Pengembangan ”TOD” dan Penyediaan Hunian Masyarakat Berpenghasilan Rendah Disinergikan
Pengembangan hunian terintegrasi transportasi massal perlu disinergikan dengan pemenuhan kebutuhan rumah masyarakat berpenghasilan rendah. Selain kemacetan dan polusi, upaya itu diharapkan mengatasi kekurangan hunian.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·4 menit baca
Kompas/Heru Sri Kumoro
Hunian yang terintegrasi ataupun dekat dengan sarana transportasi publik semakin diminati masyarakat. Tidak hanya rumah tapak, hunian dengan konsep bertingkat pun juga diminati. Besarnya minat masyarakat ini membuat pengembang berlomba-lomba membangun proyek di dekat stasiun, salah satunya pembangunan apartemen di kawasan stasiun kereta commuterline (KRL) Rawa Buntu, Tangerang Selatan, Banten, Senin (16/3/2020). Proyek dengan konsep transit oriented development (TOD) juga dibangun di Stasiun Tanjung Barat dan di Stasiun Pondok Cina.
JAKARTA, KOMPAS — Pengembangan hunian yang terintegrasi dengan transportasi massal melalui konsep transit oriented development atau TOD dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor sehingga menjadi solusi mengatasi kemacetan dan polusi di perkotaan. Pengembangan dengan konsep tersebut pun dapat disinergikan dengan upaya memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir pada Sabtu (17/4/2021) melakukan pengecoran akhir atap (topping off) rumah susun berbasis transit oriented development (TOD) Tower Cattleya Samesta Mahata Serpong, di Stasiun Rawa Buntu, Tangerang Selatan. Rumah susun berbasis TOD yang merupakan proyek sinergi BUMN tersebut dibangun oleh Perum Perumnas di atas lahan yang disediakan PT KAI (Persero) dengan kontraktor PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Direktur Utama Perum Perumnas Budi Saddewa Soediro mengatakan, hunian terintegrasi transportasi massal tersebut diharapkan dapat membantu pemerintah menanggulangi permasalahan kemacetan dan polusi kendaraan. ”Sedangkan dari sisi konsumen dapat menghemat waktu tempuh untuk menjangkau lokasi dan aktivitas mereka,” ujarnya.
Budi menambahkan, pengembangan proyek rusun tersebut mengedepankan konsep penggunaan campuran. Selain terhubung dengan transportasi massal, ada pula kelengkapan berbagai fasilitas komersial, seperti ritel modern, kafe, gerai kopi, dan restoran. Beberapa fasilitas penunjang juga disiapkan.
”Di kawasan Samesta Mahata Serpong ini direncanakan dibangun enam tower, di mana pelaksanaannya akan kami bagi dua tahap. Total hunian 3.632 unit apartemen berbagai tipe di mana 20 persennya kami peruntukkan bagi konsumen MBR (masyarakat berpenghasilan rendah),” kata Budi.
KOMPAS/STEFANUS OSA
Maket Apartemen Mahata Rawabuntu.KOMPAS/Stefanus Osa
Menteri BUMN Erick Thohir menuturkan, konsep TOD yang menyinergikan transportasi umum dengan perumahan merupakan konsep efektif. Selain mengurangi beban kemacetan, konsep tersebut juga ramah lingkungan karena mengurangi emisi. Sinergi antara BUMN dan Kementerian PUPR perlu terus dilakukan dalam penyediaan rumah. ”Program ini harus berjalan dan tepat waktu karena setiap tahun kita kekurangan rumah,” katanya.
Sebagai gambaran, berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional pada 2018, ada sekitar 14 juta dari total 70 juta rumah tangga di Indonesia tidak memiliki rumah. Sebanyak 5,52 juta rumah tangga yang tidak memiliki rumah ada di kelompok berpendapatan menengah-atas. Sebanyak 6,51 juta rumah tangga di kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan 1,96 juta rumah tangga di kelompok miskin.
Pada kesempatan tersebut, Basuki mengapresiasi Perumnas yang telah membangun rumah susun berbasis TOD di kompleks Samesta Mahata Serpong tersebut. Apalagi dilaporkan di kompleks tersebut akan ada dua tower (rusun) khusus untuk MBR. ”Jadi tidak hanya komersial. Tetapi kan sekarang ini tidak bisa hanya untuk MBR, harus ada komersialnya. Jadi, saya (ucapkan) terima kasih,” ujar Basuki.
Merujuk data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, melalui program Sejuta Rumah yang dicanangkan Presiden Joko Widodo sejak tahun 2015, kementerian tersebut berupaya mengatasi kekurangan perumahan khususnya bagi MBR. Pada tahun 2020 terbangun 965.217 unit rumah dengan 772.324 unit rumah di antaranya untuk MBR. Sisanya, yakni 192.893 unit rumah, untuk warga selain MBR.
Wilayah pinggiran Ibu Kota menjadi incaran developer untuk pembangunan perumahan bersubsidi, seperti di kawasan Kuripan, Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/2/2020).
Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang ketika dihubungi, Minggu (18/4/2021), mengatakan, konsep TOD didesain untuk meminimalkan penggunaan kendaraan bermotor. Publik dalam hal ini diajak kembali ke transportasi dasar, yakni berjalan kaki maupun bersepeda. Terkait hal tersebut ketersediaan fasilitas bagi pejalan kaki dan pesepeda—termasuk parkir sepeda—serta kemudahan akses ke layanan transportasi umum dibutuhkan dalam pengembangan konsep TOD.
Menurut Deddy, perlu ada regulasi khusus TOD apabila pemerintah ingin mengembangkan konsep tersebut. Regulasi khusus TOD tersebut mesti mengatur pula soal perparkiran kendaraan bermotor. ”Kalau di sekitar titik simpul transportasi massal, katakan di radius 500 meter, itu tidak ada fasilitas parkir kendaraan bermotor, mungkin bisa dinamakan TOD. (Hal ini) karena konsep TOD adalah meminimalkan penggunaan kendaraan bermotor,” katanya.
Deddy menuturkan negara yang berhasil mengembangkan TOD antara lain Jepang, AS, dan Hong Kong. Jumlah pengguna kendaraan pribadi di Hong Kong hanya sekitar 8 persen dari populasi. Sebagian besar penduduk, yakni 92 persen, menggunakan angkutan umum. ”Di Hong Kong rata-rata bangunan menggunakan konsep TOD atau TJD (transit joint development) dan angkutan massalnya, seperti bus, juga banyak. Di Indonesia, kendaraan pribadi yang banyak sehingga pengguna transportasi umumnya masih di bawah 20 persen,” katanya.