Ekspor Indonesia Cetak Rekor Setelah Hampir 10 Tahun
Nilai ekspor Indonesia pada Maret 2021 menyentuh rekor tertinggi dalam rentang 9-10 tahun terakhir. Negara-negara penopang ekspor Indonesia pada Maret 2021 adalah China, India, AS, Jepang, dan Singapura.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Nilai ekspor Indonesia pada Maret 2021 melejit dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan menyentuh rekor tertinggi dalam rentang waktu 9-10 tahun terakhir. Peningkatan permintaan dunia yang memengaruhi kenaikan harga komoditas unggulan Indonesia menyebabkan pertumbuhan tersebut.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai total ekspor Indonesia pada Maret 2021 sebesar 18,35 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau melonjak 20,31 persen dibandingkan dengan Februari 2021. Nilai impor juga meroket 26,55 persen dari posisi bulan lalu menjadi 16,79 miliar dollar AS. Surplus neraca perdagangan pada Maret 2021 sebesar 1,57 miliar dollar AS.
Kepala BPS Suhariyanto, Kamis (15/4/2021), mengatakan, nilai ekspor bulanan pada Maret 2021 tertinggi sejak Agustus 2011 yang tercatat sebesar 18,64 miliar dollar AS. ”Permintaan dari dunia memengaruhi pergerakan harga dan kinerja ekspor Indonesia pada Maret 2021. Harapannya, pertumbuhan yang tinggi ini berlanjut,” ujarnya dalam telekonferensi pers di Jakarta.
Permintaan dari dunia memengaruhi pergerakan harga dan kinerja ekspor Indonesia pada Maret 2021. Harapannya, pertumbuhan yang tinggi ini berlanjut.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai ekspor pada Maret 2021 tumbuh 30,47 persen. Nilai tersebut juga lebih tinggi dibandingkan Maret 2019 yang sebesar 14,45 miliar dollar AS.
Negara-negara penopang ekspor Indonesia pada Maret 2021 adalah China, India, AS, Jepang, dan Singapura. Secara berturut-turut, nilai ekspor ke negara-negara tersebut masing-masing sebesar 774,6 juta dollar AS, 519,5 juta dollar AS, 212,6 juta dollar AS, 177,7 juta dollar AS, dan 132 juta dollar AS.
Berdasarkan sektornya, ekspor produk pertanian pada Maret 2021 naik 27,06 persen dibandingkan bulan sebelumnya, industri pengolahan 22,27 persen, pertambangan 13,68 persen, serta minyak dan gas 5,28 persen. Industri pengolahan berkontribusi tertinggi pada kinerja ekspor Indonesia, yakni 80,84 persen. Kelompok lemak dan minyak hewan/nabati menjadi komoditas dengan nilai kenaikannya terbesar, yakni 1,16 miliar dollar AS.
Di sisi lain, bahan baku/penolong yang memiliki andil 77,26 persen terhadap kinerja impor Indonesia pada Maret 2021 melonjak hingga 31,11 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Impor barang modal juga meningkat 11,85 persen.
Nilai impor barang konsumsi naik 15,51 persen dibandingkan dengan Februari 2021. Suhariyanto menyebutkan, kenaikan tersebut disumbang oleh impor gula mentah dari India, vaksin dari China, produk susu dan krim dari Selandia Baru, serta kurma dari Mesir, Tunisia, dan Arab Saudi.
Dengan demikian, nilai total ekspor Indonesia sepanjang triwulan-I 2020 sebesar 48,9 miliar dollar AS dan impor 43,48 miliar dollar AS. Neraca perdagangan pada periode tersebut mengalami surplus 5,52 miliar dollar AS.
Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Asia Pacific Committee of German Business (APA) menggelar Indonesian-German Business Forum dalam Hannover Messe 2021: Digital Edition. ”Dalam forum ini, para pemimpin bisnis Indonesia dan Jerman membahas tren transformasi industri dan peluang kerja sama serta saling membagikan pengalaman dan best practice dari masing-masing negara,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat siaran pers yang diterima, Rabu.
Menurut Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Perkasa Roeslani, Hannover Messe dapat memperluas pasar ekspor produk manufaktur nasional sekaligus menarik investasi langsung (foreign direct investment) karena mempromosikan teknologi industri yang dimiliki. Dampaknya, pemulihan ekonomi Indonesia dapat terakselerasi.
Dalam forum tersebut, Chairman APA sekaligus Chairman of the Supervisory Board of Siemens Enery AG Joe Kaeser menilai, penyelesaian Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) mendukung program Making Indonesia 4.0. Jerman ingin bermitra untuk membantu pembangunan perekonomian Indonesia.