Pandemi Covid-19 Memperlebar Kesenjangan Kapasitas antara Pemimpin Bisnis dan Pekerja
Pekerja muda merupakan tumpuan masa depan perusahaan. Sayangnya, pekerja muda cenderung lebih tertekan di tengah pandemi Covid-19. Pimpinan bisnis mesti aktif berkomunikasi dengan pekerja muda.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
Kompas/Priyombodo
Massa buruh yang tergabung dalam Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) berunjuk rasa memperingati Hari Buruh Internasional di Jakarta, Sabtu (1/5/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 menempatkan pemimpin industri dalam situasi karier yang berbeda dengan pekerja muda. Pimpinan bisnis cenderung merasa berkembang selama pandemi, sedangkan pekerja muda mesti bergelut dengan keadaan. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, pucuk-pucuk tertinggi perusahaan perlu berkomunikasi secara rutin dengan setiap lapisan sumber daya manusia di tubuh organisasinya.
Kesenjangan itu menjadi salah satu sorotan dalam laporan tahunan 2021 Work Trend Index: Annual Report berjudul ”The Next Great Disruption is Hybrid Work – Are We Ready?” yang dipublikasikan Microsoft pada Maret 2021. Hasil survei pada laporan itu menunjukkan, sebanyak 61 persen pemimpin bisnis merasa berkembang (thriving). Sebaliknya, sebanyak 60 persen pegawai dari generasi Z dan 64 persen karyawan mula merasa bergumul (struggling) dengan situasi pekerjaan selama pandemi Covid-19.
Survei yang merupakan kerja sama antara Microsoft dan Edelman Data x Intelligence tersebut diadakan pada 12-25 Januari 2021. Lebih dari 1.000 pemimpin bisnis dan karyawan di 31 negara, termasuk Indonesia, menjadi responden survei.
Ketua Komite Tetap Ketenagakerjaan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bob Azam mengatakan, kesenjangan situasi karier tersebut berakar dari komunikasi antara pemimpin bisnis dan pekerja muda. Pemimpin bisnis dan industri tengah menyusun strategi untuk merespons perubahan, seperti digitalisasi dan revolusi industri 4.0, yang diakselerasi oleh pandemi Covid-19.
”Akan tetapi, pembahasan mengenai perubahan itu belum menjadi wide conversation yang ada di tiap lapisan organisasi perusahaan. Pembahasan ini harus diwujudkan dalam pertemuan yang lebih rutin, bukan yang bersifat formal seperti di awal dan akhir tahun saja,” tuturnya saat dihubungi, Minggu (2/5/2021).
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Sejumlah pekerja menunggu moda kereta rel listrik di Stasiun Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (23/12/2020).
Karena bekerja di tengah pandemi Covid-19, karyawan dari generasi Z lebih merasa kesulitan dalam mengemukakan ide maupun menyukai atau terikat dengan pekerjaannya. Laporan Microsoft menggarisbawahi, memastikan kesejahteraan pekerja generasi Z menjadi langkah bisnis yang mendesak. Sebab, bagaimanapun, generasi yang lebih muda sangat potensial dalam menawarkan ide-ide segar untuk kemajuan perusahaan.
Komunikasi antara pimpinan dan karyawan, lanjut Bob, tidak hanya semata pada target dan kinerja perusahaan. Pimpinan bisnis juga harus menyampaikan konteks dan latar belakang dari setiap strategi yang hendak ditempuh di tengah pandemi Covid-19 kepada setiap elemen SDM.
Konteks dan latar belakang yang dikomunikasikan berpotensi memunculkan irisan antara visi-misi perusahaan dan cita-cita pribadi tiap karyawan, termasuk dari generasi muda. Menurut dia, irisan tersebut akan menciptakan keterikatan dan ketertarikan dalam tiap individu SDM terhadap pekerjaan. Keduanya dapat membuahkan inovasi yang bermuara pada penguatan daya saing bisnis, produk, dan jasa yang ditawarkan perusahaan.
Dalam laporan yang sama, CVP Microsoft 365 Jared Spataro menyatakan, bekerja di hunian masing-masing (remote working) memperkecil kesempatan bagi para pemimpin bisnis untuk menanyakan kabar para karyawan. ”Padahal, data secara jelas menunjukkan SDM kita tengah bergumul. Kita harus mencari cara untuk menolong mereka,” katanya.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Foto udara kawasan bisnis dan perkantoran di Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, Minggu (7/2/2021).
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi B Sukamdani menilai, pemimpin perusahaan mesti berjibaku mengarahkan perusahaan agar bisa memenuhi kebutuhan dan tren masyarakat yang berubah selama pandemi Covid-19.
Dalam membaca tren pasar, pemimpin bisnis dapat menggali beragam informasi dan mendiskusikannya dengan tim. ”Para pemimpin harus berpikir out of the box. Kalau perlu, pemimpin mesti banting setir apabila bisnis dan industrinya tak sesuai dengan kebutuhan pasar,” ujarnya.
Pemimpin bisnis juga perlu melibatkan pekerja muda yang ada dalam organisasi perusahaan. Ide dan gagasan pekerja muda yang segar akan mendorong terciptanya produk dan jasa yang inovatif dan berdaya saing.