Meski Mudik Dilarang, Pelaku Industri Makanan Yakin Tumbuh
Permintaan produk makanan minuman selama Ramadhan-Lebaran diyakini membaik meski ada larangan mudik tahun ini. Perkembangan vaksinasi mendorong keyakinan konsumen.
Oleh
M Paschalia Judith J
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku industri makanan-minuman optimistis permintaan masyarakat terhadap produk makanan dan minuman pada periode Ramadhan-Lebaran 2021 lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun tahun lalu meski ada larangan mudik. Perkembangan vaksinasi mendorong perbaikan keyakinan konsumen akan kondisi ekonomi saat ini dan ke depan.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Adhi S Lukman mengatakan, permintaan terhadap produk makanan-minuman olahan pada Ramadhan-Lebaran tahun ini akan lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Ramadhan-Lebaran 2020 berdekatan dengan pengumuman pembatasan sosial berskala besar sehingga masyarakat masih beradaptasi.
”Optimisme itu juga didukung oleh membaiknya permintaan (dari) ritel dan pasar tradisional pada awal tahun 2021,” kata Adhi dalam Forum Merdeka Barat 9 bertema ”Ketersediaan Pangan Jelang Ramadan dan Lebaran” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika secara daring, Senin (12/4/2021).
Menurut Adhi, permintaan pada Januari-Februari 2021 hampir mendekati posisi permintaan pada periode yang sama tahun 2020. Posisi penjualan pada periode Januari-Februari 2021 juga lebih baik jika dibandingkan dengan penjualan pada akhir tahun 2020.
Situasi itu sejakan dengan Survei Konsumen yang digelar Bank Indonesia pada Maret 2021. Survei itu mengindikasikan berlanjutnya perbaikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi. Hal itu tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen Maret 2021 yang mencapai 93,4 atau meningkat dibandingkan dengan indeks Februari 2021 yang tercatat 85,8 atau Januari 2021 yang 84,9.
Responden menyampaikan bahwa perkembangan program vaksinasi nasional yang berjalan lancar mendorong perbaikan keyakinan terhadap kondisi ekonomi saat ini ataupun ekspektasinya ke depan. Perbaikan keyakinan konsumen tercatat pada semua kategori tingkat pengeluaran responden. Secara spasial, keyakinan konsumen membaik di 12 kota yang disurvei, tertinggi di kota Surabaya, diikuti oleh Manado, dan Pontianak.
Responden menyampaikan bahwa perbaikan ekspektasi terhadap kondisi ekonomi ke depan ditopang oleh membaiknya ekspektasi terhadap ketersediaan lapangan kerja, ekspansi kegiatan usaha, dan penghasilan pada enam bulan yang akan datang. Selain itu, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini membaik, didorong perbaikan persepsi terhadap ketersediaan lapangan kerja, penghasilan, dan pembelian barang tahan lama.
Ketika secara umum industri pengolahan terkontraksi 4,34 persen pada triwulan III-2020 dan 3,14 persen pada triwulan IV-2020, industri makanan minuman tumbuh positif 0,66 persen dan 1,66 persen secara tahunan pada triwulan III dan IV tahun lalu. Pada awal 2021, pertumbuhan itu diyakini bakal berlanjut seiring meningkatnya aktivitas perekonomian masyarakat.
Dengan perbaikan permintaan itu, Adhi memperkirakan pertumbuhan industri makanan-minuman pada triwulan II-2021 akan berkisar 4-5 persen secara tahunan. Secara keseluruhan, penjualan sepanjang 2021 dapat menyentuh 3 persen dibandingkan dengan tahun 2020.
Berdasarkan riset dan analisis NielsenIQ, konsumsi masyarakat Indonesia yang timbul akibat perjalanan mudik pada 2021 akan terbatas. Namun, konsumsi rumah tangga akan meningkat. Penjualan kategori produk Ramadhan teratas, seperti biskuit, minuman non-alkohol, makanan ringan, minyak goreng, susu cair, makanan beku, dan perawatan kulit akan meningkat sekitar 10 persen dibandingkan dengan 2020.
Site Leader NielsenIQ Indonesia Adrie R Suhadi mengatakan, pertumbuhan penjualan pada Ramadhan-Lebaran 2021 akan lebih baik dan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2020. Pertumbuhan tersebut akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan kategori produk kesehatan.
Oleh karena daya beli masyarakat masih terdampak pandemi Covid-19, konsumen akan tertarik membeli produk dengan kemasan yang lebih besar. Konsumen juga akan lebih sering mengunjungi toko kecil yang dekat dengan huniannya sehingga produsen dan peritel mesti memastikan ketersediaan barang kategori Ramadhan di titik-titik tersebut.
Sementara itu, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi memperkirakan, konsumsi pangan segar di kota besar, khususnya Jakarta, akan meningkat lantaran ada larangan mudik. Dia memprediksi, permintaan daging sapi akan melonjak 50 persen dan daging ayam 10-20 persen.
Kebutuhan daging sapi nasional pada April dan Mei 2021 diperkirakan 59.979 ton dan 76.769 ton. Sisa stok pada akhir Maret 2021 mencapai 27.243 ton. Adapun pasokan selama dua bulan itu secara berturut-turut sekitar 78.116 ton dan 75.243 ton.