Blitar merupakan sentra telur ayam layer di Jawa Timur. Saat ini stok telur cukup untuk memenuhi kebutuhan puasa dan Lebaran. Pandemi membuat permintaan akan telur ayam dua tahun terakhir tak seramai kondisi normal.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BLITAR, KOMPAS — Stok telur di sentra peternakan ayam layer Blitar, Jawa Timur, mencukupi untuk kebutuhan selama Ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi hingga Idul Fitri 1442 H. Dua tahun terakhir permintaan telur oleh konsumen tak seramai tahun-tahun sebelumnya akibat pandemi.
Harga telur di tingkat peternak berangsur naik secara bertahap dalam sepekan terakhir. Jika pekan lalu harga masih di kisaran Rp 16.500 per kg, saat ini tembus Rp 21.500 per kilogram (kg).
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar Adi Andaka, Rabu (7/4/2021), mengatakan tidak ada persoalan yang memengaruhi stok telur di wilayahnya. Produksi telur layer di Kabupaten Blitar masih stabil di angka 1.200 ton per hari.
”Stok, ya, cukup untuk memenuhi kebutuhan puasa karena selama ini Blitar memang sebagai pemasok. Bahkan, harga telur beberapa hari ini mulai naik. Kemarin mencapai Rp 21.500 per kg akibat permintaan jelang puasa dan Lebaran,” ucapnya.
Stok, ya, cukup untuk memenuhi kebutuhan puasa. (Adi Andika)
Menurut Adi, cuaca dengan curah hujan tinggi akhir-akhir ini tidak banyak berpengaruh terhadap produksi telur. Begitu pula dengan pemasaran, pengiriman telur ke sejumlah daerah tidak menemui kendala.
Seperti diketahui, selama ini 65-70 persen telur dari Blitar diarahkan memenuhi kebutuhan pasar di Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). Sisanya untuk memenuhi kebutuhan Jawa Timur dan daerah lain.
Selain telur, menurut Adi, persediaan ayam pedaging juga mencukupi—meski Blitar sendiri bukan sentra ayam potong di Jawa Timur dan kalah dengan ayam layer. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, populasi ayam potong di Kabupaten Blitar pada 2019 sebanyak 4 juta ekor, sedangkan ayam layer 17 juta ekor.
”Kalau harga ayam pedaging hidup saat ini Rp 21.400-Rp 21.700 per kg. Sedangkan ayam afkir Rp 16.000 per kg hidup,” ucapnya.
Wakil Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional Blitar Sukarman membenarkan bahwa stok telur mencukupi jelang puasa dan Lebaran. Bahkan, menurut Sukarman, permintaan konsumen jelang puasa dan Lebaran—selama dua tahun terakhir—cenderung sepi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Kurang bergairah
Menurut Sukarman, biasanya satu bulan sebelum puasa, permintaan telur dipastikan melonjak karena banyak orang membuat kue untuk Lebaran. Namun, sejak pandemi tahun lalu, konsumen tidak lagi bergairah membuat kue untuk Lebaran.
”Begitu pula tahun ini. Apalagi ada larangan mudik. Keluarga di rumah tidak perlu membuat banyak kue untuk menyambut anggota keluarganya dari luar kota,” ucap Sukarman yang tidak yakin permintaan bakal melonjak tinggi jelang Lebaran nanti.
Selain permintaan meningkat, dari sisi harga, dulu kenaikan harganya juga lebih terasa. Adapun kenaikan harga pada masa jelang puasa tahun 2021 baru terjadi dua hari lalu (sepekan sebelum puasa). Itu pun naiknya bertahap dari sebelumnya Rp 16.500 per kg menjadi Rp 18.700 per kg, kemudian hari ini mencapai Rp 20.500 per kg.
”Saya kira saat ini kenaikan permintaan lebih disebabkan program bantuan sosial Januari-Maret dicairkan April. Bantuan pangan nontunai dan Program Keluarga Harapan itu, kan, menyerap telur. Bukan semata-mata kebutuhan konsumen rumah tangga,” katanya.