Pusat perbelanjaan dan sektor ritel memanfaatkan momentum larangan mudik Lebaran untuk meningkatkan jumlah kunjungan mal. Meski demikian, peningkatan kunjungan harus tetap diikuti dengan protokol kesehatan.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Larangan mudik Idul Fitri membuka peluang pusat perbelanjaan dan ritel di kota-kota besar menghadapi peningkatan kunjungan dan transaksi belanja. Pengelola pusat perbelanjaan memastikan tetap menerapkan protokol kesehatan dan pembatasan kunjungan secara ketat.
Kunjungan ke pusat perbelanjaan meningkat sejak awal tahun ini. Rata-rata kunjungan pada triwulan I-2021 masih kurang dari 50 persen kapasitas normal. Kunjungan ke pusat perbelanjaan diprediksi baru akan bergerak menuju normal setelah vaksinasi bagi masyarakat umum dilaksanakan.
”Kunci dalam peningkatan kunjungan ke pusat perbelanjaan ialah vaksinasi untuk masyarakat umum,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Wijaya yang dihubungi pada Minggu (25/4/2021).
Menurut dia, larangan mudik akan memicu masyarakat di perkotaan untuk berkunjung ke pusat perbelanjaan atau mal dalam mengisi waktu libur.
Diperkirakan tingkat kunjungan dan penjualan ritel pada Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini lebih tinggi 30-40 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Larangan mudik akan memicu masyarakat di perkotaan untuk berkunjung ke pusat perbelanjaan atau mal dalam mengisi waktu libur.
Alphonzus memastikan pengelola mal dan pusat perbelanjaan tak akan melonggarkan pembatasan dan protokol kesehatan.
Head of Research Colliers Indonesia Ferry Salanto menuturkan, bulan Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini merupakan momentum untuk meningkatkan kinerja sektor ritel. Pengunjung pusat perbelanjaan diprediksi meningkat, apalagi ada larangan mudik Lebaran.
”Masyarakat tidak punya banyak pilihan untuk berwisata atau rekreasi sehingga jumlah pengunjung pusat perbelanjaan mungkin akan meningkat,” ujar Ferry melalui siaran pers.
Intensitas belanja masyarakat cenderung meningkat selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Hal ini dimanfaatkan pelaku usaha ritel untuk menawarkan diskon dan menyusun strategi untuk memancing masyarakat berbelanja.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, konsumsi rumah tangga berperan 55-57 persen dalam produk domestik bruto (PDB) RI. Pada 2020, konsumsi rumah tangga tumbuh minus 2,63 persen secara tahunan, sedangkan PDB Indonesia tumbuh minus 2,07 persen.
Dewan Penasihat Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Tutum Rahanta mengatakan, kontribusi pemasaran ritel pada periode Lebaran rata-rata 40 persen dari total omzet sektor ritel per tahun. Peningkatan kinerja ritel pada periode Ramadhan diharapkan menggairahkan sektor ini.
Dijaga stabil
Head of Retail Services Colliers Indonesia Sander Halsema mengemukakan, pada periode Ramadhan dan Idul Fitri, pelaku ritel dan pengelola pusat perbelanjaan cenderung menghadirkan program diskon untuk memastikan pengunjung mendatangi pusat perbelanjaan atau gerai ritel.
”Kinerja penjualan ritel biasanya mencapai puncaknya selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Dalam kondisi (pandemi) saat ini, kinerja ritel diproyeksikan meningkat meski tidak sebesar sebelum pandemi,” katanya.
Momentum peningkatan pasar ritel perlu dijaga agar kinerja pasca-Ramadhan dan Idul Fitri tetap stabil. Namun, diperkirakan penjualan ritel setelah Idul Fitri akan turun seperti tahun-tahun sebelumnya.
Momentum peningkatan pasar ritel perlu dijaga agar kinerja pasca-Ramadhan dan Idul Fitri tetap stabil.
Menurut Sander, beberapa faktor yang dapat membantu sektor ritel pulih lebih cepat antara lain penambahan jumlah orang yang divaksinasi serta pemberlakuan protokol kesehatan agar masyarakat percaya untuk berkunjung ke mal.