Teknologi Digital Warung Era Kini
Banyak warung sembako menjelma menjadi e-warong dan warung pintar. E-kasir, teknologi pembayaran elektronik, sistem rantai pasok digital, manajemen inventaris, dan layanan pesan-antar memberi warna warung era kini.

Petugas e-warong melayani warga yang akan mengambil bantuan pangan nontunai (BPNT) yang disalurkan melalui e-warong di Kembangan Selatan, Jakarta Barat, Rabu (11/11/2020).
Kehadiran teknologi informasi dan perkembangan usaha-usaha layanan masyarakat membuat warung bertransformasi. Banyak warung barang kebutuhan pokok yang menjelma menjadi elektronik warung gotong royong (e-warong) dan warung pintar.
Warung pintar tak hanya menjual kebutuhan harian, tetapi juga melayani jasa pembayaran tagihan dan transaksi digital perbankan. Warung berbasis digital ini memudahkan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam menjalankan bisnis, baik secara daring maupun luring.
Disih Setianingsih, pengelola e-warong Harapan Sejahtera di Meruya Utara, Kembangan, Jakarta Barat, Selasa (20/4/2021), mengatakan, awalnya dia bersama sang suami membuka warung kecil-kecilan. Sekitar empat tahun lalu, Disih ditunjuk mengikuti program e-warong. E-warongnya dimodali Rp 30 juta untuk membeli barang-barang, antara lain, peranti pendingin, timbangan, dan troli.
Dia juga mendapatkan mesin EDC (electronic data capture) untuk melayani warga bertransaksi membeli kebutuhan pokok tanpa menggunakan uang tunai. ”Awal dulu mendapatkan pelatihan dari BNI, saya sama sekali enggak tahu bagaimana caranya menggesek kartu di mesin EDC,” kata Disih di Jakarta.
Awal dulu mendapatkan pelatihan dari BNI, saya sama sekali enggak tahu bagaimana caranya menggesek kartu di mesin EDC.
Setiap bulan ada 300 karung berisi kebutuhan pokok, seperti beras, telur, daging ayam, dan buah, tiba di e-warong yang dikelola Disih. Penyaluran kebutuhan pokok bagi warga pemegang Kartu Sembako bersaldo Rp 200.000 per bulan itu dilakukan setiap tanggal 10 dari pukul 08.00 sampai pukul 17.00. Di masa pandemi Covid-19, dengan pertimbangan harus menjaga jarak, kedatangan warga juga diatur secara bergantian agar tidak terjadi antrean.
Selain melayani penyaluran kebutuhan pokok bagi warga penerima, Disih juga menjual berbagai kebutuhan sehari-hari di warungnya bagi warga secara umum. ”Kalau barang-barang di luar sembako itu bebas siapa saja yang mau beli, untuk umum. Mereka belinya secara tunai,” ujarnya.
Dengan pengalaman melayani transaksi nontunai dan tunai, Disih merasa lebih siap menghadapi kemungkinan perubahan cara-cara pembeli berbelanja. Apalagi dimungkinkan ke depan akan semakin banyak orang lebih memilih pembayaran secara nontunai.

Pembeli memanfaatkan sarana pembayaran praktis dengan menggunakan sistem pembayaran elektronik berbasis Standar Kode Respons Cepat Indonesia (QRIS) di warung milik Yoggie (45), mitra Bukalapak di daerah Kemang Raya, Jakarta, Rabu (21/8/2019). QRIS dapat diakses menggunakan semua pengelola uang elektronik atau dompet digital, seperti DANA, LinkAja, Gopay, dan OVO.
Warung-warung tradisional yang sudah bertransformasi juga memanfaatkan teknologi manajemen transaksi dan administrasi yang kerap disebut kasir digital atau e-kasir. Teknologi tersebut disediakan oleh sejumlah usaha rintisan atau start up. Salah satunya adalah Moka.
Karanisa Doeana, Head of Product Marketing Moka, mengemukakan, perusahaan layanan aplikasi berbasis teknologi komputasi awan (software as a service/SaaS) itu menawarkan solusi bagi UMKM untuk lebih mudah dalam menjalankan bisnis di berbagai bidang usaha, seperti makanan dan minuman, ritel, ataupun jasa. Layanan perangkat lunak itu juga memudahkan pelaku usaha mengawasi bisnisnya dari mana pun dan kapan pun.
Beberapa fitur yang ditawarkan kepada UMKM adalah kasir digital (sistem point-of-sale), yakni memfasilitasi fitur manajemen pesanan dan stok barang, manajemen administrasi, dan pengaturan sif karyawan. Tersedia juga fitur analisis penjualan yang dapat dipantau setiap saat, serta program diskon dan loyalitas pelanggan.
Layanan tersebut diintegrasikan juga dengan sistem pembayaran berbasis Standar Kode Respons Cepat Indonesia (QRIS). Tujuannya agar mitra toko dapat menerima pembayaran nontunai dan menjangkau lebih banyak pelanggan dengan beragam metode pembayaran nontunai.
Dengan teknologi tersebut, lanjut Karanisa, pelaku usaha dapat mengetahui data terkini penjualan, menggunakan beragam fitur dan produk untuk bisnis dari satu aplikasi, serta dapat segera menganalisis dan memutuskan rencana aksi untuk bisnis. ”Harapannya, UMKM mampu meningkatkan skala bisnisnya dan lebih produktif berinovasi,” katanya.
Baca juga: Warung ”Bon Dulu” Melintasi Zaman

