Pemerintah Bidik Peningkatan Nilai Ekspor Sarang Burung Walet dan Porang
Budidaya sarang burung walet dan tanaman porang menjadi perhatian pemerintah. Presiden Joko Widodo meminta semua kebijakan yang diambil pemerintah dapat mendukung peningkatan ekspor kedua komoditas itu.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berupaya meningkatkan nilai ekspor sarang burung walet dan tanaman porang. Terkait hal ini, beberapa kementerian terkait akan mengakselerasi pengembangan kedua komoditas andalan Indonesia tersebut dari hulu ke hilir.
Kementerian Pertanian menyebutkan burung walet dan tanaman porang dapat dibudidayakan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Sarang burung walet dan tanaman porang juga merupakan komoditas yang diminati pasar dunia.
”Keduanya komoditas andalan dan (komoditas) masa depan Indonesia. Oleh karena itu, Kementan akan menjaga itu. (Kami) akan mencoba berproses lebih maksimal di budidaya sampai produktivitas,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat memberikan keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, seusai rapat terbatas membahas pengembangan budidaya sarang burung walet dan tanaman porang, Selasa (4/5/2021).
Kementan akan memberikan asistensi atau pembinaan teknis kepada petani porang dan sarang burung walet serta membuat kluster daerah atau produsen. Upaya hilirisasi atau proses pengolahan lanjutan komoditas tersebut dilakukan bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian. Adapun pengaturan perdagangan, termasuk ekspor, dilakukan bersama Kementerian Perdagangan.
Syahrul menuturkan, dalam rapat terbatas itu Presiden Joko Widodo meminta semua kebijakan yang diambil pemerintah harus berpihak kepada rakyat. Selain itu, regulasi juga diminta jangan sampai menjadi hambatan. ”Saya, selaku Mentan, bersama Mendag akan mencoba mengupayakan secara maksimal untuk memberikan ruang bagi petani porang dan petani rumah burung walet agar besok kita mendapatkan nilai ekspor yang lebih banyak bagi kepentingan negeri dan rakyat. Itulah arahan Presiden bagi kami,” katanya.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menambahkan, sarang burung walet memiliki nilai luar biasa tinggi. Indonesia pun menjadi produsen utama sarang burung walet dunia. ”Bahkan, kalau tidak salah, hampir 80 persen kapasitas (pasar sarang burung walet) dunia disuplai dari Indonesia,” ujarnya.
Lutfi menuturkan, Indonesia pada tahun 2020 mengekspor sarang burung walet dengan volume sekitar 1.316 ton senilai 540 juta dollar AS. Namun, Kemendag melihat ada disparitas harga sarang burung walet yang cukup besar di negara-negara tujuan utama ekspor.
”Misalnya Hong Kong yang (merupakan negara tempat) kita menjual lebih dari 85 persen ekspor (sarang burung walet) kita, harga per kilogram hanya 88 dollar AS. Sementara di RRC harga 1 kilogram sarang burung walet 1.500 dollar AS lebih,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut Lutfi, Kemendag bersama Kementan akan menyamakan aturan-aturan dengan tujuan menggalakkan ekspor kekayaan Indonesia untuk mendapatkan hasil terbaik bagi para petani dan industri di dalam negeri. Kemendag akan menyelaraskan proses perizinan ekspor dan memastikan Indonesia mendapatkan harga terbaik sarang burung walet.
Lutfi menuturkan, dalam kunjungannya ke China beberapa waktu lalu diketahui bahwa pemerintah setempat berkomitmen membeli sarang burung walet senilai Rp 16 triliun lebih. ”Hari ini angka itu baru separuhnya dan kami akan mengejar target tersebut pada akhir tahun 2021,” katanya.
Pada kesempatan tersebut, Lutfi mengatakan, tanaman porang adalah bagian dari substitusi tepung terigu. ”(Porang) ini sangat disukai karena lebih sehat, menjamin kesehatan. Ini menjadi tren dan mendapatkan harga luar biasa. Kami akan mengerjakan bersama-sama. Kementan dari hulu, Kemenperin untuk prosesnya, dan Kemendag untuk menjualnya di pasar dunia,” ujarnya.
Kami akan mengerjakan bersama-sama. Kementan dari hulu, Kemenperin untuk prosesnya, dan Kemendag untuk menjualnya di pasar dunia.
Ketua Komite Tetap Bidang Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Handito Joewono ketika dihubungi mengatakan, sarang burung walet merupakan salah satu komoditas yang layak dikembangkan karena bernilai tinggi. Komoditas atau produk berharga mahal memang perlu diberi perhatian, terlebih ketika ingin mendapatkan devisa ekspor secara cepat.
”Oke sarang burung walet dikembangkan, tetapi patut pula diingat bahwa kalau kita meningkatkan kuantitas, akan berlaku hukum ekonomi, yakni harga akan turun. Hal seperti ini juga perlu diantisipasi dari awal,” ujar Handito.
Handito menambahkan, pasar sarang burung walet pun relatif terbatas di negara-negara tertentu. Meskipun Indonesia menjadi pemain utama, ada kompetitor-kompetitor yang juga perlu diwaspadai karena dapat mengacaukan harga. Posisi sebagai produsen terbesar bisa tergeser ketika terjadi perang harga.
Terkait tantangan tersebut, menurut Handito, Indonesia harus memiliki variasi produk berbasis sarang burung walet. Sarang burung walet jangan diekspor hanya sebatas komoditas mentah, melainkan harus lebih dulu diolah agar memberi nilai tambah. ”Perlu ada pengembangan produk turunan dari sarang burung walet, seperti makanan kesehatan berbasis sarang burung walet dan lainnya,” katanya.
Handito berpendapat langkah ini diperlukan agar Indonesia tidak memiliki ketergantungan terhadap komoditas sarang burung walet. Dengan demikian, ketika, misalnya, harga sarang burung walet turun pun Indonesia masih tertolong karena ada produk-produk olahan yang menopangnya. Pengembangan budidaya sarang burung walet mesti dilakukan secara paralel dengan dorongan hilirisasi industri sarang burung walet.
Indonesia pun harus mengembangkan komoditas ekspor andalan lain. ”Tidak salah untuk mengembangkan sarang burung walet. Namun, akan salah kalau komoditas-komoditas andalan lain tidak dikembangkan. Sebab, sekali lagi, hal yang dikhawatirkan adalah ketika terjadi banjir suatu komoditas, otomatis harga komoditas tersebut akan turun,” kata Handito.