Banyak investor terlihat berhati-hati dan memilih menunggu menjelang pertemuan kebijakan The Fed yang berakhir tengah pekan ini. Bank sentral AS, The Fed, diperkirakan akan mengonfirmasi kebijakan mereka sebelumnya.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
MILAN, SELASA — Pergerakan saham di mayoritas pasar saham global merosot pada Selasa (27/4/2021) karena optimisme tentang pemulihan ekonomi dipengaruhi oleh kehati-hatian menjelang keputusan kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, tengah pekan ini. Perkembangan pandemi Covid-19 juga tetap menjadi bahan pertimbangan para pelaku pasar.
Indeks ekuitas dunia MSCI, yang melacak pergerakan indeks saham di 49 negara, turun 0,1 persen pada Selasa petang waktu Indonesia. Bursa-bursa saham di Asia ditutup rata-rata turun, diikuti dengan pelemahan sejumlah bursa saham Eropa di awal-awal perdagangan. Indeks MSCI telah naik 9 persen jika dilihat sejak awal tahun ini.
Kenaikan indeks itu didukung oleh ekspektasi bahwa kenaikan tingkat vaksinasi Covid-19 akan memungkinkan lebih banyak ekonomi pulih dan memberikan dorongan besar bagi keuntungan perusahaan. Namun, kehati-hatian para pelaku pasar terkait ujung pandemi Covid-19 meningkat setelah gelombang-gelombang baru terlihat, terutama di India.
Menurut estimasi lembaga IBES Refinitiv terbaru, pendapatan rata-rata perusahaan-perusahaan terbuka di kawasan Eropa diproyeksikan meningkat 61 persen pada triwulan I-2021, sementara pendapatan serupa atas perusahaan-perusahaan terbuka di AS diperkirakan menanjak lebih dari 31 persen.
Banyak investor terlihat berhati-hati dan memilih menunggu menjelang pertemuan kebijakan The Fed yang berakhir pada Rabu (28/4) waktu AS. Bank sentral AS diperkirakan akan mengonfirmasi kebijakan mereka untuk mempertahankan kebijakan moneter yang mudah guna mendorong perekonomian AS. Investor mengharapkan bank sentral AS mempertahankan suku bunga pinjaman utamanya mendekati nol dan menyuntikkan lebih banyak uang ke dalam sistem keuangan melalui pembelian obligasi.
Investor mengharapkan bank sentral AS mempertahankan suku bunga pinjaman utamanya mendekati nol dan menyuntikkan lebih banyak uang ke dalam sistem keuangan melalui pembelian obligasi.
Keuntungan triwulanan di antara perusahaan di S&P500 diharapkan naik 24 persen secara tahunan, merujuk pada survei oleh FactSet. Pasar juga menunggu hasil kinerja perusahaan teknologi terkemuka AS, Microsoft dan Alphabet, pada Selasa malam. ”Belum ada tusukan nyata atas ’balon’ risiko global saat ini,” kata ahli strategi Deutsche Bank, Jim Reid, dalam sebuah catatan analisis. ”Kita harus menunggu dan melihat apakah hal yang akan datang ini mungkin akan menyimpang dari jalur.”
Investor mengharapkan hasil kinerja perusahaan-perusahaan AS yang akan dirilis pekan ini menunjukkan keuntungan yang lebih kuat. Latar belakangnya adalah program vaksinasi Covid-19 di negara itu yang terus digenjot dan pengeluaran konsumen yang menguat. Namun, optimisme itu telah diredam oleh kegelisahan tentang kemungkinan inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi.
”Pengumuman The Fed pada Rabu diperkirakan lebih membosankan karena pembuat kebijakan secara luas diperkirakan menjaga kebijakan tetap stabil,” kata Edward Moya dari lembaga Oanda dalam sebuah laporan.
Di pasar komoditas, harga tembaga mencapai level tertinggi 10 tahun karena kekhawatiran pasokan di Chile, produsen utama tembaga. Selain itu, kalangan investor juga mengharapkan peningkatan permintaan global di tengah pemulihan ekonomi yang stabil. Harga tembaga untuk permintaan tiga bulan di London Metal Exchange sempat mencapai 9.965 dollar AS per ton, level tertingginya sejak Maret 2011.
Sementara itu, harga minyak berbalik arah menguat setelah produsen minyak utama mendukung perkiraan permintaan mereka. Meski demikian, terlihat masih ada risiko penurunan harga minyak karena melonjaknya kasus Covid-19 di India. India adalah importir minyak terbesar ketiga di dunia. Minyak mentah Brent naik 0,5 persen ke level 65,94 dollar AS per barel dan minyak WTI AS menguat 0,6 persen ke level 62,24 dollar AS per barel.
Investor juga mengamati dengan cermat lelang US Treasury dengan tenor tujuh tahun senilai 62 miliar dollar AS pada Selasa malam waktu AS. Departemen Keuangan AS melihat permintaan yang sangat lemah pada lelang surat utang itu di bulan Februari lalu. Hal itu, seperti diketahui, telah memicu aksi jual secara brutal pasar di seluruh dunia. Menjelang pengumuman hasil lelang, surat utang US Treasury berimbal hasil tujuh tahun naik tipis menjadi 1,265 persen. Adapun imbal hasil patokan surat utang US Treasury bertenor 10 tahun naik tipis ke level 1,573 persen.
Di pasar mata uang, nilai tukar dollar AS berada di dekat posisi terendahnya secara mingguan versus sejumlah mata uang utama lain. Dollar AS bergerak dalam rentang tipis karena para pelaku pasar menghindari mengambil posisi besar mereka sebelum lelang surat utang AS dan pertemuan The Fed. Nilai tukar yen melemah dari posisi terkuatnya dalam tujuh pekan. Ini terjadi setelah Bank of Japan menurunkan perkiraan harga konsumennya hanya sepekan setelah Tokyo dan Osaka memasuki keadaan darurat ketiga mereka atas lonjakan infeksi Covid-19.
Di pasar mata uang kripto, harga bitcoin naik 1,2 persen ke level 54.715 dollar AS per bitcoin. Mata uang kripto paling populer di dunia itu melonjak hampir 10 persen, awal pekan ini, setelah lima hari berturut-turut mengalami penurunan. Kenaikan itu terutama terdorong oleh kabar yang menyebutkan bahwa lembaga JPMorgan Chase berencana untuk menawarkan dana kelolaan bitcoinnya. Bitcoin telah merosot hampir seperlima dari level rekor tertingginya sepanjang masa sejak awal bulan ini. (AP/REUTERS)