Bermula dari sistem kasir digital, Moka kini merambah ke fitur lain, seperti penerimaan pembayaran nontunai, akses langsung ke peminjaman modal usaha (Moka Capital), dan integrasi langsung dengan aplikasi penunjang bisnis lain (Moka Connect). Setelah bergabung dengan grup Gojek, Moka turut mengembangkan GoStore, layanan pembuat laman toko daring pertama di Indonesia yang terintegrasi penuh dengan Instagram Shop, Facebook Shops, dan Google Shopping.
Hingga saat ini, layanan Moka telah digunakan oleh 40.000 unit bisnis di 200 kota dan kabupaten di Indonesia. Moka mencatat, mitra toko yang mengakses Moka secara rutin memperoleh kenaikan pendapatan rata-rata 23 persen dalam kurun enam bulan.
Rantai pasok
Teknologi semakin memudahkan setiap orang yang memiliki modal terbatas untuk membuka usaha warung sederhana, bahkan e-warong atau warung pintar. Sejumlah layanan e-dagang memfasilitasi para pedagang yang menjual paket-paket membuka warung.
Di laman e-dagang Tokopedia, misalnya, terdapat beragam penawaran paket warung kopi dengan harga mulai Rp 1 juta di mana pembeli bisa memiliki set peralatan mesin kedai kopi. Ada juga paket perlengkapan warung bakso, gerobak angkringan, paket usaha toko alat listrik dan lampu, serta kebutuhan harian nonpangan dengan varian harga paket dari Rp 5 juta hingga Rp 50 juta.
Bahkan, untuk mengembangkan usahanya, para pemilik warung dapat dengan mudah masuk dalam rantai pasok bahan dagangan berbasis digital. Salah satunya melalui Warung Pintar yang memanfaatkan keunggulan rantai pasok berbasis digital untuk mengubah warung menjadi pusat ritel yang produktif.
CEO & Co-Founder Warung Pintar Agung Bezharie Hadinegoro mengemukakan, selama ini sistem distribusi cenderung konvensional dan kurang efisien. Cirinya adalah alur rantai pasok yang panjang, melibatkan banyak aktor penengah, tidak ada transparansi alur barang, dan bergantung pada tenaga manusia di setiap tahapnya.
Baca juga:
- Inkubator UMKM dan Sepenggal Bisnis Virtual Warung Rakyat
- Digitalisasi Perluas Akses Pasar bagi Warung Tradisional

