Pandemi Covid-19 membuat target produksi minyak bumi 1 juta barel per hari pada 2030 kian menantang. Selain eksplorasi, beberapa strategi lain menambah produksi akan ditempuh.
Oleh
ARIS PRASETYO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sampai akhir Maret 2021, realisasi produksi siap jual atau lifting minyak sebanyak 676.200 barel per hari atau masih lebih rendah dari target APBN yang sebanyak 705.000 barel per hari. Pandemi Covid-19 pada 2020 menyebabkan investasi hulu minyak dan gas bumi merosot dan jumlah pengeboran sumur berkurang. Kondisi ini membuat target produksi 1 juta barel per hari di 2030 kian menantang.
Demikian pula lifting gas bumi yang pada triwulan I-2021 terealisasi sebanyak 5.539 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Dalam APBN, target lifting gas bumi adalah 5.638 MMSCFD. Namun, lifting gas bumi saat ini masih lebih tinggi dari realisasi pada 2020 yang sebanyak 5.462 MMSCFD.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto, Senin (26/4/2021), mengatakan, merosotnya lifting minyak pada triwulan I tahun 2021 dipengaruhi oleh pandemi Covid-19 sejak tahun lalu. Sampai akhir 2020, investasi sektor hulu migas turun drastis dan berdampak pada rendahnya pengeboran sumur untuk mendongkrak produksi. Tahun lalu, realisasi pengeboran sumur sebanyak 240 sumur dan tahun ini direncanakan 616 sumur.
”Dari tahun ke tahun, realisasi lifting minyak selalu lebih rendah dari target APBN. Tahun ini, kami upayakan agar lifting tidak jauh berbeda dengan realisasi di tahun lalu. Investasi yang rendah di 2020 akibat pandemi Covid-19 berdampak pada produksi yang merosot drastis,” ujar Dwi dalam telekonferensi pers Paparan Kinerja Hulu Migas Triwulan I-2021 di Jakarta.
Merosotnya lifting minyak pada triwulan I tahun 2021 dipengaruhi oleh pandemi Covid-19 sejak 2020.
Dwi menambahkan, untuk menuju target produksi 1 juta barel per hari di 2030, selain menggiatkan eksplorasi untuk menemukan cadangan baru, beberapa strategi ditempuh agar produksi bertambah. Strategi tersebut adalah mengoptimalkan produksi pada lapangan yang ada, penerapan metode pengurasan minyak tingkat lanjut (enhanced oil recovery/EOR), dan mempercepat status cadangan ke produksi.
SKK Migas mencatat, Blok Cepu di Jawa Timur yang dioperasikan oleh ExxonMobil Cepu Ltd adalah penyumbang produksi minyak terbesar di Indonesia saat ini, yaitu 213.000 barel per hari. Berikutnya adalah Blok Rokan di Riau yang menghasilkan 165.000 barel per hari. Masa operasi Blok Rokan oleh PT Chevron Pasific Indonesia akan berakhir pada Agustus mendatang dan pengelolaan berikutnya diserahkan kepada PT Pertamina (Persero).
Dari sisi investasi, SKK Migas menargetkan realisasi tahun ini 12,4 miliar dollar AS atau lebih tinggi dari realisasi tahun lalu yang sebesar 10,5 miliar dollar AS. Hingga triwulan I-2021, realisasi investasi hulu migas adalah 2,4 miliar dollar AS. Adapun penerimaan negara hingga periode yang sama sebanyak 3,29 miliar dollar AS atau 45 persen dari target 7,28 miliar dollar AS.
Pemerintah harus bisa menciptakan iklim investasi hulu migas yang menarik bagi investor.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, eksplorasi yang masif adalah cara paling penting untuk mendapatkan sumber cadangan migas yang baru di Indonesia. Apalagi, pemerintah berulang kali menyatakan masih dari 128 cekungan di Indonesia, sebanyak 70 cekungan sama sekali belum diteliti. Selain itu, pemerintah juga harus bisa menciptakan iklim investasi hulu migas yang menarik bagi investor.
”Jangan lagi ada perubahan kontrak atau regulasi. Ini menyangkut kepastian berusaha. Apabila ini masih terjadi, investor akan berpikir ulang untuk berinvestasi di Indonesia dan tak menutup kemungkinan mereka memilih negara lain yang lebih menarik,” ucap Komaidi.
Pada akhir 2019, Pertamina melalui anak usahanya, PT Elnusa Tbk, memulai survei seismik dua dimensi untuk menemukan cadangan minyak dan gas bumi di perairan Indonesia. Survei yang melintasi laut sepanjang 30.000 kilometer ini adalah survei terbesar di kawasan Asia Pasifik dalam kurun 10 tahun terakhir. Survei dimulai dari perairan di sekitar Pulau Bangka, Bangka Belitung, hingga perairan di sekitar Pulau Seram, Maluku.
Menurut Kepala Divisi Perencanaan Eksplorasi SKK Migas Shinta Damayanti, hasil eksplorasi oleh Pertamina tersebut masih terus dievaluasi. Pemerintah menginginkan data hasil evaluasi bisa dibuka untuk publik dan dijadwalkan sudah bisa diketahui pada Juli mendatang. Disebutkan bahwa dari hasil eksplorasi tersebut ada beberapa area yang prospektif (terdapat cadangan migas).
”Pertamina sudah melakukan joint study dengan pihak lain di Jawa Timur dan diperkirakan (di wilayah tersebut) akan menjadi wilayah kerja hulu migas yang baru. Data hasil survei seismik tersebut akan bermanfaat bagi investor,” ujar Shinta.