Popularitas produk mode lokal berpeluang kian menanjak di tengah pandemi. Untuk itu, kreativitas pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah tak boleh mati.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
Sepatu hitam berjenama Tomkins melekat pada kaki peraga. Celana panjang bergaris vertikal dengan paduan warna putih-merah-hitam dari Yasmin Butik Batik dan kaus hitam bermerek Coconut Island ikut ambil bagian. Berselang beberapa menit, jam tangan hitam dari Gatot Kaca menyembul di balik kemeja lengan panjang bernuansa putih-coklat bermerek Tinung Rambu.
Peragaan busana secara dalam jaringan itu menampilkan jenama atau merek pakaian, aksesori, dan sepatu lokal. Masyarakat dapat menikmatinya melalui akun YouTube InaFashion Smesco Online Expo 2021 dengan judul video ”Opening Ceremony” dan laman inafashion.inaproduct.com.
Di laman yang sama, pengunjung dapat melihat-lihat berbagai produk busana dan aksesori produksi lebih dari 200 peserta pameran. Ketika mengeklik ”Exhibition Hall”, pengunjung akan disuguhi enam area. Di setiap area, peserta pameran berderet. Apabila tertarik membeli, pengunjung cukup mengeklik nama peserta pameran dan akan diarahkan ke laman penjualan secara dalam jaringan atau e-dagang.
Saat membuka pameran secara daring, Rabu (21/4/2021), Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menggarisbawahi keberanian menampilkan produk dalam negeri dan promosi merek lokal. Ia bahkan mencontohkan, dirinya sekarang gemar mengenakan sepatu merek lokal yang nyaman.
Teten menambahkan, pandemi Covid-19 tak boleh menghilangkan kreativitas. Pameran virtual merupakan alternatif penting untuk mendongkrak penjualan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, pameran virtual dapat turut menjaga daya konsumsi, khususnya berkaitan dengan produk UMKM di bidang mode. Mode produksi lokal juga berpotensi menjadi penggerak roda pemulihan ekonomi.
Pameran virtual dapat turut menjaga daya konsumsi, khususnya berkaitan dengan produk UMKM di bidang mode.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, kontribusi sektor tekstil dan pakaian jadi terhadap kinerja industri pengolahan nonmigas pada 2020 sebesar 6,76 persen. Industri tekstil dan pakaian jadi dikembangkan salah satunya melalui promosi dan menggunakan produk mode dalam negeri.
Rumah dagang
Dalam kesempatan yang sama, Teten mengatakan, Gedung Smesco kini menjadi rumah dagang bagi pelaku UMKM. Smesco menyajikan beragam informasi mengenai produk artisan UMKM nasional, termasuk untuk pembeli luar negeri. Hal ini turut menopang target kontribusi UMKM terhadap ekspor Indonesia pada 2021 yang sebesar 15 persen. Saat ini perannya sekitar 14 persen.
Smesco menyajikan beragam informasi mengenai produk artisan UMKM nasional, termasuk untuk pembeli luar negeri.
Ekosistem pembiayaan bagi UMKM juga dikembangkan. Menurut Teten, saat ini UMKM membutuhkan skema permodalan untuk menaikkan skala usaha. Skema tersebut dapat berangkat dari kredit usaha rakyat (KUR) dan pembiayaan perbankan.
Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah menambahkan, Smesco juga menjadi salah satu pusat pasokan produk mode lokal bagi peritel. Aliran produk terjadi dari kolaborasi asosiasi di bidang ritel, sepatu, garmen, hingga pusat perbelanjaan.
Smesco juga menjadi tempat sejumlah pabrik garmen dan tekstil berjualan bahan baku. Dengan demikian, pelaku UMKM mode dapat memperoleh suplai bahan baku dari tempat yang sama secara terpadu.
Berbagai langkah telah ditempuh agar pakaian, sepatu, tas, dan aksesori karya UMKM Nusantara memiliki magnet hingga mengena di hati konsumen Indonesia. Membeli dan mengenakan produk lokal merupakan langkah awal menghadirkan kebanggaan atas mode karya perajin dalam negeri.