Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus mengupayakan warga dan pelaku usaha mikro, kecil, hingga menengah semakin melek digital.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
Tahun ini, 100.000 anak muda Jawa Timur ditargetkan menerima beasiswa khusus. Beasiswa itu berupa pelatihan talenta digital yang bertujuan meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan daya saing sumber daya manusia di bidang teknologi informasi sebagai langkah awal mendukung keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Singhasari di Malang.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, saat pelantikan Pengurus Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jatim 2020-2023 di Gedung Negara Grahadi, Rabu (21/4/2021) petang, menegaskan, mendukung transformasi digital dan peningkatan ekonomi digital Indonesia menuju Industri 4.0. Salah satu inisiatif strategis di provinsi dengan penduduk 40 juta jiwa ini adalah membuat pertemuan dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari.
Di KEK Singhasari akan dibuat tempat pengembangan bisnis digital. ”Sepertinya rencana itu bisa terwujud pada 2023, yakni terciptanya Silicon Valley Jatim. Untuk itu, sejak sekarang perlu disiapkan produk strategis dan efektif untuk kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Terkait program tersebut, mantan Menteri Sosial ini juga menyinggung persiapan dan rencana membuat digital talent scholarship. Rencana ini sedang dikomunikasikan dengan Menteri Komunikasi dan Informatika serta disiapkan untuk 100.000 warga pada 2021. Bahkan, tahun 2022, yang bisa berkesempatan dapat beasiswa (scholarship) sebanyak 2,5 juta orang.
Khofifah juga menyebutkan, AMSI merupakan mitra strategis untuk membangun bangsa yang kuat dalam konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sehingga kolaborasi dan sinergi ini menjadi kunci utama dalam membangun perubahan yang signifikan. Apalagi, saat ini Pemprov Jatim tengah menggenjot digitalisasi di sektor ekonomi kreatif di KEK Singhasari, Malang, yang mulai berjalan.
Transaksi di pasar takjil pun, pembeli tak perlu lagi bawa uang tunai karena cukup melakukan pemindaian atau scan barcode yang tersedia di lapak pedagang dan melakukan pembayaran sesuai nominal belanjanya. (Ipuk Fiestiandani)
Ia juga menjelaskan bahwa sistem digital menjadi fokus Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan bahkan beberapa daerah, seperti Tuban, Banyuwangi, dan Surabaya, sudah melakukan digitalisasi hingga ke pasar tradisional dengan mengajak pedagang menggunakan QR code atau kode matriks atau barcode dua dimensi.
Banyuwangi ”go digital”
Terkait digitalisasi hingga pedagang di pasar atau warung sudah diterapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya dan Kabupaten Banyuwangi.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani kepada Kompas, Kamis (22/4/2021), mengatakan, di Banyuwangi digitalisasi terus digalakkan hingga ke pedagang pasar dan pemilik warung. Untuk lebih memudahkan masyarakat semakin terbiasa dengan digitalisasi, hampir semua urusan transaksi diarahkan memanfaatkan QR code.
Digitalisasi juga terus menyasar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lewat program Gerakan Teman Usaha Rakyat. Gerakan Teman Usaha Rakyat (TUR) digarap oleh 30 pendamping UMKM yang setiap hari rutin keliling mendampingi UMKM untuk semakin melek digital.
Seperti selama bulan Ramadhan, di seluruh pasar takjil, konsumen dianjurkan melakukan pembayaran tanpa tunai untuk menekan risiko penularan Covid-19. ”Transaksi di pasar takjil pun, pembeli tak perlu lagi bawa uang tunai karena cukup melakukan pemindaian atau scan barcode yang tersedia di lapak pedagang dan melakukan pembayaran sesuai nominal belanjanya,” ujar Ipuk.
Di Kota Surabaya, digitalisasi juga sudah menyasar pelaku UMKM, pedagang pasar, kedai makanan dan minuman. Bahkan, semakin banyak pelaku usaha mempromosikan sekaligus memasarkan produk melalui media sosial, termasuk berdagang secara online atau dalam jaringann.
Kepada Dinas Perdagangan Kota Surabaya Wiwiek Widayati mengatakan, sampai sekarang Pemkot Surabaya terus menggerakkan semua pelaku usaha agar menerapkan digitalisasi dalam mengembangkan bisnisnya meski skala mikro. Selama pandemi-Covid19, pemanfaatan program digitalisasi makin luas.
Di Surabaya, kini tercatat sekitar 40.000 unit UMKM, yang rata-rata kini mulai melek digital. Belakangan, Pemkot Surabaya menggelat pameran dan kegiatan secara virtual, dan pengunjung sekaligus pembeli mengalami peningkatan yang luar biasa.
Kegiatan yang baru berakhir Surabaya Virtual Expo, 9-11 April 2021, sebagai momentum bagi usaha mikro, kecil, menengah di Surabaya, untuk menerobos pasar konsumen domestik dan mancanegara untuk kebangkitan ekonomi dalam masa pandemi Covid-19.