Kinerja Ekspor-Impor dan Belanja Pemerintah Jadi Pendorong Perekonomian
Walau masih berada dalam fase resesi, pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah mendekati positif. Pulihnya ekspor-impor serta gencarnya program belanja pemerintah jadi penopang perekonomian triwulan I-2021.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2021 terkontraksi negatif 0,74 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan komponen ekspor dan konsumsi pemerintah jadi penahan sehingga kontraksi ekonomi tidak terlalu dalam.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Rabu (5/5/2021), tiga komponen pertumbuhan ekonomi yang mengalami pertumbuhan positif adalah konsumsi pemerintah yang tumbuh 2,96 persen secara tahunan, impor (5,27 persen), dan ekspor (6,74 persen).
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah terutama dipicu oleh kenaikan realisasi belanja barang dan jasa serta bantuan sosial, yang masing-masing tumbuh 40,51 persen dan 16,52 persen secara tahunan.
”Kenaikan belanja barang dan jasa pemerintah lebih banyak terjadi pada belanja barang non-operasional, khususnya untuk penanganan pandemi Covid-19, seperti pengadaan obat-obatan dan vaksin,” ujarnya.
Sementara itu, sumber kontraksi ekonomi pada triwulan I-2021 disumbang oleh komponen konsumsi rumah tangga yang tumbuh negatif 2,23 persen secara tahunan.
”Padahal, kalau melihat struktur PDB, konsumsi rumah tangga ini menyumbang 56,9 persen. Apa yang terjadi pada komponen ini memberi dampak luar biasa pada pertumbuhan ekonomi,” kata Suhariyanto.
Empat komponen dalam konsumsi rumah tangga yang menjadi penyumbang kontraksi terbesar adalah komponen transportasi dan komunikasi (negatif 4,24 persen); restoran dan hotel (negatif 4,16 persen); pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya (2,71 persen); serta makanan dan minuman selain restoran (negatif 2,31 persen).
Penyebab kontaksi yang terjadi pada empat komponen pembentuk konsumsi rumah tangga di atas, lanjut Suhariyanto, tidak terlepas dari kebijakan pemerintah dalam melakukan pembatasan sosial untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Tiga komponen pertumbuhan ekonomi yang mengalami pertumbuhan positif adalah konsumsi pemerintah yang tumbuh 2,96 persen secara tahunan, impor (5,27 persen), dan ekspor (6,74 persen).
Di tengah data kontraksi ekonomi pada triwulan I-2021, Suhariyanto melihat adanya tanda pemulihan sehingga mulai triwulan II-2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali positif. ”Jika dibandingkan dengan tahun lalu, pertumbuhan ekonomi konsisten mengalami perbaikan,” ujarnya.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai terkontraksi pada triwulan II-2020 dengan pertumbuhan negatif 5,32 persen secara tahunan. Pertumbuhan ekonomi domestik mulai membaik pada triwulan III-2020 menjadi negatif 3,49 persen. Adapun pada triwulan IV-2020 kontraksi kembali mengecil menjadi negatif 2,19 persen.
”Ini menunjukkan tanda pemulihan ekonomi akan semakin nyata. Kami berharap ke depan, pemulihan ekonomi betul-betul bisa terwujud,” kata Suhariyanto.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, pertumbuhan komponen ekspor dipengaruhi berlanjutnya tren peningkatan kinerja perdagangan internasional Indonesia seiring pemulihan ekonomi negara-negara mitra dagang utama.
”Permintaan ekspor produk-produk unggulan domestik sejak awal tahun meningkat. Perbaikan harga komoditas global juga menjadi faktor pendukung peningkatan kinerja ekspor komoditas utama, seperti CPO dan batubara,” ujar Febrio dalam keterangan tertulis.
Sejalan dengan pemulihan kinerja ekspor, kinerja Impor juga kembali tumbuh positif setelah mengalami kontraksi delapan triwulan berturut-turut. Menurut Febrio, kinerja positif impor ini menunjukkan pulihnya aktivitas produksi dan peningkatan permintaan domestik seiring kenaikan impor bahan baku dan impor barang modal.
”Kinerja ekonomi pada triwulan I-2021 mengindikasikan tren pemulihan ekonomi yang solid. Untuk menjaga tren ini, pemerintah berupaya menurunkan angka penambahan kasus positif Covid-19 dan memperkuat pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN),” ujarnya.
Sejalan dengan itu, lanjut Febrio, pemerintah secara konsisten terus memperkuat langkah pemulihan ekonomi melalui dukungan kepada sektor riil dan kebijakan reformasi struktural. Selain itu, langkah penanganan di bidang kesehatan tetap menjadi prioritas utama untuk mengatasi sumber guncangan.
Penanganan kesehatan mencakup program vaksinasi gratis bagi sekitar 181,5 juta orang yang diharapkan mampu mencapai kekebalan kelompok pada awal 2022. Selain itu, upaya penguatan dan penegakan disiplin protokol kesehatan juga terus dilakukan, baik dengan mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak maupun upaya tes, lacak, dan isolasi yang semakin komprehensif.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro menilai, hambatan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama tahun ini masih muncul dari kebijakan pemerintah yang memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat akibat meningkatnya kasus baru Covid-19.
”Seiring dengan penurunan angka kasus positif Covid-19, pertumbuhan ekonomi domestik akan kembali positif pada triwulan-triwulan berikutnya,” ujar Andry.
Ia sebelumnya memprediksi bahwa kinerja ekspor dan impor pada tiga bulan pertama tahun ini akan meningkat signifikan dibanding triwulan I-2020. Hal ini disebabkan adanya tren penguatan pemulihan ekonomi global, terutama di China dan Amerika Serikat, yang merupakan negara mitra dagang utama Indonesia.
”Pada triwulan I-2020, kinerja ekspor Indonesia kurang baik karena banyak dipengaruhi kondisi pelemahan ekonomi di China yang saat itu baru menerapkan lockdown akibat Covid-19,” katanya.