Warga berbelanja di toko kelontong milik Martono di kawasan Gandul, Depok, Jawa Barat, Jumat (23/4/2021). Martono sudah enam bulan terakhir ini bergabung dengan Warung Pintar. Selain mempermudah saat kulakan barang, Warung Pintar juga membantu Martono mencari pinjaman modal.
Warung Pintar fokus pada layanan e-dagang dan rantai pasok melalui inovasi guna memberikan transparansi harga dan ketersediaan barang agar warung lebih mudah menstok ulang barang. Selain pemenuhan barang, pemilik warung juga memperoleh kemudahan fitur pencatatan hingga pendampingan guna pengembangan bisnis.
Aplikasi Warung Pintar, lanjutnya, membantu pemilik warung untuk lebih cepat dalam memesan barang dan menunggu pengiriman barang pesanan, serta harga yang lebih kompetitif karena terhubung langsung dengan berbagai jenama. ”Di sisi lain, otomasi sistem juga memungkinkan Warung Pintar mengantisipasi permintaan warung sehingga dapat menghadirkan ribuan produk dengan pemenuhan stok warung hingga 95 persen,” tuturnya.
Agung mencontohkan, durasi pemesanan barang butuh waktu maksimal 43 menit, sedangkan pengiriman barang pesanan hanya 2,5-14 jam dengan pilihan layanan pengiriman. Dari segi biaya pemesanan, para pemilik warung juga menghemat rata-rata Rp 62.000 karena tidak perlu bepergian untuk belanja secara luring.
Sejak berdiri pada 2017, Warung Pintar telah melayani 500.000 warung di 100 kota dan kabupaten di Indonesia. Di awal pandemi 2020, sebanyak 93 persen mitra Warung Pintar mengalami penurunan pendapatan hingga 28 persen.
Namun, lewat adopsi teknologi aplikasi Warung Pintar, transaksi bulanan mengalami peningkatan hingga hampir 10 kali lipat secara tahunan. Tahun lalu, pertumbuhan pengguna Warung Pintar 30 kali lipat. Tahun ini, Warung Pintar menargetkan untuk merangkul 1 juta warung di Indonesia.
Otomasi sistem juga memungkinkan Warung Pintar mengantisipasi permintaan warung sehingga dapat menghadirkan ribuan produk dengan pemenuhan stok warung hingga 95 persen.
Baca juga : Warung Pintar Berencana Tambah 50.000 Mitra hingga Akhir 2020

Warga berbelanja di toko kelontong milik Martono di kawasan Gandul, Depok, Jawa Barat, Jumat (23/4/2021). Martono sudah enam bulan terakhir ini bergabung dengan Warung Pintar. Selain mempermudah saat kulakan barang, Warung Pintar juga membantu Martono mendapatkan pinjaman modal.
Melibatkan BUMN
Sementara untuk memperkuat pemasaran, Kementerian Koperasi dan UKM bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kluster Pangan. Salah satunya melalui kerja sama dengan PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) atau BGR Logistic dalam mengembangkan koperasi pangan atau warung pangan.
Deputi Bidang Kewirausahaan Kemenkop UKM Victoria Br Simanungkalit, Rabu (21/4/2021), mengatakan, di masa pandemi pemerintah memanfaatkan warung-warung untuk menggerakkan ekonomi usaha mikro agar tetap eksis. Kerja sama dengan BUMN kluster pangan tersebut ditujukan supaya harga terkendali dan ketersediaannya terpantau.
”Itu dulu tujuan awalnya pada saat pandemi sehingga BUMN, melalui kluster pangannya, bekerja sama dengan Kemenkop UKM mengembangkan warung-warung di daerah,” kata Victoria.
Di balik itu, lanjut Victoria, ada pula misi untuk menghubungkan konsumen dengan koperasi-koperasi bahan pangan di desa. Melalui kerja sama tersebut rantai tata niaga yang terlalu panjang dapat diperpendek, tetapi UMKM dan koperasi di desa tetap punya pasar.
Kerja sama ini diharapkan terjalin antara UMKM dan koperasi di daerah dengan semua warung, baik warung yang bekerja sama dengan BGR maupun warung yang dikonsolidasi swasta. Melalui upaya ini dimungkinkan ada efisiensi biaya sehingga konsumen dan produsen sama-sama senang.
”Ini adalah peran yang dimainkan pemerintah untuk menggerakkan ekonomi di perdesaan dalam hal ini produsen. Tetapi, konsumen juga terlayani dengan standar kualitas baik,” kata Victoria.
Menurut Victoria, banyak hal bisa dilakukan melalui kerja sama seperti ini, semisal penambahan edukasi bagi produsen dan konsumen mengenai mutu beras yang baik. Selain itu, juga membantu pelaku UMKM dan koperasi masuk ke digital.
Ada aplikasi Warung Pangan bagi warung-warung yang akan memesan barang ke BGR. BGR juga menyiapkan aplikasi Mitra Warung Pangan untuk menjembatani konsumen memesan barang ke warung. ”Melalui aplikasi tersebut, konsumen juga bisa mengetahui lokasi warung terdekat,” ujarnya.
Baca juga:
- Sinergi Usaha Rintisan dan BUMN Sederhanakan Rantai Pasok
- Sinergi Perusahaan dan Petani Topang Substitusi Impor Pangan
