Pengembangan layanan digital bank menjadi langkah strategis bank, termasuk BRI Agro.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk berencana mengembangkan bisnis digital bank pada tahun 2021. Langkah ini merupakan bagian transformasi bisnis perseroan untuk memperluas pasar di segmen digital.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) Hirawan Nur Kustono mengemukakan, pengembangan bisnis menjadi digital attacker bank dilakukan untuk memperluas basis bisnis perusahaan. Pada tahun 2021, bisnis digital bank akan dikembangkan melalui peningkatan infrastruktur serta produk yang sesuai dengan layanan. Selain itu, pengembangan produk simpanan yang dapat meningkatkan transaksi seperti pembayaran menggunakan pemindai kode baca cepat, kartu debit, dan simpanan digital.
Hirawan menambahkan, BRI Agro berkolaborasi dengan berbagai usaha rintisan baru dari berbagai bidang bisnis, di antaranya layanan teknologi finansial sebagai upaya untuk meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat melalui platformdigital.
BRI Agro berkolaborasi dengan berbagai usaha rintisan baru dari berbagai bidang bisnis.
Penyaluran kredit konsumer melalui aplikasi digital Pinjam Tenang (Pinang) dinilai mulai memperlihatkan hasil. Tahun lalu, total pembiayaan Pinang sebesar Rp 70,6 miliar dan sudah menjangkau 18.000 debitor.
Sepanjang tahun 2020, BRI Agro mencatatkan perolehan laba bersih Rp 31,26 miliar. Perolehan laba bersih tersebut dinilai masih lebih baik dibandingkan dengan kondisi perbankan nasional yang rata-rata mengalami koreksi penurunan laba bersih akibat pandemi Covid-19.
Penyaluran kredit perseroan pada 2020 sebesar Rp 19,49 triliun atau hanya tumbuh 0,65 persen dibandingkan dengan 2019 yang sebesar Rp 19,37 triliun. Kondisi global dan domestik yang terdampak pandemi Covid-19 menjadi salah satu penyebab pertumbuhan kredit perseroan rendah.
Sektor agrobisnis masih menjadi salah satu penopang pertumbuhan penyaluran kredit perseroan. Porsi penyaluran kredit bagi sektor agrobisnis sebesar 56 persen dengan penyaluran terbesar pada komoditas kelapa sawit.
”Perseroan berkomitmen memenuhi target kinerja yang ditetapkan,” ujar Hirawan dalam siaran pers Rapat Umum Pemegang Saham BRI Agro 2021, Jumat (9/4/2021).
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) bruto pada 2020 sebesar 4,97 persen atau membaik dibandingkan dengan 2019 yang sebesar 7,66 persen. NPL neto 2,73 persen atau turun dibandingkan dengan 2019 yang sebesar 4,86 persen. Rasio biaya pencadangan (NPL Coverage) mendekati 103,96 persen dari nilai total kredit bermasalah atau meningkat dari 2019 yang berada di level 56,24 persen.
”Strategi yang ditempuh adalah melakukan restrukturisasi dan membentuk pencadangan yang cukup solid,” kata Hirawan.
Adapun total aset perseroan per 31 Desember 2020 sebesar Rp 28,02 triliun (diaudit) atau tumbuh 3,5 persen dibandingkan dengan 2019 yang sebesar Rp 27,07 triliun. Pertumbuhan aset, antara lain, ditopang dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 22,99 triliun pada 2020 atau tumbuh 8,75 persen secara tahunan.
Dalam laporan tahunan dan laporan keberlanjutan BRI Agro 2020, Komisaris Utama BRI Agro Budi Satria menilai prospek usaha tahun ini cukup menantang. Hal ini didasarkan kondisi eksternal dan internal, antara lain kondisi perekonomian nasional yang belum pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Prospek usaha tahun ini cukup menantang.
Kondisi lain adalah perubahan berbagai sektor yang mengarah pada digitalisasi, persaingan industri perbankan yang semakin ketat, serta rencana transformasi BRI Agro.
Dalam rapat umum pemegang saham tahunan, Kaspar Situmorang ditetapkan sebagai Direktur Utama BRI Agro, menggantikan Ebeneser Girsang.