Pedagang menyiapkan stok kue kering sejak pekan pertama Ramadhan di tahun 2021. Meski dalam situasi pandemi Covid-19, mereka berharap segera menyambut cuan lebih awal.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pedagang telah siap dengan persediaan kue Lebaran sejak pekan pertama Ramadhan pada 2021 ini. Meski dalam situasi pandemi Covid-19, mereka berharap segera menyambut ”cuan” lebih awal.
Persediaan kue lebaran telah tampak menghiasi sejumlah pasar tradisional di Jakarta, Kamis (15/4/2021). Pada hari ketiga Ramadhan ini, sebagian lapak di Pasar Tomang Barat, Jakarta Barat, mulai menyediakan deretan toples kue kering untuk hantaran.
Ango (36), seorang pemilik lapak di sana, sudah siap dengan stok nastar, kastengel keju, serta sejumlah kue kering lainnya di sebuah sudut laci. Hanya butuh waktu menunggu siang hingga akhirnya deretan kue kering itu mulai dilirik pembeli.
Dia menjual kue-kue itu dengan harga berkisar Rp 45.000 hingga Rp 65.000 per toples dalam stok terbatas. ”Mulai sedia stok kue lebaran karena sudah ada yang tanya, ada juga yang pesan khusus karena langganan. Memang kalau sekarang belum terlalu ramai, tetapi tetap ada peminatnya,” kata Ango.
Dua hari kemarin, dua toples kue baru laku terjual dari lapak Ango. Pada pekan ini pula, dia memperhatikan pesanan kue mulai bertambah. Dia yakin pada pekan yang akan datang, pembelian pasti menjadi lebih ramai.
Di Blok III Pasar Senen, Jakarta Pusat, sejumlah pedagang juga mulai menyambut pembeli dengan deretan toples kue untuk hantaran. Sebagian lapak pedagang di sana, pada Kamis siang, terlihat ramai pelanggan.
”Baru sepekan, saya kira penjualan kue Lebaran sudah lumayan, bisa menjual selusin toples kue. Biasanya permintaan makin tinggi menjelang minggu ketiga (bulan puasa). Mudah-mudahan makin banyak orang yang beli langsung ke pasar meski sedang pandemi,” tutur Sansan.
Sansan (63), pelapak kue kering di sana, menyediakan stok empat lusin toples kue kastengel yang siap dikemas siang itu. Dia berhasil menjual selusin kue pada pembeli. Dari satu lusin toples produk kue itu, dia meraih keuntungan senilai Rp 900.000.
”Baru sepekan, saya kira penjualan kue Lebaran sudah lumayan, bisa menjual selusin toples kue. Biasanya permintaan makin tinggi menjelang minggu ketiga (bulan puasa). Mudah-mudahan makin banyak orang yang beli langsung ke pasar meski sedang pandemi,” kata Sansan.
Sebagian pedagang juga mengincar pesanan kue dari pembeli secara daring. Dominic Morino (24), warga Jakarta Pusat, pekan ini gencar membagikan daftar harga produk kuenya lewat medsos Twitter. Dari situ, dia mendapat pesanan 40 toples kue untuk diselesaikan pekan ini.
Pesanan paling banyak sejauh ini adalah kue putri salju dan lidah kucing yang masing-masing harganya Rp 80.000 dan Rp 75.000 per toples. Dengan tingginya animo masyarakat memesan kue kering kali ini, ia pun berharap bisa memproduksi 200 toples kue kering hingga Lebaran nanti.
”Minggu ini sudah terasa mulai ramai pesanan kue dibandingkan tahun kemarin. Makanya, tahun ini berani targetkan pesanan banyak, bareng ibu saya sampai 200 (toples),” kata dia.
Keyakinan serupa juga disampaikan Farika Rahman (25). Warga Semarang, Jawa Tengah, yang berjualan kue secara daring selama empat tahun terakhir ini semangat karena mulai mendapat pesanan 14 toples kue. Dari belasan pesanan itu, ada pula sebagian yang dikirim ke Jakarta.
Dia menargetkan bisa menjual 120 toples kue seperti Lebaran tahun lalu. ”Kalau lihat dari pesanan sekarang, saya kok yakin, ya, tahun ini bakal lebih ramai. Mudah-mudahan bisa bikin sebanyak tahun kemarin, syukur kalau bisa lebih,” kata pemilik usaha dengan akun Instagram @nakyaa_food.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menyebutkan, momen Ramadhan selalu membawa tren kenaikan penjualan dan pengiriman barang. Salah satu barang yang banyak dikirim juga adalah paket hantaran berupa kue Lebaran.
Meski dalam kondisi pandemi, tampaknya orang akan tetap terdorong membelinya karena kebiasaan. ”Ramadhan dan hari raya Lebaran itu sudah menjadi kebiasaan. Ditambah dengan tidak adanya mudik, mungkin orang akan makin terdorong mengirim hantaran kepada sanak saudara,” katanya.