Swasta Dukung Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik
Target pemanfaatan kendaraan listrik oleh pemerintah sangat membutuhkan dukungan swasta. Sebaliknya, pemerintah diminta memberi kemudahan berupa insentif dan stimulus agar pertumbuhan kendaraan listrik pesat.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sektor swasta turut mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia melalui pengembangan usaha rintisan berbasis energi terbarukan ataupun optimalisasi kendaraan bertenaga listrik. Agar pemanfaatan kendaraan listrik di Indonesia kian pesat, sejumlah insentif dan stimulus perlu diberikan baik kepada konsumen maupun pengembang.
Sebanyak 15 juta kendaraan listrik, yang terdiri atas 2 juta unit roda empat dan 13 juta unit roda dua, ditargetkan beroperasi di Indonesia pada 2030. Demikian yang mengemuka dalam konferensi pers secara virtual bertajuk ”Super Charge e-Mobility Ecosystem in Indonesia”, Kamis (15/4/2021).
Hadir sebagai narasumber acara tersebut adalah Direktur Program New Energy Nexus Indonesia Diyanto Imam, Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi, dan Koordinator Program Direktorat Aneka Energi Baru dan Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tony Susandy. New Energy Nexus adalah organisasi internasional yang mendukung beragam wirausaha energi bersih melalui pendanaan, program percepatan, dan jaringan.
Program pengembangan usaha rintisan (start up) berbasis energi terbarukan di Indonesia sudah dimulai sejak 2020 lalu oleh New Energy Nexus Indonesia. Tercatat ada 44 start up yang ikut dalam program inkubasi dan akselerasi yang diselenggarakan New Nexus Energy Indonesia. Tak hanya mendukung pengembangan kapasitas sumber daya manusia, dalam program ini semua peserta juga mendapat dukungan pembiayaan.
”Hingga Maret 2021, total hibah yang sudah kami salurkan mencapai Rp 640 juta dan juga pinjaman senilai Rp 3,5 miliar. Dukungan ini kami berikan karena kami sadar bahwa ekosistem yang mendukung pengembangan start up berbasis energi terbarukan di Indonesia masih minim,” kata Diyanto.
Tercatat ada 44 start up yang ikut dalam program inkubasi dan akselerasi yang diselenggarakan New Nexus Energy Indonesia.
Program inkubasi dan percepatan yang diselenggarakan New Energy Nexus Indonesia bergerak di 10 fokus sektor energi terbarukan. Program ini diselenggarakan dengan cara pendampingan, pelatihan, dan pemantauan yang membantu start up untuk bisa membuat prototipe, mempertajam model bisnis, dan meluncurkan strategi komersial di pasaran. Selain itu, peserta inkubasi juga diberi materi bagaimana cara memperluas jaringan bisnis di skala lokal dan internasional.
Sementara itu, untuk mendukung pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai di Indonesia, Grab Indonesia berencana mengoperasikan 26.000 kendaraan listrik di Indonesia. Saat ini, Grab Indonesia yang bergerak di sektor jasa transportasi daring sudah menggunakan kendaraan listrik lebih dari 5.000 unit. Dari studi yang dilakukan Grab Indonesia, lebih dari 70 persen mitra pengemudi Grab menyukai kendaraan listrik ketimbang kendaraan konvensional berbahan bakar minyak (BBM).
”Pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai di Indonesia membutuhkan kolaborasi dari para pihak, mulai dari produsen tenaga listrik, infrastruktur jaringan listrik, stasiun pengisian baterai kendaraan listrik, dukungan pembiayaan, sampai industri manufaktur kendaraan listrik,” ucap Neneng.
Bagi pemerintah, optimalisasi penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai adalah salah satu strategi untuk mengurangi pemakaian BBM yang sebagian besar diimpor. Apabila target volume kendaraan listrik pada 2030 bisa dicapai, Indonesia bisa menghemat impor BBM sebanyak 6,03 juta kiloliter. Pemakaian kendaraan listrik juga selaras dengan target pemerintah menurunkan emisi gas rumah kaca.
Dari studi yang dilakukan Grab Indonesia, lebih dari 70 persen mitra pengemudi Grab menyukai kendaraan listrik ketimbang kendaraan konvensional berbahan bakar minyak (BBM).
”Namun, masih ada sejumlah kendala dalam pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai di Indonesia. Kendala itu, antara lain, adalah masalah penguasaan teknologi, khususnya yang menyangkut baterai dalam hal daya tahan atau durasi daya baterai, kecepatan pengisian daya, serta masalah lingkungan untuk mengatasi limbah baterai,” ujar Tony.
Dalam acara peluncuran secara virtual kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB), Kamis (17/12/2020), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyampaikan, target 15 juta kendaraan listrik pada 2030 dapat menghemat impor BBM setara 77.000 barel per hari. Penghematan impor tersebut juga berhasil menghemat devisa senilai 1,8 miliar dollar AS dan menurunkan emisi gas karbon sebanyak 11,1 juta ton.
”Rencana tersebut akan diperkuat dengan membangun infrastruktur berupa stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di 2.400 titik dan stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) di 10.000 titik sampai 2025 mendatang,” kata Arifin.