Tinjau Pelabuhan Ikan di Lamongan, Presiden Janjikan Perbaikan Fasilitas
Presiden Joko Widodo menjanjikan perbaikan sejumlah fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan, Jawa Timur. Perbaikan fasilitas diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan nelayan setempat.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah melihat langsung dan berdialog dengan nelayan, Presiden Joko Widodo menyebut bahwa tidak ada masalah terkait kondisi nelayan selama masa pandemi Covid-19. Nelayan tetap bisa melaut seperti sebelum pandemi. Selain masih normal melaut, hasil produksi tangkapan ikan juga dilaporkan normal.
Hal ini diungkapkan Presiden Jokowi dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Kamis,(6/5/2021).
Presiden Jokowi mengunjungi Pusat Pemasaran dan Distribusi Ikan (PPDI) Brondong di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong. Kunjungan juga dihadiri Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Bupati Lamongan Yuhronur Efendi.
PPDI menjadi tempat bongkar muat dan fasilitas penunjang perdagangan perikanan bagi nelayan dan industri perikanan setempat. ”Tadi ada keluhan mengenai pendangkalan di pelabuhan di dua lokasi yang dimintakan untuk dikeruk. Saya sampaikan nanti dua-tiga bulan akan segera dilakukan pengerukan,” ujar Presiden Jokowi ketika menyampaikan keterangan pers dengan latar belakang pemandangan perahu-perahu yang sedang berlabuh.
Perbaikan sejumlah fasilitas di pelabuhan memang menjadi hal yang dibutuhkan para nelayan. Presiden Jokowi juga mendapat aduan terkait lampu haluan di pelabuhan yang perlu ditinggikan dan diperbaiki. ”Sudah saya sanggupi dan kami harapkan beberapa perbaikan tadi bisa meningkatkan perbaikan kesejahteraan nelayan karena akan mempermudah aktivitas berlabuh dan bongkar lebih mudah,” tambah Presiden Jokowi.
Selain meninjau sarana dan prasarana PPDI Brondong, dialog langsung dengan para nelayan setempat juga digelar untuk mengetahui kondisi nelayan dan sektor perikanan di Lamongan. Selain itu, Presiden Jokowi juga meninjau kapal-kapal milik nelayan yang sedang bersandar di sekitar pelabuhan.
”Saya ingin melihat secara langsung keadaan dan situasi nelayan selama pandemi. Tadi disampaikan oleh Pak Agus (nelayan setempat) bahwa kondisi nelayan di sini tidak ada masalah dan bisa melaut seperti biasa, hasilnya juga normal,” ujar Presiden seusai berdialog dengan para nelayan.
Harga turun
Pada sektor perikanan, Kabupaten Lamongan memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Pada 2020, sektor perikanan budidaya Lamongan mampu menghasilkan 59.728,16 ton. Sementara itu, dari sektor perikanan tangkap, kabupaten tersebut mencatatkan produksi 76.692,96 ton pada 2020.
Ketua Serikat Nelayan Indonesia Budi Laksana membenarkan bahwa aktivitas nelayan selama pandemi cenderung normal. Hasil tangkapan melaut biasanya cenderung fluktuatif tergantung faktor cuaca.
”Nelayan tetap beraktivitas karena tidak ada pekerjaan lain lagi. Keahlian mereka hanya melaut,” ujar Budi saat dihubungi terpisah, Kamis.
Meskipun aktivitas normal, dampak karena pandemi lebih dirasakan oleh nelayan, terutama dari sisi harga. Untuk komoditas ekspor, banyak ikan yang tertahan di pelabuhan sehingga harga jualnya pun turun. Lamongan menjadi salah satu daerah produsen ikan sebagai komoditas ekspor, seperti kerapu, rajungan, dan kepiting budidaya, yang nilai jual di tingkat nelayan untuk ekspor terganggu pandemi.
Budi menyebut ada penurunan harga jual ikan komoditas ekspor di tingkat nelayan di beberapa sentra produksi ikan hingga 50 persen. Rajungan, misalnya, turun dari Rp 120.000 menjadi Rp 30.000 per kilogram. Jenis ikan yang dipasarkan di pasar lokal, seperti tongkol, tenggiri, dan kue, juga turut terdampak pembatasan sosial sehingga harganya turun.
”Hampir semua daerah melakukan pembatasan sosial. Setelah ditangkap dan dijual tentu jadi masalah. Mau ke pasar dibatasi. Ke supermarket tidak bisa. Itu yang kemudian jadi masalah pascapanen. Aktivitas normal, setelah panennya yang terganggu. Ikan ini tidak bisa tahan lama karena pasar lokal lesu sehingga harga turun,” tambah Budi.
Penurunan harga ikan ini semakin parah menjelang Lebaran. Ketika harga kebutuhan bahan pokok terdongkrak naik, harga ikan justru cenderung turun. Salah satu faktor penyebabnya adalah masih rendahnya tradisi mengonsumsi ikan di hari Raya.
Terkait keluhan pendangkalan dan titik penerangan di pelabuhan, Budi menambahkan bahwa masalah ini memang seringkali dijumpai di sentra-sentra nelayan. Pendangkalan menyebabkan kapal kandas ketika laut surut dan kapal menjadi terombang-ambil di kala banjir. ”Apalagi di pantai utara Jawa yang sebaran warganya padat,” ucap Budi.