Desa wisata perlu disiapkan untuk beradaptasi dengan protokol-protokol di era normal baru. Kebangkitan desa wisata akan berkontribusi terhadap pemulihan sektor pariwisata serta perekonomian desa dan nasional.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Desa wisata yang merupakan salah satu penopang sektor pariwisata nasional didorong untuk bangkit. Kebangkitan desa wisata perlu ditopang kesiapan beradaptasi dengan protokol normal baru.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengemukakan, sektor pariwisata jadi salah satu sektor yang terimbas pandemi Covid-19 di Indonesia. Jumlah kunjungan saat ini tidak stabil. Padahal, saat kondisi normal, desa wisata dapat mendatangkan wisatawan lokal maupun mancanegara.
Ia menambahkan, pengembangan desa wisata yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia sangat bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi. Terkait itu, pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggelar Desa Wisata Award 2021 untuk mendorong pemulihan ekonomi di sektor pariwisata. Ajang penghargaan ini pertama kali diadakan sehingga diharapkan membangkitkan motivasi usaha masyarakat di desa wisata serta adaptasi wisata dengan protokol normal baru.
”Pengembangan desa wisata untuk wisatawan mancanegara akan mendatangkan dollar yang sangat bermanfaat bagi perkembangan ekonomi, di samping meningkatkan pendapatan penduduk setempat karena pengembangan wisatawan domestik,” kata Jahja dalam peluncuran kompetisi Desa Wisata Award 2021, secara virtual, Senin (12/4/2021).
Ajang Desa Wisata Award 2021 berlangsung sekitar tiga bulan, mencakup desa wisata di 33 provinsi Indonesia. Terdapat empat kategori yang dilombakan, yakni Desa Wisata Berbasis Alam, Desa Wisata Berbasis Budaya, Desa Wisata Berbasis Kreatif, dan Desa Wisata Berbasis Digital.
Hingga saat ini, BCA sudah membina 12 desa wisata sebagai bagian program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Desa itu meliputi Wirawisata Goa Pindul, Desa Wisata Pentingsari, Wisata Wayang Desa Wukirsari, Kampung Batik Gemah Sumilir, dan Doesoen Kopi Sirap. Selain itu, Desa Wisata Tamansari, Desa Wisata Pucak Tinggan, Desa Wisata Gunong Lumut, Desa Wisata Bukit Peramun, Desa Wisata Aik Rusa Berehun, Kampung Adat Sijunjung, dan Nagari Silokek.
Pengembangan desa wisata mencakup penerapan standar melayani tamu, kebersihan, hingga administrasi keuangan. Selain itu, pengembangan kemandirian masyarakat untuk mendapatkan penghasilan. ”Apabila desa wisata bisa berkembang, daya beli meningkat. Di situlah ada kebutuhan kredit untuk usaha mikro, kecil, dan menengah,” kata Jahja.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengemukakan, pandemi Covid-19 yang melanda dunia berdampak sangat berat bagi sektor pariwisata. Namun, banyak hal yang harus dilakukan untuk memajukan pariwisata di Indonesia. Mesin pariwisata perlu digerakkan dengan mengedepankan norma baru yang mengedepankan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan untuk kemajuan pariwisata Indonesia.
Upaya memajukan desa wisata menjadi salah satu fokus. Pengembangan desa wisata merupakan upaya mendukung pelestarian budaya serta menjaga alam dan lingkungan dengan konsep berkelanjutan dan berkualitas. Pariwisata dan ekonomi kreatif dinilai akan bermanfaat bagi kemajuan desa dan meningkatkan perekonomian masyarakat desa wisata dan sekitarnya.
”Saya mengajak pengelola desa wisata dan pemda setempat untuk terus memotivasi, meningkatkan status desa dari desa wisata rintisan menuju desa wisata berkembang, lalu menjadi desa wisata maju dan menuju desa wisata mandiri,” kata Sandiaga.
Executive Vice President CSR BCA Inge Setiawati mengemukakan, ajang Desa Wisata Award 2021 merupakan bagian dari pilar CSR solusi bisnis unggul yang diharapkan membangkitkan desa wisata serta memulihkan ekonomi di desa wisata.
Menurut Direktur Tata Kelola Destinasi dan Pariwisata Berkelanjutan Kementerian Pariwisata Indonesia Indra Ni Tua, pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan bagian dari tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). SDGs pariwisata di antaranya memuat pembangunan desa wisata dalam rencana pembangunan jangka menengah. Pemerintah menargetkan pengembangan 244 desa wisata jadi desa wisata yang mandiri.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan dinilai memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, keberlanjutan lingkungan, sosial budaya dipertahankan, serta memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitar destinasi wisata. ”Diperlukan kerja sama dengan semua pihak untuk mewujudkan desa wisata untuk kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Hari Santosa Sungkari mengemukakan, desa wisata ibarat usaha rintisan yang harus jelas target pasarnya. Beberapa desa wisata saat ini sudah menyasar wisatawan mancanegara. Meski demikian, masih ada kelemahan yang perlu diperbaiki, seperti pemasaran dan tata kelola keuangan.