Tren Konsumsi Pangan Ramadhan Dorong Inflasi April 2021
Sejumlah bahan pangan yang banyak dikonsumsi selama Ramadhan, seperti buah-buahan dan daging, mendorong kenaikan indeks harga konsumen April 2021. BPS mencatat inflasi bulanan sebesar 0,13 persen.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pola belanja makanan dan minuman selama Ramadhan mempengaruhi kenaikan indeks harga konsumen atau inflasi bulan lalu. Laju inflasi bulanan pada April 2021 tercatat lebih tinggi dibandingkan Januari-Maret 2021 yang cenderung turun.
Badan Pusat Statistik mencatat, inflasi pada April 2021 mencapai 0,13 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara inflasi bulanan pada Januari-Maret 2021 masing-masing 0,26 persen, 0,1 persen, dan 0,08 persen. Secara akumulatif, inflasi sepanjang Januari-April 2021 mencapai 0,58 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Setianto dalam konferensi pers, Senin (3/5/2021), menyebutkan, tren konsumsi masyarakat selama Ramadhan mempengaruhi inflasi April 2021. ”Ada sejumlah produk khas yang banyak dikonsumsi masyarakat untuk sahur dan berbuka, seperti buah-buahan dan bahan makanan lainnya,” ujarnya.
Berdasarkan pengeluaran masyarakat, kelompok makanan, minuman, dan tembakau memegang andil inflasi tertinggi, yakni 0,05 persen. Inflasi pada kelompok ini mencapai 0,2 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Komoditas yang menyumbang inflasi di kelompok tersebut ialah daging ayam ras, minyak goreng, jeruk, anggur, pepaya, ikan segar, ayam hidup, apel, dan rokok kretek filter. Menurut Setianto, daging ayam ras menyumbang inflasi tertinggi, yakni 0,06 persen, dibandingkan dengan komoditas lainnya karena kenaikan harga jagung pakan.
Tak hanya makanan, komoditas lain yang turut menyumbang inflasi berasal dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya. Kelompok ini mencatatkan inflasi tertinggi dibandingkan dengan pengeluaran lainnya, yakni 0,29 persen. Komoditas yang menyumbang inflasi nomor satu pada kelompok ini ialah perhiasan emas. Menurut Setianto, pergerakan tersebut dipengaruhi oleh transaksi perhiasan emas selama Ramadhan.
Meskipun demikian, ada pula komoditas yang mengalami deflasi. Misalnya, cabai rawit dengan andil deflasi 0,05 persen, cabai merah dan bawang merah yang andilnya masing-masing 0,02 persen, serta beras, bayam, dan kangkung yang masing-masing menyumbang 0,01 persen.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan mengunjungi sejumlah pasar di Indonesia untuk memantau pergerakan harga pangan, salah satunya Pasar Rakyat Jawa Belawan, Medan, Sumatera Utara. ”Kami bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menggerakkan perekonomian dengan menjaga stabilitas harga bahan pokok agar dapat dijangkau oleh daya beli masyarakat, terutama saat pandemi Covid-19,” katanya melalui siaran pers.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Syailendra menyatakan, pihaknya terus memantau harga dan pasokan bahan pokok saat ini dinilai dalam kondisi stabil. Kementerian berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan pelaku usaha pangan menjaga kestabilan tersebut.
Sementara itu, ekonom Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro, menyoroti kelompok pengeluaran transportasi yang tidak mengalami inflasi. Menurut dia, hal itu menunjukkan rendahnya pergerakan mudik di tengah masyarakat karena adanya pelarangan dari pemerintah.