Pergerakan ekspor, terutama sektor nonmigas, dari ”Bumi Majapahit” semakin bergeliat. Itu menjadi daya ungkit untuk membangkitkan kinerja ekonomi Jatim sekaligus membuka lebar peluang mendulang devisa di masa pandemi.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
Di tengah pandemi Covid-19 yang belum teratasi, pergerakan ekspor, terutama sektor nonmigas, dari ”Bumi Majapahit” semakin bergeliat. Hal itu menjadi daya ungkit untuk membangkitkan kinerja ekonomi Jawa Timur sekaligus membuka lebar peluang mendulang devisa untuk negara.
Badan Pusat Statistik mencatat kinerja ekspor Jatim pada Maret 2021 mencapai 2 miliar dollar AS atau naik 17,94 persen dibandingkan Februari. Nilai ekspor itu naik 1,17 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan komoditasnya, sektor nonmigas mendominasi komposisi ekspor dengan nilai 1,84 miliar dollar AS atau 91,83 persen. Ekspor migas hanya 161 juta dollar AS.
Golongan barang utama ekspor nonmigas Maret tidak lain lemak dan minyak hewan nabati dengan nilai 189,3 juta dollar AS. Selain itu, kayu dan barang dari kayu sebesar 148,45 juta dollar AS dan tembaga senilai 142,30 juta dollar AS. Negara tujuan terbesar adalah Jepang, Amerika Serikat, dan China.
Masih berdasarkan data BPS, kinerja ekspor Jatim ditopang oleh produk dari sektor industri dengan peranan sebesar 83,86 persen dari total ekspor. Disusul kemudian oleh sektor pertanian dengan peranan sebesar 7,91 persen, serta sektor pertambangan dan lainnya dengan kontribusi sebesar 0,16 persen.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, kecenderungan naiknya nilai ekspor mengindikasikan pulihnya kinerja ekspor Jatim sebagai salah satu penopang pertumbuhan ekonomi regional dan nasional. Hal itu menjadi bukti strategi yang diterapkan Pemprov Jatim berhasil.
”Strategi itu antara lain identifikasi komoditas potensial dan pemberian stimulus kepada pelaku usaha di sektor industri dan perdagangan. Stimulus itu berupa pendampingan usaha, bantuan permodalan, pelatihan, pemasaran dan promosi, hingga sosialisasi regulasi,” ujar Khofifah.
Khofifah mengatakan, pandemi Covid-19 juga telah menggeser pola konsumsi masyarakat global. Komoditas pangan dan produk kesehatan menjadi komoditas yang diprediksi akan mengalami peningkatan ekspor di masa depan. Salah satu indikasinya, industri kimia, farmasi, dan obat tradisonal tumbuh positif sebesar 21,71 persen disusul industri makanan dan minuman yang tumbuh sebesar 3,82 persen selama 2020.
Stimulus itu berupa pendampingan usaha, bantuan permodalan, pelatihan, pemasaran dan promosi, hingga sosialisasi regulasi. (Khofifah Indar Parawansa)
Bicara tentang komoditas pangan dan produk kesehatan, Provinsi Jatim memang salah satu sentranya. Dua hari lalu, Selasa (20/4/2021), Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi didampingi Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak melepas ekspor produk inovasi bioteknologi asam amino cysteine senilai 800.000 dollar AS produksi PT Cheil Jedang Indonesia (CJI) di Pasuruan ke Amerika Serikat.
Pelepasan itu menjadi bagian dari target ekspor PT CJI sebesar 580 juta dollar AS hingga akhir tahun. Cysteine tidak lain salah satu produk bernilai tambah besar yang diproduksi menggunakan teknologi tinggi dengan sasaran pasar ekspor premium.
Wakil Presiden Direktur CJI Plant Pasuruan Yoon Tae Sang mengatakan, pihaknya menargetkan bisa menguasai pasar Eropa dan AS. Peluangnya terbuka lebar karena permintaan pasar untuk produk dengan konsep alami dan ramah lingkungan sedang meningkat di negara-negara tersebut.
Cysteine dengan merek Flavor Nrich Master C merupakan produk turunan asam amino. Produk dengan bahan baku glukosa, tepung tapioka, dan bakteri amilolitik ini diklaim sebagai yang pertama di dunia yang menggunakan proses fermentasi alami.
