Memasuki Musim Produksi, Stok Garam Masih Menumpuk
Musim produksi garam masih dihadang penumpukan stok sisa produksi tahun lalu. Terobosan pascapanen diperlukan.
Oleh
Brigita M Lukita
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Musim produksi garam akan dimulai akhir Mei mendatang. Memasuki masa produksi, stok garam masih menumpuk di sejumlah sentra produksi. Terobosan pascapanen diperlukan agar kualitas garam rakyat bisa diserap industri.
Ketua Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) Jakfar Sodikin mengemukakan, musim produksi garam yang dimulai akhir Mei 2021 disambut dengan kurang bersemangat oleh petambak garam. Pasalnya, stok garam rakyat sisa produksi tahun lalu masih menumpuk.
Ia menilai, persoalan rendahnya serapan garam rakyat oleh industri akan terus berulang setiap tahun jika tidak ada terobosan pascapanen. Dari sisi pascapanen, diperlukan upaya pemerintah menyiapkan teknologi pengolahan agar kualitas garam rakyat yang bervariasi menjadi lebih merata untuk memenuhi standar kebutuhan industri.
”Saatnya ada terobosan pengolahan garam rakyat untuk memenuhi standar industri sehingga tidak ada alasan lagi (industri) menolak garam rakyat dan bergantung pada garam impor,” kata Jakfar, Senin (10/5/2021).
Alasan kenaikan impor, antara lain, karena kebutuhan bahan baku garam untuk industri terus meningkat dan hingga kini dinilai belum bisa dipenuhi oleh garam rakyat.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), stok garam rakyat hingga saat ini sebanyak 530.000 ton. Data per 20 Maret 2021, stok garam rakyat mencapai 701.097 ton. Penumpukan stok garam juga dialami BUMN pergaraman, yakni PT Garam, sebesar 290.000 ton.
Tahun 2021, impor garam direncanakan 3,07 juta ton atau meningkat dibandingkan kuota impor garam tahun lalu yang 2,9 juta ton. Alasan kenaikan impor, antara lain, karena kebutuhan bahan baku garam untuk industri terus meningkat dan hingga kini dinilai belum bisa dipenuhi oleh garam rakyat. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi memperkirakan produksi garam rakyat tahun ini mencapai 2,1 juta ton, sementara kebutuhan bahan baku garam industri mencapai 4,67 juta ton.
Direktur Jasa Kelautan KKP Miftahul Huda mengemukakan, pemerintah tengah menyiapkan tujuh mesin pencucian atau pengolahan garam untuk menghasilkan garam konsumsi beryodium yang bisa langsung diserap pasar. Kapasitas mesin itu diharapkan minimal 6.000 ton per tahun. Dari tujuh mesin, empat mesin sudah mendapatkan sertifikasi SNI.
”(Mesin) Itu memang untuk garam konsumsi yodium dulu agar memutar ekonomi dan kesanggupan operasional koperasi,” kata Huda.
Adapun mesin pencucian atau pengolahan garam untuk menghasilkan garam industri baru akan dibangun di Tuban, Jawa Timur, dengan kapasitas olah 30.000 ton per hektar. Pembangunan mesin pencucian itu ditargetkan tuntas pada Desember 2021.
Upaya menekan impor garam dan mengoptimalkan kualitas garam rakyat sesuai standar industri seharusnya ditopang pembangunan mesin-mesin pengolahan garam yang sesuai kebutuhan industri.
Jakfar berpendapat, petambak garam selama ini sudah mampu memproduksi garam beryodium tanpa menggunakan mesin pengolahan garam. Upaya menekan impor garam dan mengoptimalkan kualitas garam rakyat sesuai standar industri seharusnya ditopang pembangunan mesin-mesin pengolahan garam yang sesuai kebutuhan industri.
Secara terpisah, Direktur Utama PT Garam Achmad Ardianto mengatakan, perseroan menargetkan produksi garam tahun ini sebesar 400.000 ton. Kendala yang masih ada adalah stok garam sisa produksi tahun lalu yang masih menumpuk karena tidak terserap oleh industri.
”(Penyerapan garam oleh industri) Masih rendah. Pembeli punya stok banyak sekali. Jadi, masih banyak garam rakyat yang belum terserap,” kata Ardianto.
Ardianto menambahkan, PT Garam saat ini memiliki pabrik pengolahan garam berkapasitas 93.000 ton per tahun untuk mengolah garam agar memiliki kadar NaCl 97 ke atas atau setara kebutuhan industri. Pihaknya berupaya mengajak semua pihak untuk terus memperhatikan nasib garam nasional sehingga keinginan untuk menyerap garam lokal tetap tinggi.