Serapan garam dan gula rakyat akan menjadi prioritas pemerintah di tengah tren peningkatan impor garam dan gula. Sementara itu, pemerintah diminta untuk merealisasikan target swasembada.
Oleh
m paschalia judith j/BM Lukita Grahadyarini
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berjanji akan memprioritaskan serapan garam lokal dan gula petani untuk memenuhi kebutuhan industri dan konsumsi nasional. Pemerintah juga berkomitmen untuk meningkatkan kualitas garam dan gula rakyat, baik melalui penerapan teknologi maupun investasi.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri mengatakan, jumlah kebutuhan garam nasional pada 2021 sebanyak 4,6 juta ton. Dari jumlah itu, 1,5 juta ton di antaranya berasal dari penyerapan garam lokal dan sisanya impor.
”Impor garam ini dibutuhkan karena ada spesifikasi garam tertentu untuk kebutuhan industri. Misalnya, industri butuh garam dengan kadar natrium klorida 97 persen, sementara mayoritas garam lokal memiliki kadar di bawah 94 persen,” tuturnya saat dihubungi di Jakarta, Jumat (16/4/2021).
Impor garam ini dibutuhkan karena ada spesifikasi garam tertentu untuk kebutuhan industri. Misalnya, industri butuh garam dengan kadar natrium klorida 97 persen, sementara mayoritas garam lokal memiliki kadar di bawah 94 persen.
Sementara terkait gula, Kementerian Perindustrian telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) Nomor 3 Tahun 2021 tentang Jaminan Ketersediaan Bahan Baku Industri Gula dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan Gula Nasional. Dalam aturan ini juga disebutkan, gula kristal putih (GKP) hanya diproduksi industri gula berbasis tebu dan gula kristal rafinasi (GKR) hanya diproduksi industri gula rafinasi.
Melalui regulasi tersebut, lanjut Febri, pemerintah ingin mencegah rembesan GKR di pasar GKP. GKR yang rembes membuat harga GKP tidak kompetitif di pasar. Apabila rembesan dapat ditekan, harga GKP tetap berdaya saing dan berpengaruh terhadap harga tebu di tingkat petani. Jaminan harga ini dapat mendorong swasembada gula.
Sebelumnya, Permenperin No 3/2021 itu dikhawatirkan akan semakin membuat industri gula berbasis tebu lebih memilih bahan baku impor ketimbang memproduksi gula dari tebu petani. Pasal 2 dan 5 regulasi tersebut membolehkan industri gula berbasis tebu mengimpor gula mentah menghasilkan gula konsumsi dengan syarat bahan baku GKP dalam negeri tidak mencukupi (Kompas, 9 April 2021).
Sementara agar dapat menghasilkan garam yang sesuai dengan kebutuhan industri dan gula yang berdaya saing di pasar, Febri mengatakan, Kementerian Perindustrian mendorong investasi baru. Terdapat lima industri garam baru untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri dengan luas lahan berkisar 3.099 hektar. Untuk gula, pemerintah mengupayakan investasi industri yang terintegrasi dengan lahan tebu.
Pemerintah telah membangun mesin pemurnian garam (washing plant) berkapasitas 6.000-7.000 ton di tujuh tujuh sentra produksi garam untuk meningkatkan kualitas garam rakyat. Ketujuh sentra itu adalah Karawang, Indramayu, Brebes, Pati, Gresik, Pasuruan, dan Sabang.
Tren meningkat
Kompas mencatat, impor garam menunjukkan tren meningkat setiap tahun. Pada 2015, impor garam sekitar 1,8 juta ton, pada 2016 sekitar 2,1 juta ton, dan pada 2017 sebesar 2,5 juta ton. Pada 2020, realisasi impor garam sekitar 2,7 juta ton, sedangkan tahun 2021 kuota impor garam ditetapkan 3,07 juta ton.
Demikian juga impor gula justru cenderung bertambah dari tahun ke tahun. Gap antara produksi dan konsumsi gula nasional pun semakin lebar sejak 1992. Artinya, importasi mesti semakin besar untuk menutupi kebutuhan yang semakin tinggi. Volume impor gula melonjak dari 983.944 ton pada 2008 menjadi 5,62 juta ton pada 2020 (Kompas, 16/4/2021).
Dalam webinar bertima ”Impor Garam, Sampai Kapan?” yang digelar Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam rangkaian peringatan Hari Nelayan Nasional 2021, Jumat, Presiden PKS Ahmad Syaikhu mengatakan, peningkatan alokasi impor garam industri 3,07 juta ton yang ditempuh pemerintah merupakan ironi di tengah stok garam rakyat yang masih menumpuk karena tidak terserap industri. Pemerintah dinilai tidak serius dalam mengembangkan industri garam nasional yang didominasi usaha garam rakyat.
”Hasil kerja keras petambak garam tidak terserap dan terbuang mubazir. Kebijakan impor tanpa memperhatikan kondisi riil tidak hanya memukul kesejahteraan petambak garam, tetapi juga memicu angka kemiskinan meningkat,” katanya.
Ahmad mengingatkan, target swasembada garam industri yang dicanangkan pemerintah hingga kini tidak terlaksana dan dipastikan gagal jika jalur impor dibiarkan semakin besar. Kebijakan nasional perlu fokus membangun industri garam berbasis teknologi untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas garam lokal agar memenuhi standar industri.
Ia juga meminta pemerintah konsisten mencapai target swasembada garam industri agar tidak terus bergantung impor. ”Jika garam rakyat dipandang tidak memenuhi standar industri, perlu dibantu dengan teknologi untuk memperbaiki kualitas garam. Bukannya membiarkan dan menempuh jalan singkat peningkatan impor garam,” katanya.
Jika garam rakyat dipandang tidak memenuhi standar industri, perlu dibantu dengan teknologi untuk memperbaiki kualitas garam. Bukannya membiarkan dan menempuh jalan singkat peningkatan impor garam. (Ahmad Syaikhu)
Sementara itu, Ketua Koperasi Garam Segara Jaya Karawang Aep Suhardi mengemukakan, impor garam terus berlangsung setiap tahun karena kebutuhan industri. Namun, pelaksanaan impor yang dilakukan menjelang panen raya garam berdampak terhadap anjloknya harga garam rakyat. Harga garam yang anjlok hampir setiap tahun telah memukul semangat petambak untuk berproduksi.
Ia berharap pemerintah segera menetapkan komoditas garam menjadi barang kebutuhan pokok dan penting sehingga pemerintah bisa intervensi harga garam. Di sisi lain, diperlukan pengawasan ketat agar garam impor tidak merembes ke garam konsumsi. Tanpa kepastian pasar, produksi garam dikhawatirkan semrawut.
”Setiap isu kebijakan impor garam muncul, harga garam rakyat langsung jatuh. Impor dilaksanakan ketika petambak mau mendekati panen raya sehingga memukul panen garam,” katanya.