Menggenjot Kunjungan Wisatawan Domestik di Tengah Berbagai Pembatasan
Pemerintah menargetkan pergerakan 180 juta wisatawan domestik tahun ini. Di tengah pembatasan, target itu tak mudah tercapai.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah seretnya kunjungan turis asing akibat pandemi Covid-19, pemerintah mengandalkan wisatawan domestik untuk memulihkan pariwisata tahun ini. Masalahnya, pergerakan wisatawan domestik juga terbatas karena berbagai kebijakan pemerintah dalam mengatasi pandemi.
Ditambah lagi, keberanian mereka untuk mengunjungi tempat wisata belum sepenuhnya pulih meski pelaku atau tempat wisata sudah menerapkan protokol kesehatan. Untuk itu, pemerintah harus meyakinkan wisatawan domestik bahwa tempat wisata dengan penerapan protokol kesehatan aman dikunjungi.
Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nia Niscaya dalam diskusi daring, Kamis (22/4/2021), menjelaskan, target kunjungan turis asing tahun ini diturunkan menjadi 4 juta dari target 19 juta dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Penurunan ini juga berlaku bagi wisatawan domestik, dari 320 juta pergerakan menjadi 180 juta pergerakan.
Menurut dia, pergerakan wisatawan domestik memiliki tantangan. Sebab, ”masa panen” pergerakan wisatawan domestik adalah ketika pulang kampung, masa libur sekolah, libur akhir pekan, dan cuti bersama. Untuk saat ini, masa panen itu tak optimal lantaran adanya kebijakan pembatasan pergerakan orang untuk mengatasi Covid-19.
”Strategi kami untuk tahun ini adalah fokus ke wisatawan Nusantara. Kami akan terus mengampanyekan destinasi-destinasi yang sudah menerapkan protokol kesehatan. Di media sosial, tagar #DiIndonesiAaja akan terus digaungkan. Semoga ini akan memulihkan lagi kepercayaan diri wisatawan,” ujarnya, dalam diskusi yang diadakan oleh Blibli, sebuah lokapasar (marketplace) daring, ini.
Dalam diskusi itu, turut hadir EVP of Digital Product & Automotive Category Blibli Lay Ridwan dan sejumlah pelaku wisata di Indonesia.
Sebagai perkumpulan penyelenggara kegiatan luar ruang, Ketua Asosiasi Experiential Learning Indonesia (AELI) Nurfahmi menjelaskan, semua pelaku wisata yang tergabung dalam AELI sudah menerapkan protokol kesehatan. Namun, belum ada keberanian dari institusi pemerintah, BUMN, maupun swasta, untuk kembali menggunakan jasa mereka.
”Di catatan kami, aparatur sipil negara itu berjumlah 4,2 juta, karyawan BUMN 2,2 juta, ditambah lagi karyawan swasta. Apakah bisa pemerintah membantu kampanye kepada pengelola kepegawaian untuk berani menyelenggarakan kegiatan lagi? Kita ubah formatnya dengan rombongan kecil saja, 25-30 orang untuk memenuhi protokol kesehatan,” katanya dia.
Merespons hal ini, Nia Niscaya menjelaskan bahwa Kemenparekraf sudah mengeluarkan pedoman untuk menyelenggarakan event. Salah satunya adalah semua peserta wajib melakukan tes cepat antigen. Di sisi lain, pemerintah juga sudah memerintahkan semua BUMN agar menggelar pertemuan di destinasi wisata. Untuk saat ini, lokasi yang dipilih adalah Bali. Pertimbangannya adalah sektor wisata di daerah itu sangat terdampak pandemi Covid-19.
Sementara itu, Direktur Marketing Tauzia Hotels Irene Janti menyambut baik program pemerintah yang memberikan vaksin kepada pelaku wisata. Sebab, vaksinasi karyawan akan memulihkan kepercayaan warga untuk staycation di hotel. Saat ini, sudah 30 persen karyawan di seluruh jejaring Tauzia Hotels yang mendapat vaksin.
Di tengah turunnya jumlah wisatawan, pelaku usaha berinovasi dengan masuk ke ranah digital. Ini dirasa bisa sedikit memulihkan efek dari pandemi Covid-19. Ketua Komunitas Gemah Sumilir dan Kampung Wisata Batik Gemah Sumilir, Pekalongan, Amin, menuturkan, pelaku usaha memang harus mulai menggarap pasar digital. Dalam dua bulan terakhir, sejumlah pengusaha UMKM yang menjadi bagian dari Komunitas Gemah Sumilir merasakan manfaat setelah bergabung dengan Blibli. Penjualan mereka mulai membaik.
EVP of Digital Product & Automotive Category Blibli Lay Ridwan menuturkan, dalam setahun terakhir, ada banyak pelaku wisata menggunakan e-dagang. Mereka menjual jasa dan layanan pariwisata. Di Blibli, jumlah merchant kategori ini meningkat 50 persen di bandingkan tahun sebelumnya.
”Dari data itu, kita bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya ada kerinduan dari masyarakat untuk tetap berwisata. Untuk itu, Blibli akan terus berinovasi untuk membantu pariwisata, ekonomi kreatif, dan UMKM Indonesia. Melalui Blibli Travel dan UMKM Fest, diharapkan dapat merangkul semakin banyak pelaku perjalanan wisata, perhotelan, dan desa wisata untuk menghadirkan paket wisata yang menarik pelanggan,” jelasnya.