PT Astra International Tbk kian gencar membidik usaha rintisan. Setelah masuk atau berinvestasi di Gojek pada 2018, kini Astra berinvestasi di Halodoc dan Sayurbox.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·3 menit baca
ARSIP ASTRA
Presiden Direktur PT Astra International Tbk Djony Bunarto Tjondro.
JAKARTA, KOMPAS — PT Astra International Tbk menjalankan digitalisasi sejak beberapa tahun terakhir. Digitalisasi berupa modernisasi internal secara organik dan investasi untuk mendapatkan pertumbuhan anorganik tersebut dilakukan untuk memastikan pertumbuhan berkelanjutan dari Astra.
Presiden Direktur PT Astra International Tbk Djony Bunarto Tjondro menyampaikan, secara internal Astra terus melakukan konsolidasi terkait ekspansi digital. Berbagai inisiatif digital dilakukan setiap unit bisnis, baik unit bisnis tersendiri maupun menggandeng ekosistem di Astra.
Selain modernisasi internal secara organik, Astra juga ingin lebih agresif melihat peluang-peluang secara inorganik, termasuk di usaha rintisan berbasis teknologi. ”Bagaimana dengan yang anorganik? Kami mulai di 2018 dengan Gojek, pada 2019 kami tingkatkan, kemudian kami sekarang masuk ke Sayurbox dan Halodoc. Bisa saja ke depan semakin banyak yang kami investasikan,” kata Djony Bunarto Tjondro dalam konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Astra International Tbk, Kamis (22/4/2021).
Astra juga ingin lebih agresif melihat peluang-peluang secara inorganik, termasuk di usaha rintisan berbasis teknologi.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Kurir aplikasi pemesanan sayur daring Sayurbox mengantar sayur pesanan ke konsumen di Jakarta, Kamis (26/3/2020).
Terkait investasi di Sayurbox dan Halodoc, Djony menjelaskan, Astra melihat kedua usaha rintisan tersebut mempunyai misi, visi, dan komitmen yang baik dalam memanfaatkan teknologi. Halodoc adalah platform layanan kesehatan yang memiliki misi mengurangi ketimpangan akses layanan kesehatan di Indonesia. Sayurbox adalah platform perdagangan elektronik yang membawa produk segar dari petani hingga ke tangan pelanggan.
Perihal rencana menambah portofolio investasi, peluang bisa datang setiap waktu. ”Kami tetap selalu melihat apakah ada peluang di kemudian hari. Apabila ada, kami tentunya berminat melakukan investasi lebih banyak. Sektornya apa saja? Tentunya sektor yang selama ini berkembang,” ujarnya.
Menurut Djony, disrupsi dan pandemi Covid-19 membuat Astra melihat layanan kesehatan sebagai salah satu sektor yang akan tumbuh baik. Demikian pula e-dagang. Selain itu, ada beberapa sektor lain yang akan selalu dikaji tim khusus yang dimiliki Astra.
Disrupsi dan pandemi Covid-19 membuat Astra melihat layanan kesehatan menjadi salah satu sektor yang akan tumbuh baik.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Tim medis menunggu para warga lanjut usia (lansia) yang akan melakukan vaksin Covid-19 melalui layanan tanpa turun (drive thru) di kawasan Kemayoran, Jakarta, Rabu (3/3/2021). Guna mendukung percepatan program vaksinasi Covid-19, Kementerian Kesehatan menggandeng aplikasi Halodoc dan Gojek menghadirkan pos pelayanan vaksinasi Covid-19 melalui layanan tanpa turun. Di tahap awal, fasilitas ini menyediakan akses vaksinasi Covid-19 bagi warga lanjut usia yang memiliki KTP DKI Jakarta sesuai dengan arahan dari pemerintah.
Astra juga masuk ke bisnis uang elektronik melalui AstraPay. ”Kami masuk ke dalam uang elektronik untuk melengkapi pelayanan jasa keuangan dari Astra kepada seluruh pelanggan, baik yang ada di jasa keuangan maupun di dalam ekosistem Astra,” kata Direktur Astra Suparno Djasmin.
Suparno menuturkan, melalui upaya tersebut, Astra dapat meluaskan pelayanan kepada pelanggan. AstraPay fokus di tiga hal, yakni terkait mobilitas atau transportasi, ekosistem Astra, dan produk-produk jasa keuangan Astra.
Dividen
RUPST menyetujui penggunaan laba bersih konsolidasian perseroan untuk tahun buku 2002, yakni Rp 4,6 triliun dibagikan sebagai dividen tunai. Sisanya sebesar Rp 11,5 triliun dibukukan sebagai laba ditahan perseroan.
Pendapatan bersih konsolidasian Grup Astra pada 2020 sebesar Rp 175 triliun atau turun 26 persen dibandingkan dengan 2019 yang sebesar Rp 237,16 triliun. Laba bersih setelah memasukkan keuntungan dari penjualan saham Bank Permata sebesar Rp 16,2 triliun atau turun 26 persen secara tahunan.