Kestabilan harga pangan saat Ramadhan dan mendekati Lebaran amat penting bagi masyarakat. Biasanya, harga fluktuatif bahkan kemahalan karena kelangkaan komoditas yang berpotensi menguras pendapatan warga.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, menggencarkan operasi pasar di seluruh atau 31 kecamatan. Operasi pasar diadakan di balai RT atau RW dengan tujuan menjamin kestabilan harga pangan dalam masa Ramadhan dan mendekati Lebaran 2021.
Bahkan, pemerintah memastikan harga bahan pangan di operasi pasar lebih murah daripada yang dijual di pasar-pasar atau toko-toko. Klaim itu berdasarkan pada pasokan bahan pangan yang didapat gugus tugas pemerintah secara langsung dari produsen (petani) atau setidaknya distributor utama.
Operasi pasar memang tidak ditempuh serentak di 31 kecamatan, tetapi secara berkeliling. Di suatu kecamatan, operasi pasar diadakan setidaknya di dua lokasi di balai RT atau RW. Tujuannya, lebih dekat ke masyarakat yang mungkin biasanya berbelanja ke pasar atau pertokoan. Operasi pasar diadakan saat Ramadhan karena biasanya konsumsi masyarakat naik sehingga ada beberapa komoditias yang harganya naik bahkan melonjak.
”Kami ingin menjamin kestabilan harga pangan agar tidak memberatkan masyarakat terutama kalangan yang membutuhkan,” kata Kepala Dinas Perdagangan Surabaya Wiwiek Widayati, Rabu (21/4/2021).
Dalam operasi pasar misalnya di Wonokromo, harga gula pasir Rp 11.800 per kilogram (kg). Ini lebih murah dibandingkan dengan harga di pasar yang menembus Rp 12.500 per kg. Selain itu, beras dijual dengan harga Rp 46.000 per 5 kg atau lebih murah Rp 1.000, minyak goreng curah Rp 12.900 per liter, dan telur ayam ras Rp 22.000 per kg atau lebih murah Rp 1.000 dari harga pasar.
Kami ingin menjamin kestabilan harga pangan agar tidak memberatkan masyarakat terutama kalangan yang membutuhkan. (Wiwiek Widayati)
Bagi Lilis Indrayani, warga, selisih harga yang lebih murah meskipun tidak terlalu signifikan tetap membantu meringankan pengeluaran ekonomi masyarakat seperti dirinya yang merasa penghidupan pas-pasan. Dalam masa pandemi Covid-19, penghasilan keluarga terkadang terkendala atau kurang.
”Buat masyarakat, operasi pasar ini besar manfaatnya,” kata Lilis. Jika operasi pasar dekat dengan tempat tinggal warga, tentu masyarakat tidak mengeluarkan ongkos perjalanan ke pasar sehingga pengeluaran bisa ditekan lagi.
M Ali (50), pedagang ayam pasar insidental di Kelurahan Gunung Anyar Tambak, mengatakan, harga terkini ayam potong telah turun menjadi Rp 38.000 per kg dari sebelumnya Rp 42.000 per kg.
Harga terkerek
Harga secara alami akan terkerek ketika konsumsi masyarakat meningkat sementara pasokan agak langka. ”Biasanya, nih, dekat Lebaran harga tinggi sehingga harus diantisipasi oleh pemerintah jika ingin harga stabil terjangkau,” katanya.
Ali mengatakan, sebagai pedagang tidak elok jika memainkan harga sebab akan ditinggalkan oleh konsumen. Kenaikan harga bahan pangan di tingkat pengecer terjadi secara alami karena ketidakseimbangan antara stok dan permintaan. Jika misalnya terjadi kelangkaan pasokan daging ayam, Ali bisa tidak berdagang atau beralih berdagang komoditas lain, yakni sayur atau buah.
Wakil Wali Kota Surabaya Armuji mengatakan, aparatur ingin mencegah potensi kenaikan harga atau kelangkaan bahan pangan tertentu dalam masa Ramadhan. ”Biasanya, Ramadhan dan mendekati Idul Fitri, harga-harga naik atau malah ada komoditas yang langka. Kami tidak ingin situasi itu terjadi terus,” katanya.
Sejauh ini, upaya yang ditempuh ialah pengawasan, inspeksi, dan operasi pasar. Tahun ini, operasi pasar diadakan di balai RT atau RW agar lebih dekat dengan permukiman warga. Pengawasan harga di pasar-pasar juga ditempuh untuk mencegah potensi ada kalangan pedagang yang seenaknya membuat lonjakan harga atau kelangkaan komoditas tertentu.
Menurut Kepala Bidang Distribusi Dinas Perdagangan Kota Surabaya Trio Wahyu Bowo, operasi pasar lokasinya bisa berada di kantor kelurahan, kecamatan, serta balai RT dan RW. Lokasi yang dipilih strategis dan mudah dijangkau masyarakat.
Dalam operasi pasar, harga komoditas, seperti daging ayam, ditawarkan lebih murah, yakni kisaran Rp 30.000 per kilogram. Sementara di pasaran, harganya masih di Rp 38.000 per kilogram.
Dalam satu hari, Disdag Surabaya menargetkan operasi pasar rata-rata digelar di 2-3 kecamatan. Target di 31 kecamatan dengan sistem satu hari minimal di dua lokasi kecamatan meski ada beberapa kecamatan menginginkan untuk lebih dari dua lokasi operasi pasar.
Dua efektivitas yang diharapkan tercapai dalam operasi pasar ialah harganya langsung diterima warga kota dengan murah dan warga kota tidak perlu jauh-jauh belanja, apalagi sekarang pandemi Covid-19.
Menariknya, dalam setiap operasi pasar ini Disdag Surabaya juga menggandeng pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) setempat. Oleh karena itu, warga tak hanya disuguhkan beragam kebutuhan pokok, melainkan juga produk-produk UMKM Surabaya. ”Jadi warga yang ingin ngabuburit atau mencari buka puasa bisa ke stan UMKM dan ingin mencari kebutuhan pokok bisa ke stan operasi pasar,” ujarnya.