Presiden Direktur CJI Indonesia Grup Shin Hee Sung mengungkapkan, total investasi yang dikeluarkan untuk produksi cysteine mencapai 100 juta dollar AS. Pada saat bersamaan, CJI sedang mengembangkan produk polihidroksialkanoat (PHA) yang digunakan sebagai bahan tambahan pakan.
Produk ini juga bisa dikembangkan sebagai bahan biopolimer untuk produksi plastik ramah lingkungan. Nilai investasi dari produk yang akan segera dipasarkan ini mencapai 50 juta dollar AS. Total investasi CJI di Indonesia saat ini mencapai 1,6 miliar dollar AS dengan jumlah karyawan 15.000 orang.
CJI sedang mengembangkan produk polihidroksialkanoat yang digunakan sebagai bahan tambahan pakan. (Shin Hee Sung)
Selama 2020, perusahaan asal Korea Selatan ini telah menghasilkan devisa negara sebesar 440 juta dollar AS dari total produk yang berhasil diekspor. Selain cysteine, produk andalan ekspor lainnya adalah lisina dan triptofan.
Selain komoditas pangan dan kesehatan, produk Jatim yang diunggulkan di pasar ekspor adalah furnitur. Di masa pandemi Covid-19, permintaan produk furnitur berbahan kayu ke AS meningkat tajam. Salah satunya dipicu oleh perubahan pola kerja dari bekerja di kantor menjadi bekerja di rumah (work from home).
Salah satu produsen furnitur terbesar di Jatim, PT Integra Indocabinet, berlokasi di Kecamatan Sedati, Sidoarjo. Perusahaan ini menjadi salah satu eksportir terbesar di Indonesia karena mayoritas produknya, yakni 85 persen, dipasarkan ke luar negeri. Hanya 15 persen produk yang dipasarkan di dalam negeri.
CEO PT Integra Indocabinet Halim Rusli mengatakan, pihaknya mampu mengekspor produk furnitur sebanyak 1.000 kontainer setiap bulan dengan pasar utama AS. Adapun nilai transaksi ekspornya mencapai Rp 4 triliun per tahun.
Selama pandemi, pasar ekspor terus meningkat, sedangkan pasar lokal turun dengan komposisi dari 20 persen tinggi 15 persen akibat penurunan daya beli masyarakat.
Melihat potensi tersebut, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam kunjungan kerjanya di PT Integra Indocabinet, Selasa lalu, berjanji membantu menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh industri ini dalam upaya menggenjot ekspornya. Salah satunya menekan ongkos produksi supaya lebih rendah sehingga produk Indonesia berdaya saing tinggi di pasar global.
”Indonesia berpeluang memperbesar ekspornya di pasar Amerika dan Eropa karena Vietnam, salah satu produsen furnitur dunia yang menjadi kompetitor Indonesia, tengah menghadapi sanksi dari AS terkait legalitas asal-usul bahan kayu,” kata Lutfi.
Kelebihan lain Provinsi Jatim, komoditas pertaniannya yang luar biasa. Sebagai gambaran, sebanyak 32 ragam komoditas pertanian senilai Rp 1,2 triliun asal Indonesia diekspor melalui 52 pintu keluar dengan tujuan 27 negara, Jumat (12/3/2021). Dari nilai ekspor sebesar Rp 1,2 triliun, terbesar berasal dari Jatim dengan nilai Rp 140 miliar.
Adapun komoditas unggulan Jatim antara lain sarang burung walet (SBW), porang, kopi, edamame, kelapa kupas beku, gula pasir, mente, daun cincau kering, hingga tokek kering. Sarang burung walet berhasil menguasai pasar China dan berpeluang dikembangkan ke pasar AS serta Eropa karena permintaan mulai mengalir.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, dari beragam komoditas tersebut, sarang burung walet dan umbi porang akan didorong sebagai sektor unggulan tahun ini.
Pemerintah meyakini peningkatan volume ekspor dengan memperluas pangsa pasar global merupakan salah satu strategi yang mampu mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional yang terdampak pandemi. Jatim menjadi salah satu provinsi yang mendapat perhatian serius karena potensi produksinya yang luar biasa.