Prospektif
Head of Industrial & Logistics Services Colliers International Indonesia Rivan Munarsa, saat dikonfirmasi, Senin (10/5/2021), di Jakarta, mengatakan, karena pandemi Covid-19, investasi baru terkait pabrik masih stagnan. Kalaupun ada perluasan pabrik di kawasan industri, itu berasal dari pabrik yang sudah lama beroperasi.
”Sektor industri consumer goods tetap tumbuh selama pandemi Covid-19. Permintaan properti pergudangan dari pelaku industri itu tetap bermunculan,” ujar Rivan.
Sementara itu, Cushman & Wakefield melalui laporan MarketBeat Q1-2021 menyebutkan, sejak awal 2021 tidak ada pembukaan lahan baru atau perluasan pembangunan industri di wilayah Jabodetabek. Sementara ketersediaan lahan industri di lokasi yang menguntungkan di wilayah Bekasi, Jawa Barat, semakin terbatas.
Pengembang mengambil sikap untuk mencermati pasar dan kebijakan pemerintah terhadap perkembangan industri, termasuk dampak pandemi Covid-19 di pasar. Stok lahan industri di Jabodetabek tetap di kisaran 15.495 meter persegi. Pengembang lebih fokus pada penjualan sisa pasokan.
Laporan itu juga menyebutkan, pada triwulan I-2021, total pasokan gudang untuk disewakan di wilayah Jabodetabek masih sekitar 1,8 juta meter persegi tanpa tambahan. Pembangunan yang sekarang terjadi akan menambah pasokan gudang baru seluas 144.000 meter persegi dan diproyeksikan akan memasuki pasar pada akhir 2021.
Permintaan properti pergudangan yang masih tercipta bukan hanya datang dari sektor consumer goods, melainkan juga industri otomotif serta jasa pengiriman ekspres, kurir, dan logistik.
Baca juga: Menyikapi Kelebihan Pasokan Ruang Perkantoran
Director and Head of Strategic Consulting PT Cushman & Wakefield Indonesia Arief N Rahardjo menambahkan, permintaan properti pergudangan yang masih tercipta bukan hanya datang dari sektor consumer goods, melainkan juga industri otomotif serta jasa pengiriman ekspres, kurir, dan logistik.
”Bukan tren baru. Hanya saja, permintaan pergudangan dari ketiga sektor industri itu cenderung tetap naik,” ucap Arief.
Transaksi penjualan gudang terbatas sejak awal tahun 2021. Hanya 23,6 hektar transaksi yang terjadi di wilayah Jabodetabek pada triwulan I-2021 atau turun 56,6 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Meski demikian, pengembang tetap optimistis dan berharap pemulihan bertahap pasar terjadi pada triwulan berikutnya. Program vaksinasi Covid-19 dari pemerintah diharapkan lekas memulihkan perekonomian.
Baca juga: Bisnis Sewa Gudang Sasar Sektor Industri Kimia dan Farmasi
Penyesuaian
General Manager Marketing and Sales PT Mega Manunggal Properti Tbk (MMP) Irwanto Tumpal Maruhum, secara terpisah, mengatakan, tahun 2020 merupakan momentum koreksi pasar pergudangan. Sejumlah perusahaan menyesuaikan ukuran gudang karena ada perubahan penjualan akibat pandemi Covid-19. Situasi ini menjadi peluang baru bagi MMP.
Untuk tahun 2021, dia memandang, sebagian perusahaan pengguna layanan pergudangan tetap memanfaatkan masa pandemi Covid-19 untuk mendesain ulang kebutuhan gudang, baik dari sisi spesifikasi maupun lokasi. Tujuan mereka adalah untuk efisiensi ongkos operasional.
”Meski demikian, masih banyak pula perusahaan menunggu dan melihat perkembangan pandemi Covid-19,” ujarnya.
Menurut Irwanto, permintaan properti pergudangan dari perusahaan beberapa sektor industri yang masih tetap tercipta selama pandemi Covid-19, seperti makanan, perdagangan secara elektronik atau e-dagang, serta jasa pengiriman ekspres, pos, dan logistik.
Permintaan pergudangan pada 2021 cenderung menggabungkan beberapa lokasi gudang ke satu lokasi yang dianggap sebagai pusat daya tarik.
Baca juga: Okupansi Ruang Perkantoran Makin Tertekan
Permintaan properti pergudangan saat pandemi Covid-19 tahun 2020 dan 2021 memiliki perbedaan. Dia menjelaskan, permintaan pada 2020 cenderung berkaitan dengan memperkecil ukuran gudang. Sementara permintaan pergudangan pada 2021 cenderung menggabungkan beberapa lokasi gudang ke satu lokasi yang dianggap sebagai pusat daya tarik.
Terkait lokasi properti pergudangan, Irwanto menjelaskan belum ada perubahan besar baik sebelum maupun sesudah pandemi Covid-19. DKI Jakarta dan sekitarnya masih menjadi lokasi pergudangan yang dominan.
”Kami tidak memungkiri terjadi sedikit perubahan permintaan pergudangan menuju lokasi luar DKI Jakarta dan sekitarnya. Fenomena ini berkaitan dengan belanja melalu platform e-dagang,” ucapnya.
Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI) Sanny Iskandar, secara terpisah, menyampaikan, permintaan properti pergudangan bervariasi. Untuk menanggapi permintaan sejumlah perusahaan berskala besar, pelaku properti pergudangan di kawasan industri menyiapkan gudang lebih modern. Misalnya, gudang dilengkapi fasilitas teknologi yang canggih.
”Pandemi Covid-19 semakin memicu permintaan properti pergudangan yang telah dilengkapi fasilitas teknologi yang canggih. Tujuannya agar daya saing nasional tetap terjaga,” ujarnya.
Baca juga: Ekonomi Digital